Pilihan

Viral Indonesia 1958, Ini Maksud dan Sejarahnya, Ada Keterlibatan CIA - Tribunnnews

 

Viral Indonesia 1958, Ini Maksud dan Sejarahnya, Ada Keterlibatan CIA - Halaman all

Indonesia 1958
Indonesia 1958

TRIBUNSUMSEL.COM - Viral di Twitter Indonesia 1958.

Cuitan Indonesia 1958 sudah ribuan hingga Jumat (18/3/2022) siang.

Indonesia 1958 mencuat setelah fans klub sepak bola asal Serbia membentangkan sebuah banner.

'Banner supporter Red Star Belgrade saat laga Europa League melawan Rangers'

'Yang ingin kami katakan adalah: berikanlah kesempatan untuk sebuah perdamaian!"

'Indonesia 1958'

Sejarah Indonesia 1958 sendiri merupakan upaya kudeta pihak asing terhadap Presiden Soekarno.

Dikutip dari buku karangan Wayne G Jakson, L Fletcher Prouty dan Gallery Weiner,.

Ketiganya menulis tentang CIA yang melakukan kudeta.

Dilansir dari wikipedia, selama beberapa dekade, CIA telah terlibat di berbagai upaya melawan kegiatan komunisme di Indonesia.

Usaha kudeta pertama pada tahun 1958 gagal mengguncangkan pemerintahan Sukarno.

Pada bulan May 1955, satu bulan setelah Sukarno menjadi tuan rumah pertemuan Negara Negara Non Blok, Washington mengeluarkan kebijakan Amerika terhadap Indonesia di NSC 5518.

Di dalam dokumen ini, operasi rahasia (covert action) disetujui untuk dipakai menumbangkan Sukarno jika Sukarno memberi kontrol kepada partai sayap kiri. Provisi pendanaan Partai Masjumi kemungkinan adalah penjabaran kebijakan NSC 5518.

CIA dan kelompok kekuatan anti pemberontakan Filipina, pada awal 1958, telah mendirikan markas latihan 'special operation', yang diduga dipandu oleh pelatih dari Pasukan Khusus AD Amerika (United States Army Special Forces) dan memberi akses airport rahasia di pulau Palawan dan Mindano kepada pemberontak anti Sukarno di Indonesia.

Pada tanggal 9 Februari 1958, Pemberontak Letnan Kolonel Maluddin Simbolon mengeluarkan ultimatum atas nama pemerintah propinsi Sumatera Utara, menuntut pembentukan pemerintahan baru.

Sukarno menolak tuntutan itu dan memerintahkan pemimpin TNI, Jendral Abdul Haris Nasution untuk menghentikan pemberontakan itu.

Pada bulan Februari 21, TNI menerbangkan prajurit ke Sumatra dan memulai penyerangan.

Markas pemberontakan di kota Padang dan Permesta mempunyai kedudukan kuat di semua daerah sampai ke Medan.

CIA mendukung pemberontakan di Indonesia melalui markas udara di Naha, Okinawa, dibawah kepemimpinan Ted Shanon. Fasilitas lainnya adalah di Taiwan, dimana pesawat pembom A-26 disiapkan untuk diterbangkan ke pangkalan di Filipina yang kemudian dipakai untuk membantu pemberontak di Indonesia.

CIA, melalui stok senjata marinir dan angkatan darat Amerika, memberi 42.000 pucuk riffles.

Pemberontak Indonesia yang telah dipersenjatai, kemudian dikembalikan ke Sumatra melalui air drop dari Filipina dan juga didaratkan dengan kapal selam.

Pada bulan Mei 1958, sebuah A-26 yang dioperasikan oleh perusahaan penerbangan CAT Civil Air Transport ditembak saat operasi pengeboman dan pemberitaan penembakan ini menghentikan operasi mendukung pemberontakan Permesta.

Bergejolak

Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) atau yang dikenal dengan Perjuangan Rakyat Semesta (Permesta) dinilai Ahli sejarah

Nina Herlina Lubis dan pengamat milite Salim Said, bukan sebuah gerakan pengkhianatan terhadap negara, melainkan bentuk koreksi untuk pemerintahan pusat pada waktu itu yang dipimpin Presiden Soekarno.

Soekarno pada saat itu sudah tidak bisa lagi diberikan nasihat dalam menjalankan pemerintahan sehingga terjadi ketimpangan sosial.

Selain itu, presiden Soekarno pun juga sudah melanggar amanat undang-undang dan sudah dibumbung komuni (PKI) sehingga timbulah gerakan tersebut.

"Itu bukan pemberontakan, tetapi gerakan koreksi dari daerah terhadap pemerintah pusat karena sudah melanggar undang-undang, pemerintahan yang sentralistis, sehingga pembangunan di daerah menjadi terabaikan, dan menimbulkan ketidak adilan dalam pembangunan.

Karena Soekarno sudah tidak mau mendengarkan masukan lagi, maka timbulah inisiatif biar kami saja yang menggantikan," tutur Sejarawan Nina Herlina Lubis di Perpustakaan Nasional, Jakarta Pusat, Rabu (13/7/2011) seusai bedah buku Memoar Ventje H N Sumual.

Begitu juga dengan pengamat militer Salim Said, menurutnya PRRI/ Permesta tidak memiliki niatan untuk memisahkan diri dari Indonesia dan mengganti ideologi Pancasila ataupun bendera kebangsaan.

Selain itu, PRRI/ Permesta perlu dibedakan dengan gerakan-gerakan pemberontakan lain seperti DI/TII, RMS, dan GAM yang ingin memisahkan diri dari NKRI dan merubah ideologi pancasila.

"PRRI itu tetap berada dalam Negara Kesatuan, benderanya merah putih, dan ideologinya pancasila. Jadi harus dibedakan dengan pemberontakan yang lainnya," ucap Salim.

Gerakan tersebut menurut Salim muncul dalam upaya memperbaiki pemerintahan di Indonesia. Dimana presiden Soekarno saat itu senantiasa terlibat dalam politik. Seharusnya pada saat pemerintahan parlementer saat itu, Soekarno tidak boleh bermain politik.

"Itu (PRRI) pemberontaka, tapi bukan pengkhianatan. Itu merupakan gerakan yang meberikan alternatif (untuk memperbaiki negara)," tegasnya.

Tags:

Komentar

Posting Komentar

Opsi Media Informasi Group

Baca Juga (Konten ini Otomatis tidak dikelola oleh kami)

Antarkabarid

Arenanews

Antaranews

Berbagi Informasi

Kopiminfo

Liputan Informasi 9

Media Informasi

Opsi Informasi

Opsitek