Transaksi LCS di Jepang Tertinggi, BNI Siap Manfaatkan Peluang By detik

 

Transaksi LCS di Jepang Tertinggi, BNI Siap Manfaatkan Peluang

By
Yudistira Perdana Imandiar
finance.detik.com
3 min
Foto: Eduardo Simorangkir
Foto: Eduardo Simorangkir
Jakarta -

Bank Indonesia (BI) telah menjalin kerja sama implementasi Local Currency Settlement (LCS) dengan Malaysia, Thailand, Jepang dan China. Khusus untuk Jepang, pemanfaatan LCS dengan mata uang Yen tercatat menjadi yang terbesar dari sisi nilai transaksi.

Local currency settlement (LCS) menjadi instrumen pelindung nilai dalam mata uang lokal, dengan biaya konversi kurs transaksi yang lebih efisien. Selain itu, LCS dapat menjadi alternatif pembiayaan ekspor dan membuka peluang investasi dalam mata uang lokal, serta berperan untuk diversifikasi eksposur mata uang dalam penyelesaian transaksi antar-negara.

BI mencatat, dalam kerja sama pemanfaatan LCS, penggunaan mata uang Yen nilai transaksinya mencapai rata-rata US$ 109,4 juta per bulan. Sementara itu, transaksi LCS dalam Ringgit Malaysia sebesar US$ 45,3 juta per bulan, dan dalam Baht Thailand mencapai US$ 17 juta per bulan. Sedangkan LCS dengan China, sejak diterapkan di September 2021 mencatat transaksi sebesar US$ 15,1 juta per bulan.

Duta Besar Indonesia untuk Jepang, Heri Ahmadi menilai potensi pemanfaatan LCS masih sangat besar. Terlebih, nilai transaksi terkait LCS dengan mata uang Yen cukup besar dibanding beberapa negara lain yang telah meneken perjanjian kerja sama ini.

"Di antara LCS Indonesia, Jepang nilai terbanyak, tetapi masih sangat banyak ruang-ruang peluang yang terbuka," kata Heri dikutip dalam keterangan tertulis, Selasa (11/1/2022).

Ia menambahkan pelaksanaan LCS tergantung layanan perbankan yang telah ditunjuk oleh BI. Saat ini ada belasan bank yang dimandatkan sebagai Appointed Cross Currency Dealer (ACCD).

Heri mengatakan lewat LCS, diharapkan perusahaan-perusahaan Jepang yang memiliki cakupan bisnis ke Indonesia, dan perusahaan-perusahaan Indonesia yang memiliki eksposur usaha ke Jepang bisa lebih efisien karena tidak perlu repot-repot mengkonversi nilai tukar.

"LCS akan sangat mempermudah transaksi antara PT (perusahaan-perusahaan) di Indonesia & Jepang," sebut Heri.

Dalam perkembangan tersebut, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) sebagai satu-satunya bank nasional yang memiliki layanan di Negeri Sakura lewat keberadaan kantor cabangnya di Tokyo memiliki potensi besar untuk mendukung peningkatan transaksi LCS dengan mata uang Yen.

BNI ditunjuk BI sebagai ACCD untuk memfasilitasi transaksi LCS melalui pembukaan rekening mata uang negara mitra sejak tahun 2018. Direktur Treasury & Internasional BNI Henry Panjaitan menyatakan transaksi LCS BNI meningkat signifikan sekitar 6,25%. Dari empat negara yang memiliki kerja sama LCS, Jepang pun menjadi negara dengan aktivitas transaksi valuta asing paling menonjol.

"Kami pun telah menyiapkan strategi untuk mendukung kenaikan transaksi LCS. Tahun ini, BNI bakal meningkatkan literasi kepada seluruh nasabah, yang akan didukung juga oleh beberapa stimulus sehingga aktivitas transaksi LCS bisa meningkat," terang Henry.

Sementara itu, Kepala Badan Pengkajian dan Pengembangan Kementerian Perdagangan (Kemendag) Kasan Muhri mengatakan salah satu aspek penting dalam implementasi LCS yakni kehadiran bank pelaksana di negara yang telah bekerja sama.

"Sebenarnya bukan semata-mata banyak LCS-nya, tetapi yang lebih penting adalah efektivitas dari implementasinya. Kemudian porsi valuta asing non-USD yang menjadi target pengurangan ketergantungan terhadap dolar AS," jelas Kasan.

Salah satu Bank pelat merah yang memiliki banyak jaringan Kantor Cabang Luar Negeri (KCLN) dan mendukung aktivitas ekspor dan impor adalah BNI. Saat ini BNI memiliki KCLN di 6 negara, yakni Singapura, Hong Kong, Jepang, Korea Selatan, Amerika Serikat, dan Inggris.

Kasan menyatakan BNI memiliki peran besar dalam implementasi LCS dengan berbagai negara mitra dagang Indonesia. Menurut Kasan, idealnya bank pelaksana atau bank yang memfasilitasi implementasi LCS, harus ada di masing-masing negara yang melakukan LCS.

"BNI harus menyediakan likuiditas rupiah di setiap negara yang Indonesia punya LCS untuk efektifitas implementasinya," urai Kasan.

Lihat juga video 'UMKM Jawa Barat mendunia bersama BNI Xpora':

Baca Juga

Komentar