Ukraina Tuduh Rusia Pakai Senjata Haram Amunisi Tandan dan Bom Termobarik - tempo
2 min read
Ukraina Tuduh Rusia Pakai Senjata Haram Amunisi Tandan dan Bom Termobarik
Reporter:
Daniel Ahmad
Editor:
Yudono Yanuar
Selasa, 1 Maret 2022 18:30 WIB

TEMPO.CO, Jakarta - Ukraina menuduh Rusia menyerang dengan bom tandan dan bom termobarik, senjata yang dikutuk oleh berbagai organisasi internasional.
"Mereka menggunakan bom vakum hari ini. Kehancuran yang coba ditimbulkan oleh Rusia di Ukraina sangat besar," kata Duta Besar Ukraina untuk Amerika Serikat, Oksana Markarova, Selasa, 1 Maret 2022.
Dua lembaga hak asasi manusia, Amnesty International dan Human Rights Watch juga kompak menduga, pasukan Rusia telah menggunakan amunisi tandan yang dilarang secara luas. Amnesty bahkan menuduh mereka menyerang sebuah gedung playgrup di timur laut Ukraina, tempat warga sipil berlindung.
Amnesty menambahkan, hukum humaniter internasional mengharamkan penggunaan senjata dengan tidak pandang bulu, seperti amunisi tandan. Menurut mereka, meluncurkan serangan dengan sembrono yang dapat membunuh atau melukai warga sipil, merupakan kejahatan perang.
Bom vakum, atau senjata termobarik, bekerja dengan cara menghisap oksigen dari udara sekitarnya untuk menghasilkan ledakan suhu tinggi. Biasanya bom ini menghasilkan gelombang ledakan dengan durasi yang jauh lebih lama daripada ledakan konvensional dan mampu menguapkan tubuh manusia.
Belum ada konfirmasi resmi bahwa senjata termobarik telah digunakan dalam serangan ke Ukraina. Tetapi wartawan di lokasi mengaku telah melihat peluncur roket ganda termobarik Rusia di dekat perbatasan Ukraina pada Sabtu sore, 26 Februari 2022. Kedutaan Rusia di Washington juga belum mau memberi komentar saat dimintai keterangan.
Sekretaris Pers Gedung Putih Jen Psaki mengatakan, AS telah mendapat informasi penggunaan bom termobarik di Ukraina. Akan tetapi, dia belum bisa memastikan bahwa Rusia telah menggunakan senjata semacam itu.
"Jika benar, itu berpotensi menjadi kejahatan perang," katanya pada konferensi pers di Gedung Putih, Senin, 28 Februari 2022.
Markarova mengatakan, saat ini Ukraina terus bekerja secara aktif dengan pemerintahan Biden dan Kongres, untuk mendapatkan lebih banyak senjata dan sanksi yang lebih keras bagi Rusia.
Reuters