YLKI: Perang Rusia-Ukraina Bakal Picu Kenaikan Harga Mie Instan hingga Roti - SINDOnews

 

YLKI: Perang Rusia-Ukraina Bakal Picu Kenaikan Harga Mie Instan hingga Roti

Ilustrasi roti kue. Ketua Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Tulus Abadi mengatakan perang antara Rusia dan Ukraina bakal memicu kenaikan harga pangan yang berbahan dasar gandum. Itu juga akan memicu kenaikan mie instan, kenaikan roti hingga mie ayam.
Ilustrasi roti kue. Ketua Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Tulus Abadi mengatakan perang antara Rusia dan Ukraina bakal memicu kenaikan harga pangan yang berbahan dasar gandum. Itu juga akan memicu kenaikan mie instan, kenaikan roti hingga mie ayam.
X

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Tulus Abadi mengatakan perang antara Rusia dan Ukraina bakal memicu kenaikan harga pangan yang berbahan dasar gandum.

Tulus mengatakan selama ini Indonesia sangat bergantung pada impor gandum dari Ukraina dan Rusia.

"Nah ini perang Rusia dan Ukraina itu juga akan memicu kenaikan mie instan, kenaikan roti, dan bahkan akan kalau kita makan mie ayam bisa aja sudah mengalami kenaikan," ujar Tulus dalam Gelora Talks, Rabu (16/3/2022).

"Kita sangat bergantung impor pada Ukraina, kita impor gandum 1,6 juta ton setiap tahun. Juga impor gandum dari Rusia," tambah Tulus.

Menurut Tulus, Pemerintah belum mampu memenuhi kedaulatan pangan di tanah air.

Selama ini, Tulus mengungkapkan Indonesia terlalu bergantung kepada impor dalam penyediaan pangan.

"Nah itu artinya kita akan mengalami seperti itu sebelum negara betul-betul bisa menjalankan amanat konstitusi untuk kita berdaulat pangan. Jadi ketahanan pangan kita sangat rapuh karena bergantung sama impor," tutur Tulus.

Pemerintah, menurut Tulus, harus mampu mewujudkan kedaulatan pangan.

Tulus mengatakan setidaknya Pemerintah mencari negara lain sebagai sumber impor pangan, agar tidak tergantung dengan negara tertentu.

"Kalau kita ingin fenomena ini tidak berjalan terulang makanya harus berdaulat secara ideal atau setidak-tidaknya pemerintah harus mampu mencari diversifikasi-diversifikasi impor dari negara lain," pungkas Tulus.

Tags:

Baca Juga

Komentar