Australia Sesumbar Jika Indonesia Sadar Akan Potensi Kekuatannya Maka NKRI Setanding dengan China - Zona Jakarta
ZONAJAKARTA.com - Hubungan Australia dan Indonesia selalu pasang surut.
Tapi untungnya Indonesia dan Australia selalu menyelesaikannya dengan kepala dingin.
Ulah Australia sendiri banyak yang membuat Indonesia kesal.
Contohnya pernyataan mantan PM Tony Abbot beberapa tahun lalu yang semena-mena akan melakukan semacam 'operasi' di Indonesia untuk menangkal para imigran datang ke negaranya.
Sebelum itu ada lagi ulah Australia ke Indonesia semisal kasus penyadapan para pejabat tinggi negara Indonesia.
Kemudian Black Flight F-18 Hornet Australia di El Tari, Kupang semasa konflik Timor Timur.
Paling ngeselin ulah Australia ialah merancang serangan ke ibu kota Indonesia, Jakarta.
Dikutip dari The Telegraph, Direktur Pusat Studi Strategi di Universitas Victoria, Wellington. David Dickens membeberkan rencana ini.

Menurut Dickens, petinggi militer Australia lantas menyusun sebuah rencana mengejutkan yakni menyerang ibu kota Indonesia, Jakarta.
"Niatan militer Indonesia untuk bekerjasama dalam hadirnya Interfet (di Timor Timur) patut dipertanyakan," kata Dickens.
Australia kala itu menyiapkan jet tempur pembom F-11 Aardvark mereka.
Rencananya pada hari H jam J September 1999, misi pemboman presisi itu akan dilancarkan Australia.
Tujuan serangan ialah pusat komando dan instalasi militer penting Indonesia.
Australia beralasan serangan ini diperlukan karena adanya ancaman di lokasi pendaratan pasukan INTERFET yang dibayang-bayangi kapal selam Indonesia.
"Kapal perang INTERFET dibayangi kapal selam Indonesia saat mendekat ke Timor Timur.

"Australia melihat milisi dan kapal selam Indonesia sebagai ancaman paling besar.
Hal yang paling dikhawatirkan ialah kapal selam Indonesia bisa menyelinap di tengah-tengah armada INTERFET, kemudian menerjunkan satuan pasukan khusus untuk menenggelamkan salah satu kapal di pelabuhan Dili dan tempat lain," kata Dickens.
Tapi pendaratan INTERFET bisa dilakukan dan Australia mengurungkan niat menyerang Jakarta.
Tapi dibalik semua kisruh itu, Australia mengakui jika Indonesia berpotensi jadi negara besar.
Lembaga Think Tank Australia, Lowy Institute meminta Canberra agar sadar potensi Indonesia di Pasifik dimana belajar dari kasus Ukraina-Rusia.
"Tetapi logika itu memang memiliki beberapa batasan geografis.
Misalnya, terlepas dari banyak kemajuan teknologi militer China, tetap sulit dan mahal bagi negara mana pun untuk memproyeksikan kekuatan militer lebih dari ribuan kilometer.
Alasan mengapa Ukraina sangat rentan adalah karena ia berbagi perbatasan darat yang panjang dengan Rusia; jarak antara Ukraina dan musuh berkekuatan besar adalah nol.

"Orang Australia lebih beruntung; Sydney ke Beijing lebih jauh dari Berlin ke Beijing," papar Lowy Institute yang membandingkan posisi geografis Australia dengan China.
Australia mengakui jika Indonesia sadar akan potensinya maka posisinya bakal setanding dengan China.
Cuma masalah bagi Australia bila hal itu terjadi diharapkan Jakarta tak terlalu lengket dengan Beijing.
Di sisi lain, seandainya Indonesia menyadari potensi kekuatan besarnya, atau seandainya China pernah mendirikan pangkalan militer di Pasifik, kehidupan Australia akan menjadi jauh lebih rumit," tulis artikel terbitan Lowy Institute pada 23 Februari 2022 lalu seperti dikutip Zonajakarta.com.
Meski hubungannya pasang surut, Indonesia dan Australia tetap harus menjaga kedamaian kawasan.*** (ZJ)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar