Perusahaan Minyak Terbesar Kedua di Rusia Desak Putin Setop Perang
Lukoil, perusahaan minyak terbesar kedua di Rusia, mendesak Presiden Vladimir Putin untuk menghentikan serangannya ke Ukraina. (AFP/Aris Messinis).
Jakarta, CNN Indonesia --
Lukoil, perusahaan minyak Rusia yang memproduksi lebih dari 2 persen minyak mentah dunia dan mempekerjakan lebih dari 100 ribu orang, menyerukan supaya Presiden Vladimir Putin mengakhiri serangan militernya ke Ukraina.
Dilansir dari CNN Business Senin (7/3),susunan direksi perusahaan mengatakan dalam sebuah pernyataan resmi kepada pemegang saham, staf dan pelanggannya bahwa mereka menyerukan penghentian secepatnya konflik bersenjata yang terjadi di Ukraina.
"Kami mengungkapkan empati tulus kami untuk semua korban, yang terkena dampak tragedi ini. Kami sangat mendukung penyelesaian masalah melalui jalur negosiasi dan diplomasi yang serius," tulis perusahaan tersebut.
Perusahaan yang dimiliki oleh salah satu orang terkaya di Rusia, Vagit Alekperov, merupakan perusahaan minyak terbesar kedua Rusia di belakang raksasa milik negara Rosneft.
Sekarang, Lukoil menghadapi tantangan besar karena pedagang menghindari minyak mentah Rusia karena takut bertabrakan dengan sanksi Barat. Meskipun sanksi tersebut tidak secara langsung menargetkan ekspor bahan bakar fosil.
Saham Lukoil yang terdaftar di London telah jatuh sekitar 99 persen dari nilai awalnya setelah invasi. Transaksi di saham perusahaan dihentikan pada Kamis lalu (3/3).
Raksasa minyak itu sudah mulai diboikot oleh warga Amerika Serikat, di mana ada 230 SPBU Lukoil yang dimiliki oleh pemegang waralaba Amerika. Sebagian besar dari pompa bensin yang bermerek Lukoil berada di New York, New Jersey dan Pennsylvania.
Sebelumnya, miliarder Rusia Mikhail Fridman dan Oleg Deripaska juga memutuskan hubungan dengan Putin dan menyerukan diakhirinya perang. Fridman, yang lahir di Ukraina barat, menulis dalam sebuah surat kepada staf bahwa dia ingin pertumpahan darah untuk berakhir.
Fridman adalah ketua Alfa Group, konglomerat swasta yang beroperasi terutama di Rusia dan negara-negara bekas Soviet yang mencakup produksi perbankan, asuransi, ritel, dan air mineral.
Miliarder itu juga ketua dari Alfa Bank, perusahaan jasa keuangan terbesar keempat di Rusia dan bank swasta terbesarnya. Bank Alfa pekan lalu terkena sanksi yang mencegahnya mengambil pendapatan melalui pasar AS.
(tdh/bir)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar