Berubah-ubah! Rusia Kini Ngaku Tak Serang RS, Tuduh Ukraina Provokasi

Pejabat-pejabat tinggi Rusia memberikan pernyataan yang berubah-ubah mengenai gempuran di rumah sakit ibu dan anak di kota Mariupol, Ukraina. Kini, Rusia mengklaim serangan yang menewaskan tiga orang termasuk seorang anak itu merupakan provokasi yang dilakukan oleh Ukraina.
"Aviasi Rusia sama sekali tidak melakukan misi untuk menyerang target-target di darat di daerah Mariupol," kata juru bicara Kementerian Pertahanan Rusia Igor Konashenkov seperti diberitakan kantor berita AFP, Jumat (11/3/2022).
"Serangan udara yang diduga terjadi itu adalah provokasi yang sepenuhnya dilakukan untuk mempertahankan sentimen anti-Rusia untuk audiens Barat," cetus pejabat Rusia itu.
Sebelumnya, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky membagikan rekaman video yang menunjukkan kehancuran besar-besaran di rumah sakit yang baru saja direnovasi di kota pelabuhan di Ukraina selatan itu.
Zelensky mengatakan 'serangan langsung oleh pasukan Rusia' tersebut telah menyebabkan anak-anak tertimbun di bawah reruntuhan.
Dalam video yang dibagikan dari lokasi tersebut oleh petugas penyelamat menunjukkan pemandangan kehancuran total. Para korban yang terluka dievakuasi, beberapa di atas tandu, melewati mobil-mobil yang hangus dan terbakar serta sebuah kawah besar di dekat gedung.
Di dalam rumah sakit, puing-puing, pecahan kaca dan serpihan kayu berserakan di koridor, kantor administrasi dan kamar tidur rumah sakit.
Sebelumnya, Kementerian Luar Negeri Rusia tidak menyangkal terkait serangan itu. Namun, Rusia menuduh "batalyon nasionalis" Ukraina menggunakan rumah sakit itu untuk mengatur posisi menembak setelah memindahkan staf dan pasien.
Simak video 'Pasukan Darat Rusia Kembali Bergerak Usai Terhenti Beberapa Hari':
Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov mengklaim bahwa rumah sakit yang digempur itu telah berfungsi sebagai basis militer bagi kaum nasionalis.
"Rumah sakit bersalin ini telah lama ditempati oleh Batalyon Azov dan kaum radikal lainnya," ujarnya.
"Mereka mengusir para wanita yang bersalin, perawat dan staf umum. Itu adalah basis dari Batalyon Azov yang ultra-radikal," kata Lavrov, setelah pembicaraan di Turki dengan Menlu Ukraina pada Kamis (10/3).
(ita/ita)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar