Cerita Pengungsi Afrika yang Dilaporkan Terima Perlakuan Rasis saat Mencoba Tinggalkan Ukraina - Tribunnnews - Opsiin

Post Top Ad

Responsive Ads Here

Cerita Pengungsi Afrika yang Dilaporkan Terima Perlakuan Rasis saat Mencoba Tinggalkan Ukraina - Tribunnnews

Share This

Cerita Pengungsi Afrika yang Dilaporkan Terima Perlakuan Rasis saat Mencoba Tinggalkan Ukraina - Halaman all

Pengungsi dari Ukraina berkumpul untuk naik bus dari perbatasan di Medyka ke Przemysl, Polandia timur pada 28 Februari 2022.
Pengungsi dari Ukraina berkumpul untuk naik bus dari perbatasan di Medyka ke Przemysl, Polandia timur pada 28 Februari 2022.

TRIBUNNEWS.COM - Orang-orang Afrika yang mencoba melarikan diri dari Ukraina dilaporkan mengalami perlakuan rasis.

Para pengungsi kulit hitam dilarang naik dari transportasi umum hingga diancam dengan todongan senjata oleh milisi perampok, Daily Mail melaporkan.

Korrine Sky (26), seorang warga negara Inggris-Zimbabwe telah belajar kedokteran di Ukraina sejak September, mengatakan situasi semakin memburuk.

Ia membandingkan situasi di Ukraina saat ini bagaikan 'film kiamat', dengan penjaga bersenjata berkeliaran di jalan-jalan.

Sky, ibu dari bayi berusia sembilan bulan, mengatakan kepada The Independent bahwa dia diancam dengan todongan senjata oleh pria bersenjata setempat.

Menurut Twitter-nya, Sky berkendara ke perbatasan Ukraina dengan Rumania, di mana dia masih harus menunggu untuk menyeberang.

Ia mengatakan telah menerima beberapa ancaman kekerasan dari beberapa warga Ukraina lokal yang tidak merasa mereka perlu masuk Rumania.

Sementara itu, Osarumen, ayah tiga anak yang merupakan warga negara Nigeria, mengatakan dia dan keluarganya diminta untuk menyerahkan kursi mereka saat menaiki bus lintas batas dari Ukraina.

Pengemudi dan perwira militer menggunakan frasa 'tidak boleh ada orang kulit hitam' sebagai pembenaran.

Ketua Uni Afrika saat ini, Presiden Senegal Macky Sall, dan ketua Komisi Uni Afrika Moussa Faki Mahamat mengatakan pada hari Senin bahwa mereka sangat terganggu oleh laporan bahwa warga Afrika di sisi perbatasan Ukraina ditolak haknya untuk melintasi perbatasan demi keselamatan mereka.

Osarumen mengatakan kepada The Independent, "Selama bertahun-tahun sebagai aktivis, saya belum pernah melihat yang seperti ini."

"Ketika saya melihat ke mata mereka yang menolak kami, saya melihat rasisme; mereka ingin menyelamatkan diri mereka sendiri dan mereka kehilangan sisi kemanusiaan mereka karenanya."

Osatumen, yang telah tinggal di Ukraina sejak 2009, mengatakan dia sempat terdampar di sebuah stasiun kereta api di Kyiv.

Dia berkata, "Ini tidak hanya terjadi pada orang kulit hitam – bahkan orang India, Arab, dan Suriah, seharusnya tidak demikian."

Gadis-gadis India menunggu transportasi sebagai pengungsi dari berbagai negara - Afrika, Timur Tengah dan India - yang sebagian besar mahasiswa universitas Ukraina, tiba di penyeberangan pejalan kaki Medyka untuk melarikan diri dari konflik di Ukraina, di Polandia timur pada 27 Februari 2022. (WOJTEK RADWANSKI / AFP)

Menanggapi laporan tersebut, para pemimpin Uni Afrika mengatakan dalam sebuah pernyataan:

"Laporan bahwa orang Afrika diperlakuan berbeda tidak dapat diterima dan melanggar hukum internasional."

Pada hari Senin Nigeria mendesak pejabat perbatasan di Ukraina dan di tempat lain untuk memperlakukan warganya secara setara.

"Ada laporan yang tidak menguntungkan dari polisi dan personel keamanan Ukraina yang menolak mengizinkan warga Nigeria naik bus dan kereta api menuju perbatasan Ukraina-Polandia," kata penasihat presiden Garba Shehu dalam sebuah pernyataan.

Shehu merujuk sebuah video di media sosial di mana seorang ibu Nigeria dengan bayi kecilnya dipaksa secara fisik untuk menyerahkan kursinya.

Dia mengatakan ada juga laporan pejabat Polandia yang menolak warga Nigeria masuk ke Polandia dari Ukraina.

"Semua yang melarikan diri dari situasi konflik memiliki hak yang sama untuk perjalanan yang aman di bawah Konvensi PBB dan warna paspor atau kulit mereka seharusnya tidak ada bedanya," kata Shehu.

Sekelompok orang Afrika Selatan, sebagian besar pelajar, terjebak di perbatasan Ukraina-Polandia, kata juru bicara kementerian luar negeri negara itu, Clayson Monyela, di Twitter.

Duta Besar Afrika Selatan untuk Warsawa berada di lokasi untuk membantu mereka, menurut Monyela.

Monyela juga sempat mengatakan pada hari Minggu bahwa orang Afrika 'diperlakukan dengan buruk' di perbatasan Polandia-Ukraina.

Duta Besar Polandia untuk Nigeria Joanna Tarnawska menolak menyangkal perlakuan tidak adil itu.

"Semua orang menerima perlakuan yang sama. Saya dapat meyakinkan Anda bahwa saya memiliki laporan bahwa beberapa warga negara Nigeria telah melintasi perbatasan ke Polandia," katanya kepada media lokal.

Dia mengatakan orang Nigeria bisa tinggal selama 15 hari di Polandia.

Bahkan dokumen yang tidak valid tetap diterima untuk melintasi perbatasan dan pembatasan Covid-19 dicabut, tambahnya.

Beberapa orang Nigeria yang berhasil melintasi perbatasan menyebut perjalanan mereka mencapai perbatasan sangat menakutkan.

Mereka harus menunggu dalam gelap karena para pejabat memprioritaskan wanita dan anak-anak Ukraina.

"Salah satu petugas datang dan memberi tahu kami bahwa lebih sulit bagi kami orang asing karena mereka harus berhubungan dengan pemerintah kami di berbagai negara," ujar Stephanie Agekameh, seorang mahasiswa kedokteran di Polandia, mengatakan melalui pesan teks.

Berbicara dari Korczowa di Polandia, mahasiswa ilmu manajerial Nigeria Agantem Moshe, mengatakan polisi Ukraina mendorong orang-orang Afrika menyingkir untuk memberi jalan bagi perempuan dan anak-anak.

"Dari sisi Polandia mulus, mereka profesional. Tapi di Ukraina, mereka menahan kami di luar dalam cuaca dingin," katanya.

PBB mengatakan bahwa lebih dari setengah juta pengungsi dari Ukraina sejauh ini telah menyeberang ke negara-negara tetangga.

Kedutaan Nigeria di Bucharest mengatakan telah menerima 130 warga Nigeria dari Ukraina, dengan lebih banyak lagi yang diproses setelah mencapai Warsawa atau Budapest.

"Kami meyakinkan warga Nigeria bahwa semua pengaturan sedang dilakukan untuk mengevakuasi warga kami secara efektif," kata pejabat Nigeria Gabriel Aduda dalam sebuah pernyataan.

Evakuasi Warga Negara Afrika Lainnya

Sementara itu, pemerintah Ghana mengatakan akan bertemu dengan orang tua siswa yang terjebak di Ukraina pada hari Selasa dan mengirim pejabat kedutaan ke titik perbatasan untuk membantu.

Menteri Luar Negeri DR Kongo Christophe Lutundula mengatakan di Twitter bahwa dia akan bertemu dengan duta besar Polandia untuk membantu perjalanan melintasi perbatasan sekitar 200 orang Kongo, yang kebanyakan pelajar.

Pantai Gading, yang menurut media pemerintah memiliki 500 warga negara di Ukraina, mengatakan pihaknya juga membuat rencana untuk evakuasi mereka.

Kementerian luar negeri Kenya mengatakan pekan lalu sekitar 200 warga Kenya aman, tetapi beberapa terjebak di perbatasan Polandia karena pembatasan visa.

Akuntan Nigeria Lukmon Busari mengatakan putranya, seorang mahasiswa kedokteran tahun keempat, sudah keluar setelah menunggu sehari di perbatasan Polandia.

"Awalnya petugas tidak mengizinkan mereka untuk pergi karena mereka memprioritaskan orang Ukraina, wanita dan anak-anak."

"Tapi Akhirnya mereka mengizinkan mereka masuk ke Polandia," kata Busari kepada AFP melalui telepon.

Menurutnya, pihak berwenang Polandia melakukan pekerjaan yang luar biasa.

(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Bottom Ad

Responsive Ads Here

Pages