22 Tahun Rezim Putin di Rusia, Perang Chechen hingga Gempur Ukraina - CNN Indonesia - Opsiin

Post Top Ad

Responsive Ads Here

22 Tahun Rezim Putin di Rusia, Perang Chechen hingga Gempur Ukraina - CNN Indonesia

Share This

 www.cnnindonesia.com

22 Tahun Rezim Putin di Rusia, Perang Chechen hingga Gempur Ukraina

CNN Indonesia
5-6 minutes
Selasa, 15 Mar 2022 07:55 WIB

Vladimir Putin sudah 22 tahun menguasai Rusia, mengawali takhta pada perang Chechen hingga kini melakukan invasi di Ukraina.

Vladimir Putin saat berburu dan memancing di Siberia pada 2017. (AFP PHOTO / SPUTNIK / Alexey NIKOLSKY)

Jakarta, CNN Indonesia --

Presiden RusiaVladimir Putin memerintahkan kekuatan militer menyerang Ukraina mulai 24 Februari lalu. Setelah lebih dari dua dekade menjabat sebagai pemimpin Moskow, Putin dikenal sebagai sosok diktator yang ditakuti banyak orang.

Karier politik Putin melejit setelah ia pensiun dari badan intelijen Rusia atau KGB.

Putin menjadi anggota KGB selama kurang lebih 15 tahun. Dia pensiun dari dinas aktif KGB pada 1990.


Pada 9 Agustus 1999, Presiden Rusia kala itu, Boris Yeltsin, menunjuk Putin sebagai Perdana Menteri Rusia. Diketahui, Putin sempat menjabat sebagai kepala intelijen domestik Rusia di bawah kepemimpinan Yeltsin, seperti dikutip CNN.

Sebelumnya, pendahulu Putin hanya bertahan beberapa bulan dalam kursi perdana menteri. Namun, kurang dari enam bulan setelah Putin menjabat, Yeltsin mengangkatnya sebagai presiden pada malam tahun baru 1999.

Sejak itu, dukungan masyarakat kepada Putin cukup tinggi. Menurut data lembaga survei independen Levada Center, setelah Putin menjabat sebagai presiden, dukungan masyarakat pada Januari 2000 mencapai 84 persen.

September 1999: Manfaatkan Isu Terorisme dengan Menyerang Chechen

Putin merespons terorisme dengan cara yang brutal. Pada September 1999, rangkaian bom apartemen membunuh ratusan orang di Rusia dan membuat negara itu ketakutan.

Masalah ini menjadi momentum Putin untuk berjanji akan membalas terorisme yang terjadi di Rusia dan mengambil hati masyarakat.

"Kami akan mengejar teroris kemana pun," janji Putin kala pasukan Rusia mengebom ibu kota republik Chechnya.

"Jika mereka ada di bandara, di bandara. Itu berarti, jika mereka di toilet, kami akan memusnahkan mereka di sana," lanjutnya.

Penyelidik Rusia menyimpulkan serangan tersebut disebabkan oleh ekstremis Islam Chechen.

Namun, oposisi Putin, taipan Rusia yang diasingkan, Boris Berezovsky, bersama mantan mata-mata Rusia, Alexander Litvinenko, menggaungkan teori konspirasi yang mengklaim layanan keamanan Rusia sengaja melakukan serangan bom apartemen ini sebagai upaya provokasi untuk melakukan tindakan militer di Chechnya.

Pada 2013, Berezovsky ditemukan mati di rumahnya di Inggris dan tampaknya melakukan bunuh diri. Sementara itu, Litvinenko diracun dengan polonium-210 di London, pembunuhan yang menurut penyelidik Inggris diperintahkan oleh Putin.

Terlepas dari pelakunya, insiden pengeboman ini menjadi titik balik bagi karier Putin, membuatnya mendapat dukungan bangsa.

2014: Rusia Aneksasi Semenanjung Crimea

Sebelum Rusia mencaplok Crimea pada 2014, Ukraina terlebih dahulu berhadapan dengan protes untuk menjatuhkan Presiden Pro-Rusia Viktor Yanukovych. Protes ini dimulai pada November 2013, saat Yanukovych menggagalkan perjanjian yang mampu memperkuat hubungan Ukraina dengan Uni Eropa.

Protes tersebut menyebabkan sejumlah orang tewas dan ratusan orang terluka. Yanukovych memilih kabur ke Rusia.

Pada 28 Februari 2014, kelompok pria bersenjata tanpa lencana seragam merebut sejumlah tempat penting di Crimea, dikutip dari Britannica. Awalnya Putin membantah kalau kelompok tersebut merupakan tentara Rusia, tetapi ia kemudian mengakuinya.

Pergerakan pasukan Rusia ini juga disebut-sebut tak mendapatkan penolakan, mengingat mayoritas populasinya adalah orang Rusia.

Pada 3 Maret, perdana menteri Pro-Rusia ditempatkan sebagai kepala parlemen regional. Rusia juga berhasil mendapatkan kontrol militer de facto di Crimea. Pada 16 Maret, referendum dilakukan di Crimea dan 97 persen pemilih memihak Rusia.

Pada 18 Maret, Putin dan anggota parlemen Crimea menandatangani perjanjian pengambilalihan wilayah tersebut ke Rusia. Perjanjian ini diratifikasi oleh parlemen Rusia dan ditandatangani Putin sebagai Undang-Undang pada 21 Maret.

Lanjut baca di halaman berikutnya...

Putin Akui Kemerdekaan Donetsk-Luhansk hingga Invasi Ukraina

BACA HALAMAN BERIKUTNYA


www.cnnindonesia.com


Vladimir Putin sudah 22 tahun menguasai Rusia, mengawali takhta pada perang Chechen hingga kini melakukan invasi di Ukraina.

Vladimir Putin kini mencoba menaklukkan Ukraina. (AP/Alexander Zemlianichenko)

21 Februari 2022: Putin Akui Kemerdekaan Donetsk dan Luhansk

Konflik wilayah Donetsk dan Luhansk sudah dimulai sejak pencaplokan Crimea pada 2014. Sebagian warga di dua daerah tersebut memang telah lama ingin lepas dari Ukraina dan bergabung dengan Rusia.

Mengikuti Crimea, kedua wilayah ini ikut melakukan referendum pemisahan diri pada 11 Mei 2014.

Mengutip Associated Press, penyelenggara referendum mengklaim 96,2 persen warga Luhansk memilih untuk merdeka. Sementara itu, 89 persen warga Donetsk juga ingin melepaskan diri dari Ukraina.


Namun, hasil referendum ini tak pernah diakui dunia sampai Putin memutuskan mengakui dua wilayah itu sebagai republik pada Februari 2022.

"Saya meyakini perlu untuk mengambil keputusan yang lama tertunda, untuk segera mengakui kemerdekaan dan kedaulatan Republik Rakyat Donetsk dan Republik Rakyat Luhansk," kata Putin saat mengakui kemerdekaan Donetsk dan Luhansk pada 21 Februari lalu.

Pengakuan ini dilakukan tak lama sebelum Putin meluncurkan operasi militer ke Ukraina.

24 Februari 2022: Invasi di Ukraina

Pada 24 Februari 2022, Putin memutuskan meluncurkan serangan ke Ukraina.

"Saya telah membuat keputusan untuk mengerahkan sebuah operasi militer (ke Ukraina timur)," kata Putin dalam pidato singkat yang dikutip AFP. Tak lama pengumuman ini, ledakan terjadi di tiga kota di Ukraina, salah satunya di Kyiv, ibu kota negara itu.

Setelah pidato ini dikeluarkan, pasukan Rusia mulai menguasai berbagai kota di Ukraina, termasuk Mariupol. Lebih dari 500 orang tewas akibat pertempuran ini, termasuk perempuan dan anak-anak.

Rusia dengan brutalnya menyerang berbagai titik penting Ukraina, seperti PLTN Chernobyl dan Zaporizhzhia. Tak hanya itu, rudal Rusia juga diklaim kerap menargetkan wilayah warga sipil, seperti gedung apartemen dan rumah sakit.

Putin mengklaim, alasan ia menyerang Ukraina karena masyarakat Donbas meminta bantuan Rusia untuk mengatasi 'kejahatan' pemerintah Kyiv.

Namun, banyak yang menilai alasan sebenarnya adalah Putin tak ingin Ukraina bergabung ke Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO). Rusia juga ingin mencegah ekspansi NATO di wilayah-wilayah yang dahulunya merupakan bagian dari Uni Soviet.

Hingga kini, perang di Ukraina masih belum usai. Berbagai dialog sudah dilakukan demi mencapai kesepakatan gencatan senjata, tetapi belum menuaikan hasil yang berarti.

(pwn/bac)

Saksikan Video di Bawah Ini:

VIDEO: Putin Sebut Invasi Ukraina Berjalan Sesuai Rencana




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Bottom Ad

Responsive Ads Here

Pages