Menlu Rusia: Tidak Akan Ada Perang Nuklir di Ukraina, tapi... - Kompas.com


Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov berbicara kepada wartawan selama konferensi pers selama sesi ke-76 Majelis Umum PBB, Sabtu, 25 September 2021 di markas besar PBB.
|
Editor: Aditya Jaya Iswara
ANTALYA, KOMPAS.com - Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov pada Kamis (10/3/2022) mengatakan, dia tidak percaya konflik di Ukraina akan berubah menjadi perang nuklir.
Namun, Lavrov memperingatkan Amerika Serikat dan Eropa bahwa Rusia tidak ingin lagi bergantung pada Barat.
Ekonomi Rusia menghadapi krisis paling parah sejak kejatuhan Uni Soviet pada 1991, setelah Barat menjatuhkan sanksi berat pada hampir seluruh sistem keuangan dan perusahaan Rusia, setelah invasi Rusia ke Ukraina pada 24 Februari.
Baca juga: Terkepung Rusia, Warga Kota Mariupol Mulai Saling Serang untuk Dapatkan Makanan dan Bensin
Saat ditanya oleh koresponden Kremlin untuk surat kabar Rusia Kommersant apakah dia pikir perang nuklir dapat dipicu, Lavrov mengatakan kepada wartawan di Turki, "Saya tidak ingin mempercayainya, dan saya tidak mempercayainya."
Menteri Luar Negeri Rusia di era kepemimpinan Presiden Vladimir Putin sejak 2004 itu melanjutkan, isu nuklir dilemparkan ke dalam diskusi hanya oleh Barat, yang katanya terus mengungkit perang nuklir seperti Sigmund Freud, bapak psikoanalisis.
"Tentu saja itu membuat kami khawatir ketika Barat, seperti Freud, terus kembali dan kembali ke topik ini," kata Lavrov setelah pembicaraan di Antalya, Turki, dengan Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba.
Dikutip dari Reuters, Lavrov berujar bahwa pembicaraan tentang potensi serangan Rusia terhadap negara-negara Baltik sebelumnya--Lituania, Latvia, dan Estonia, sekarang semua anggota Uni Eropa dan NATO--"tampaknya hanya tipuan lama".
Rusia dan Amerika Serikat memiliki persenjataan hulu ledak nuklir terbesar setelah Perang Dingin, yang mengadu Barat melawan Uni Soviet dan sekutunya.
Putin pada 27 Februari memerintahkan pasukan nuklir Rusia untuk siaga tinggi, dengan alasan karena sanksi Barat dan pernyataan agresif oleh para anggota terkemuka aliansi militer NATO.
Pejabat Rusia kemudian mengutip komentar Inggris tentang kemungkinan konfrontasi antara NATO dan Rusia.
Baca juga: Kenapa Nuklir Rusia Siaga Tinggi, Apa Tujuan Putin?
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Terpopuler
1
India Tak Sengaja Tembakkan Rudal ke Pakistan Dibaca 18858 kali2
Menlu Rusia: Tidak Akan Ada Perang Nuklir di Ukraina, tapi... Dibaca 16461 kali3
Rangkuman Hari Ke-16 Serangan Rusia ke Ukraina, Moskwa Kembali Kepung Kyiv, Putin Izinkan Sukarelawan Ikut Perang Dibaca 7246 kali4
Putin Izinkan 16.000 Relawan dari Timur Tengah Ikut Perang Rusia di Ukraina Dibaca 5813 kali5
Ukraina, Sang Pelanduk di Bumi Eropa Dibaca 5464 kali
Terkini
- Di Tengah Serangan ke Ukraina, Rusia Gelar Kontes Kecantikan Prajurit Wanita GLOBAL - 5 menit lalu
- Kondisi Anak-anak Korban Perang Ukraina, Bertahan di Tengah Huru-hara GLOBAL - 38 menit lalu
- Rusia Ajukan Tuntutan Baru, Pembicaraan Nuklir Iran Berhenti Tanpa Kesepakatan GLOBAL - 1 jam lalu
- NATO Akan Gelar Latihan Perang yang Libatkan 30.000 Tentara di Norwegia GLOBAL - 2 jam lalu
- AS dan NATO Kirim Senjata ke Ukraina, Termasuk MANPADS untuk Jatuhkan Pesawat GLOBAL - 2 jam lalu
- Serangan Rusia Dikhawatirkan Rusak Fasilitas Penelitian Nuklir di Kharkiv dan Timbulkan Bahaya Sangat Besar GLOBAL - 3 jam lalu
- Tolak Bekerja Sama, Wali Kota Melitopol Diculik Pasukan Rusia GLOBAL - 3 jam lalu
- Saat Presiden Zelensky Minta Para Ibu dari Tentara Rusia Cegah Anaknya Dikirim ke Perang di Ukraina... GLOBAL - 4 jam lalu
- AS Sebut Tak Ada Indikasi Pasukan Belarus di Ukraina GLOBAL - 4 jam lalu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar