Rusia Tarik Pasukan dari Crimea, Ukraina Masih Aman
* NATO: Harus Dipastikan Rusia Benar-benar Tarik Pasukan
Kamis, 17 Februari 2022 09:01 WIB
66 view

Foto: Kementerian Pertahanan Rusia/Handout via REUTERS
KEMBALI: Tampak gambar yang diambil dari video yang dirilis, Rabu (16/2) dini hari waktu setempat menunjukkan kereta barang yang mengangkut kendaraan militer Rusia di sepanjang jembatan kereta api melintasi Selat Kerch, yang meninggalkan semenanjung Crimea kembali ke daratan Rusia.
Jakarta (SIB)
Rusia mengakhiri latihan militer mereka di Crimea pada Rabu (16/2) dan menarik pasukan mereka ke garnisun masing-masing.
Langkah ini dilakukan sehari setelah Moskow mengumumkan penarikan pasukan mereka di dekat perbatasan Ukraina.
Negara tetangga Rusia itu pun aman setelah sempat dirumorkan bakal diserang, Rabu (16/2).
"Unit di distrik militer Selatan telah menyelesaikan partisipasi mereka di latihan taktis, dan kini bergerak ke titik penempatan permanen mereka," demikian pernyataan Kementerian Pertahanan Rusia, dikutip dari AFP.
Kementerian tersebut juga menuturkan bahwa tank, kendaraan infanteri, dan artileri telah meninggalkan Krimea dengan kereta api.
Stasiun televisi negara juga menunjukkan gambar yang memperlihatkan beberapa unit militer sedang melewati jembatan dari Crimea menuju dataran utama Rusia.
Pemberitahuan ini diberikan sehari setelah Moskow mengatakan telah menarik beberapa pasukan mereka di perbatasan Ukraina.
Walaupun demikian, beberapa pemimpin Barat masih khawatir Rusia bakal menyerang Ukraina. Presiden Amerika Serikat, Joe Biden, juga sempat mengatakan, serangan dari Moskow masih menjadi 'kemungkinan yang sangat besar,' Selasa (15/2).
Selain itu, Biden mengungkapkan meski Rusia mengklaim telah menarik pasukan mereka, Washington dan sekutunya perlu memverifikasi penarikan pasukan Moskow.
Di Ukraina, pemerintah negara itu melaporkan, situs kementerian pertahanan negara, angkatan bersenjata, serta dua bank pelat merah menjadi target serangan siber, Selasa (15/2). Serangan ini disebut-sebut dilakukan oleh Rusia.
"Tidak dapat dikesampingkan bahwa agresor menggunakan trik kotor," kata lembaga pengawas Ukraina seperti dikutip AFP.
Sementara itu, intelijen AS memprediksi Rusia bisa melakukan serangan siber dan peperangan elektronik untuk memutus jalur komunikasi antar-unit militer Ukraina di berbagai negara bagian, bila Rusia memutuskan memulai perang.
UngkapSementara itu, Kepala Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO), Jens Stoltenberg, menuturkan pembangunan militer Rusia di sekitar Ukraina masih terus dilakukan, meski Moskow mengumumkan telah menarik pasukan mereka.
"Kita telah mendengar tanda-tanda dari Moskow terkait kesediaannya melanjutkan upaya diplomatik, tetapi sejauh ini, kita masih belum melihat tanda de-eskalasi," kata Stoltenberg, Rabu (16/2), dikutip dari AFP.
"Sebaliknya, Rusia terlihat terus membangun militer mereka," lanjutnya.
Selain itu, Stoltenberg menyatakan masih harus dipastikan bahwa Rusia benar-benar menarik pasukan.
"Kami terus mengawasi secara ketat apa yang dilakukan Rusia di dalam dan sekitar Ukraina. Apa yang kami lihat adalah mereka meningkatkan jumlah pasukan dan lebih banyak pasukan sedang dalam perjalanan," ucap Stoltenberg.
Stoltenberg menuturkan Moskow masih memiliki kemampuan untuk menyerang Ukraina. Ia juga mengatakan NATO kini bersiap menghadapi kemungkinan terburuk.
Selain itu, Stoltenberg meminta Moskow untuk menarik pasukan mereka dari perbatasan Ukraina secara teratur.
"Jika mereka benar-benar mulai menarik pasukan, itu adalah keputusan yang kami sambut baik. Namun, itu masih perlu ditunggu."
"Meski kita melihat pergerakan pasukan, itu tidak mengonfirmasi Rusia benar-benar mundur."
Sementara itu, Menteri Pertahanan Jerman, Christine Lambrecht, menilai pembangunan pasukan Rusia ke perbatasan masih terus menimbulkan kekhawatiran.
"Ada sinyal yang memberikan kami harapan. Namun, penting untuk mengawasinya secara ketat apakah kata-kata itu dilanjutkan dengan tindakan."
Pada Rabu (15/2), Rusia mengatakan latihan militer mereka di perbatasan Ukraina sudah selesai dan menarik pasukannya.
SantaiSementara itu, aktivitas penduduk Ukraina termasuk warga Indonesia yang menetap di negara itu dilaporkan berjalan normal meski rumor invasi Rusia berlangsung, Rabu (16/2) terus menjadi sorotan.
Direktur Perlindungan WNI Kementerian Luar Negeri RI, Judha Nugraha, mengatakan berdasarkan pantauan KBRI di Kiev, warga di ibu kota terlihat tetap tenang dan tak ada kepanikan.
"Warga setempat terlihat tetap tenang, tidak ada panic buying atau rush mengambil uang di bank setempat," kata Judha saat dihubungi, Selasa (15/2).
"KBRI Kiev terus menjalin komunikasi dengan para WNI. Mereka saat ini dalam kondisi aman, sehat dan tetap tenang," paparnya menambahkan.
Judha juga memaparkan menurut pantauan KBRI Kiev, tidak ada perwakilan asing yang secara aktif mengevakuasi warganya keluar dari Ukraina.
"Kami memantau ada beberapa Perwakilan Asing di Ukraina yang menghimbau warganya yang tidak memiliki kepentingan mendesak untuk dapat kembali pulang. Namun hal tersebut masih sebatas imbauan. Hingga hari ini tidak ada Perwakilan Asing yang secara aktif mengevakuasi warganya keluar Ukraina," tutur Judha lagi.
Judha menyampaikan, saat ini ada 138 WNI yang berada di Ukraina. Angka ini turun dari jumlah sebelumnya yang mencapai 148 orang.
Penurunan angka ini disebabkan salah satunya karena sebagian WNI yang melakukan perjalanan sementara ke Ukraina telah kembali ke RI.
Selain itu, pihak KBRI Kiev mengimbau masyarakat Indonesia di Ukraina untuk tetap waspada dan memantau informasi resmi yang disampaikan otoritas setempat.
KaburSecara terpisah, juga dilaporkan, ada orang terkaya di Ukraina, Rinat Akhmetov kabur ke luar negeri. Keputusan Rinat karena adanya ketegangan antara Ukraina dan Rusia, sehingga diprediksi akan terjadinya perang.
Melansir laman The Moscow Time, Rabu (16/2), para pengusaha Ukraina dikabarkan telah melarikan diri ke luar negeri karena Rusia telah mencapai titik panas konflik, sehingga pemerintah negara-negara Barat memerintahkan warganya untuk pergi .
Catat penerbangan disana melaporkan, setidaknya ada sekitar 20 penerbangan carteran yang berangkat dari Kyiv (Ibu Kota Ukraina) pada Minggu (14/2), jumlah itu lebih banyak jika dibandingkan dalam enam tahun terakhir secara pengamatan penerbangan, seperti dikutip surat kabar online di sana Ukrainskaya Pravda.
Dalam penerbangan itu dua orang terkaya di Ukraina, Rinat Akhmetov dan Viktor Pinchuk termasuk di antara orang-orang yang dilaporkan telah melarikan diri.
Dikutip dari laman Forbes, Selasa (16/2), Rinat memiliki jumlah kekayaan mencapai US$ 7,1 miliar atau setara Rp 101,5 triliun.
Rinat memiliki perusahaan di bidang telekomunikasi, teknik, keuangan, real estate, transportasi dan ritel. Ia juga merupakan putra seorang penambang batu bara.
Sumber kekayaan Rinat, tidak lain karena ia banyak memiliki saham di berbagai bisnis industri, seperti perusahaan pertambangan dan baja Metinvest Group, yang salah satu perusahaan swasta terbesar di Ukraina.
Di tahun 1990-an Rinat mulai membeli aset pertambangan selama era privatisasi di Ukraina. Sedangkan, orang terkaya kedua di Ukraina Viktor Pinchuk memiliki harta US$ 2,4 miliar atau setara Rp 34,3 triliun.
Tidak hanya mereka, ada juga pengusaha sukses pelayaran Andrei Stavnitser dan Vadim Nesterenko, dan seorang miliarder Igor Abramovich yang ikut juga pergi dari Ukraina dengan menyewa pesawat untuk anggota partai hingga keluarganya di hari Minggu lalu.
Peringatan Barat atas 100.000 tentara Rusia yang berkumpul di dekat perbatasan Ukraina telah mencapai titik terberat mereka, ketika Amerika Serikat mengatakan bahwa Rusia dapat melancarkan serangan kapan saja dalam beberapa hari mendatang termasuk kota Kyiv.
Moskow membantah merencanakan invasi ke tetangganya yang pro-Barat tetapi menuntut jaminan keamanan, termasuk janji bahwa AS dan NATO secara permanen memblokir Ukraina untuk bergabung dengan aliansi militer Barat.
Pembicaraan diplomatik antara Rusia dan negara-negara Barat telah gagal secara signifikan mengurangi ketegangan. AS, Inggris, Jerman dan Kanada telah meminta warganya untuk meninggalkan Ukraina menyusul peringatan Washington akan serangan Rusia yang akan datang, dan beberapa negara telah mengevakuasi kedutaan mereka di Kyiv. (CNNI/detikfinance/d)
Penulis
: Redaksi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar