Perundingan Rusia-Ukraina di Turki, Rusia janji akan kurangi operasi militer di Ukraina utara - BBC News Indonesia

Delegasi Rusia dalam perundingan dengan Ukraina mengatakan Moskow telah memutuskan untuk "secara drastis mengurangi" operasi militer di Kyiv dan Chernihiv, Ukraina utara menyusul perundingan di Turki yang dimediasi oleh Presiden Recep Tayyip Erdogan.
Wakil Menteri Pertahanan Rusia Alexander Fomin mengatakan langkah itu diambil "untuk meningkatkan rasa saling percaya". Di samping itu, keputusan diambil untuk menciptakan situasi yang diperlukan bagi perundingan selanjutnya dan bagi penandatangan perjanjian pada akhirnya nanti.
Namun putaran perundingan pada Selasa (29/03) ini belum sampai menghasilkan gencatan senjata.
Delegasi Ukraina mengatakan pihaknya setuju mengadopsi status netral - salah satu tuntutan utama Rusia - dengan imbalan jaminan keamanan.
Dengan status netral maka Ukraina tidak akan bergabung ke dalam aliansi militer seperti Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) dan tidak menjadi basis militer bagi negara-negara lain. Ukraina sebelumnya ingin menjadi anggota NATO yang mendapat penolakan keras dari Rusia.
Perkembangan ini terjadi dalam perundingan di kantor presiden Turki yang disebut Dolmabahce, terletak di pinggir Selat Bosphorus, Istanbul.

Dalam sambutannya, Presiden Recep Tayyip Erdogan mendesak Rusia dan Ukraina untuk mengakhiri apa yang disebutnya sebagai tragedi bersama dari perang ketika membuka putaran terbaru perundingan perdamaian di Istanbul pada Selasa (29/03).
Presiden Erdogan kembali menyerukan perlunya gencatan senjata dan sudah waktunya perundingan membuahkan hasil nyata.
Ia menambahkan persahabatan Turki dengan kedua negara membuatnya merasa perlu untuk menjadi penengah.
"Upaya mengakhiri tragedi ini tergantung pada kedua pihak," kata Presiden Erdogan ketika membuka pertemuan.
Baca juga:
BBC Indonesia mengudara pada Pukul 05.00 dan 06.00 WIB, Senin sampai Jumat
Episode
Akhir dari Podcast
Kini kemajuan dalam perundingan Rusia-Ukraina ini, seperi dikakatan Presiden Erdogan, diharapkan akan membuka jalan bagi pertemuan tingkat kepala negara. Turki juga siap menjadi tuan rumah tingkat kepala negara.
Tim perunding Rusia mengatakan gagasan itu akan disampaikan kepada Presiden Vladimir Putin. Adapun delegasi Ukraina mengatakan ada cukup kemajuan sehingga membuka jalan bagi pertemuan langsung antara Presiden Zelensky dan Presiden Putin.
Menurut Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu, pertemuan langsung pertama dalam tempo dua minggu terakhir antara Ukraina dan Rusia ini telah menghasilkan kemajuan paling signifikan sejak kedua pihak mulai berunding.
Cavusoglu mengatakan Turki menyambut kompromi kedua belah pihak dan pengertian dalam masalah-masalah tertentu, sementara "isu-isu pelik" diperkirakan akan dibicarakan oleh menteri luar negeri dari kedua negara.
Menanggapi hasil perundingan di Istanbul, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken mengatakan AS belum melihat "tanda-tanda keseriusan nyata" dari Rusia.
Dikatakan oleh Blinken apa yang dikatakan Rusia berbeda dengan apa yang dilakukannya dan AS memusatkan perhatian pada apa yang dilakukan Rusia untuk mencapai perdamaian.
Roman Abramovich turut hadir
Sementara itu, miliarder Rusia Roman Abramovich - pemiliki klub sepak bola Chelsea- berada di ruang pertemuan.
Abramovich tampak duduk di samping Ibrahim Kalin - juru bicara Presiden Erdogan.
Sumber gambar,
TRT
Tidak ada komentar:
Posting Komentar