Potensi Perang Nuklir AS-Rusia Meningkat, Rakyat Amerika Borong Tablet Yodium
PIKIRAN RAKYAT - Konflik Rusia dan Amerika Serikat (AS) diperkirakan akan semakin memanas.
Puncaknya, konflik antara kedua negara ini dikhawatirkan bisa berubah jadi perang nuklir.
Kabar dari memanasnya konflik ini sudah terdengar ke telinga masyarakat Amerika Serikat.
Karena hal itu, masyarakat di sana mulai memborong tablet yodium di pusat perbelanjaan.
Dikutip Pikiran-Rakyat.com dari Sputniknews, saat ini Presiden AS Joe Biden disebut tengah berusaha membela Ukraina.
Hal itu dianalisis pakar politik dan sejarah di AS, Joe Siracusa.
"Joe Biden berusaha keras untuk mengatakan bahwa kami (AS) tidak akan membiarkan apa pun terjadi di Ukraina, itu justru akan memancing kemungkinan Perang Dunia III semakin tinggi," katanya.
Joe Siracusa yakin bukan hanya dia seorang yang paham akan hal ini, "terutama orang-orang di Washington, mereka pasti juga ingin mengingatkan betapa seriusnya pernyataan Presiden Joe Biden itu," tutur Siracusa.

"Apalagi jika Amerika Serikat dan sekutunya ingin melawan Federasi Rusia," kata Siracusa.
Jika AS dan sekutunya mengangkat senjata untuk membantu Ukraina, tidak akan menjadi perang biasa.
Melainkan menjadi Perang Nuklir besar yang menandai Perang Dunia III.
"Mungkin banyak yang berasumsi bahwa perang nuklir sudah dihindari. Tapi tidak seperti itu," katanya.
Padahal dari sisi Rusia, Presiden Vladimir Putin memperingatkan agar negara-negara anggota NATO tidak terlibat secara militer dalam operasi khusus Rusia itu.
Walau begitu, Industri militer Barat tidak peduli dengan siapa negara-negara NATO berperang.
Industri senjata militer ini justru memanfaatkan situasi untuk mencari keuntungan sebanyak-banyaknya.
"Dengan mendukung Ukraina memakai senjata Barat, sebenarnya Rusia sedang berperang dengan negara-negara NATO. Hanya saja caranya ‘hibrida’ dan tidak terlalu kasat mata," tuturnya.

Ini diperburuk kepemimpinan lemah di Washington, AS tidak membatasi pasokan senjata Barat yang pergi ke Ukraina.
Senjata-senjata ini bukannya memperbaiki namun justru memperburuk konflik yang ada.
Tidak berhenti di situ pihak NATO juga membuat kebijakan dalam Ukraina untuk menetapkan "zona larangan terbang terbatas" di negara Eropa Timur.
Sementara Amerika Serikat sibuk di dalam negeri karena pejabat yang beradu politik.
Bukannya membuat kebijakan yang memang ingin membantu Ukraina dalam krisis tersebut. Namun banyak yang menjadikan ini panggung untuk meningkatkan elektabilitas.
Misalnya Lindsey Graham yang menyerukan untuk membunuh Presiden Rusia. Tentu menimbulkan perdebatan yang tidak penting di antara masyarakat AS.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar