Diam-diam Impor Minyak dari Rusia, Ini Pembelaan Shell Usai Dikecam Menlu Ukraina
Senin, 07 Maret 2022 - 15:16 WIB
A A A
TEXAS - Perusahaan raksasa energi Shell membela keputusannya untuk membeli minyak mentah Rusia meskipun ada invasi ke Ukraina. Perusahaan mengatakan, dalam sebuah pernyataan bahwa membeli bahan bakar dengan harga diskon merupakan keputusan yang sangat "sulit".
Pernyataan ini menegaskan bahwa Shell telah membeli kargo minyak mentah Rusia pada hari Jumat, dengan alasan 'tidak memiliki alternatif'. Menteri Luar Negeri Ukraina, Dmytro Kuleba mengecam perusahaan energi itu, dan bertanya di Twitter: "Apakah Anda tidak mencium bau darah Ukraina di minyak Rusia?"
Baca Juga: Daftar Lengkap Perusahaan Raksasa Dunia yang Cabut dari Rusia Imbas Invasi Ukraina
Sejauh ini negara-negara Barat belum menjatuhkan sanksi terhadap impor minyak Rusia. Ada kekhawatir, apabila kebijakan emergo itu diambil, maka akan menaikkan harga energi yang sudah tinggi di seluruh dunia.
Tetapi pada hari Minggu, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken mengatakan, AS saat ini dalam diskusi aktif dengan mitra Eropa tentang melarang sementara serta juga mempertahankan "pasokan global yang stabil".
Rusia sendiri merupakan produsen minyak mentah terbesar kedua di dunia setelah Arab Saudi, dan memasok sekitar sepertiga dari kebutuhan Eropa.
Pernyataan ini menegaskan bahwa Shell telah membeli kargo minyak mentah Rusia pada hari Jumat, dengan alasan 'tidak memiliki alternatif'. Menteri Luar Negeri Ukraina, Dmytro Kuleba mengecam perusahaan energi itu, dan bertanya di Twitter: "Apakah Anda tidak mencium bau darah Ukraina di minyak Rusia?"
Baca Juga: Daftar Lengkap Perusahaan Raksasa Dunia yang Cabut dari Rusia Imbas Invasi Ukraina
Sejauh ini negara-negara Barat belum menjatuhkan sanksi terhadap impor minyak Rusia. Ada kekhawatir, apabila kebijakan emergo itu diambil, maka akan menaikkan harga energi yang sudah tinggi di seluruh dunia.
Tetapi pada hari Minggu, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken mengatakan, AS saat ini dalam diskusi aktif dengan mitra Eropa tentang melarang sementara serta juga mempertahankan "pasokan global yang stabil".
Rusia sendiri merupakan produsen minyak mentah terbesar kedua di dunia setelah Arab Saudi, dan memasok sekitar sepertiga dari kebutuhan Eropa.
Sementara itu Menteri Luar Negeri Ukraina, Dmytro Kuleba menulis dalam Twitter resmi miliknya "Saya diberitahu bahwa Shell secara diam-diam membeli beberapa minyak Rusia kemarin. Satu pertanyaan untuk @Shell Bukankah minyak Rusia tercium bau darah Ukraina untuk Anda? Saya menyerukan kepada semua orang yang sadar di seluruh dunia agar perusahaan multinasional memutuskan semua hubungan bisnis dengan Rusia," tulisnya.
Mengomentari keputusan impor tersebut, Shell mengatakan, terpaksa membeli minyak dari Rusia untuk mempertahankan pasokan bahan bakar tepat waktu ke Eropa. Perusahaan mengatakan sangat terkejut dengan perang yang terjadi di Ukraina dan telah menghentikan sebagian besar kegiatan bisnis yang melibatkan minyak Rusia.
Tetapi Shell menambahkan, situasi yang terkait dengan pasokan sangat kompleks. Seperti diketahui minyak Rusia saat ini membentuk sekitar 8% dari pasokan Shell. Salah satu kilang perusahaan, yang memproduksi diesel dan bensin serta produk lainnya, juga termasuk yang terbesar di Eropa.
"Untuk memperjelas semuanya, tanpa pasokan minyak mentah atau gangguan ke kilang. Maka industri energi tidak dapat menjamin penyediaan produk penting yang berkelanjutan kepada orang-orang di seluruh Eropa selama beberapa minggu ke depan," kata seorang juru bicara perusahaan.
Baca Juga: Shell Putus Kerja Sama dengan Rusia Imbas Invasi ke Ukraina
"Kargo dari sumber alternatif tidak akan tiba tepat waktu untuk menghindari gangguan pasokan. Kami tidak menganggap enteng keputusan ini dan kami memahami tentang perasaan di sekitarnya," papar pihak Shell.
Perusahaan juga mengatakan, bahwa mereka akan mencoba memilih alternatif untuk menggantikan minyak Rusia dan bahwa keuntungan dari minyak Rusia akan diberikan kepada dana khusus yang bertujuan membantu orang-orang di Ukraina.
Impor ini terjadi tak lama setelah perusahaan mengumumkan bahwa mereka akan mengakhiri semua usaha patungannya dengan perusahaan energi Rusia Gazprom setelah invasi. Keputusan itu membuat perusahaan bakal menjual 27,5% sahamnya di pabrik gas alam cair utama dan 50% saham dalam dua proyek ladang minyak di Siberia.
Komentar
Posting Komentar