Singgung Soal Ukraina-Rusia di Pertemuan G20, Jokowi: Hentikan Rivalitas
TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Joko Widodo atau Jokowi mengatakan dalam situasi seperti ini, bukan saatnya untuk rivalitas. Bukan saatnya untuk membuat ketegangan baru yang mengganggu pemulihan dunia, apalagi yang membahayakan keselamatan dunia.
"Sebagaimana yang terjadi di Ukraina saat ini. Saat ini semua pihak harus menghentikan rivalitas dan ketegangan," kata Jokowi dalam pertemuan menteri keuangan dan gubernur bank sentral G20 yang disiarkan secara virtual, Kamis, 17 Februari 2022.
Menurutnya, negara-negara di dunia harus fokus untuk bersinergi, berkolaborasi menyelamatkan dan membangkitkan dunia.
Sinergi dan kolaborasi itu diperlukan, kata dia, karena pandemi Covid-19 belum berakhir yang menyebabkan ekonomi dunia masih terguncang.
"Sebagaimana saya katakan pada IMF World Bank Annual meeting tahun 2018, the winter is coming dan saat ini winter yang berat benar-benar datang," ujarnya.
Dalam situasi seperti ini, kata dia, tidak ada satu negara pun yang bisa bangkit sendiri. Semua negara, kata dia, saling terkoneksi, tidak ada yang terisolasi.
Jokowi mengatakan kebangkitan satu kawasan akan membangkitkan kawasan yang lainnya, sebaliknya, keruntuhan satu kawasan akan ikut meruntuhkan kawasan yang lainnya.
Dia menekankan ketidakpastian global harus dihadapi dengan sinergi dan kolaborasi. Dia mengajak negara-negara G20 untuk bekerjasama mengendalikan inflasi yang cenderung meningkat, mengantisipasi kelangkaan dan kenaikan harga pangan, mengatasi kelangkaan kontainer dan rantai logistik lainnya. "Kita harus mencegah terjadinya kelaparan," kata Jokowi.
Selain itu, negara-negara G20, memiliki tugas melakukan beberapa transformasi untuk mempercepat proses transisi menuju ekonomi baru. Negara G20 juga harus mempercepat transformasi digital yang merata dan terjangkau, serta harus mendukung kebangkitan UMKM.
Jokowi yakin pertemuan antar menteri keuangan dan gubernur bank sentral dari negara-negara G20 pasti bisa merumuskan langkah-langkah kebijakan fiskal dan moneter yang saling bersinergi antar negara untuk menyelesaikan permasalahan bersama.
HENDARTYO HANGGI
Disclaimer: Berita ini merupakan hasil kerja sama dengan PT Samuel Sekuritas Indonesia. Berita ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya berada di tangan pembaca.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar