Apa Itu Kanker Serviks, Gejala, dan Pencegahannya yang Wajib Perempuan Ketahui
Advertisement
Liputan6.com, Jakarta Pemerintah baru saja memasukkan vaksin kanker serviks atau vaksin HPV (Human Papilloma Virus) sebagai vaksin wajib program imunisasi nasional. Vaksin tersebut akan diberikan secara gratis kepada anak gratis kelas 5 dan 6 sekolah dasar (SD) pada kegiatan Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS).
Advertisement
Kementerian Kesehatan menyatakan bahwa pemberian vaksin HPV akan dilaksanakan secara nasional pada tahun 2023. Nantinya, pemberikan vaksin pada anak bakal diberikan setiap tahun pada bulan Agustus.
Meski belum menyasar orang dewasa, pemberian vaksin HPV pada anak merupakan angin segar untuk upaya pencegahan kanker serviks pada kaum perempuan. Dilansir dari laman RS Mitra Keluarga, kanker serviks menempati urutan ke-2 sebagai jenis kanker yang paling banyak dialami oleh perempuan di Indonesia setelah kanker payudara.
Tercatat ada 40.000 kasus baru kanker serviks setiap tahunnya yang menyerang perempuan di Tanah Air. Berdasarkan penelitian pada tahun 2020, ada lebih dari 600.000 kasus kanker serviks dengan 342.000 kematian di seluruh dunia.
Penyakit ini bisa menyerang pasien pada usia berapa pun. Semakin bertambah usia, risiko seseorang mengalami kanker leher rahim ini pun menjadi semakin besar.
Penyebab utama tingginya angka pasien kanker leher rahim ini tak lain karena minimnya kesadaran akan bahaya penyakit satu ini. Apalagi, pada stadium awal kanker serviks cenderung tidak bergejala.
Berikut ini Liputan6.com rangkum ulasan mengenai kanker serviks mulai dari penyebab, gejala, hingga pencegahan yang bisa dilakukan dari berbagai sumber:
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Mengenal Kanker Serviks dan Faktor Risikonya
Dilansir dari laman Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2PTM) Kementerian Kesehatan, kanker serviks merupakan kanker yang tumbuh pada sel-sel rahim. Serviks atau leher rahim adalah bagian rahim yang terhubung ke vagina.
Fungsi dari serviks adalah untuk memproduksi lendir yang membantu menyalurkan sperma dari vagina ke rahim saat berhubungan seksual. Serviks juga berfungsi melindungi rahim dari bakteri dan benda asing dari luar.
Kanker serviks terjadi akibat adanya infeksi virus HPV. Awalnya, sel sehat mengalami mutasi genetik yang mengubah pertumbuhan sel sehat menjadi tidak normal. Hal ini menyebabkan sel-sel leher rahim tumbuh dengan pesat, tanpa terkendali.
Adapun faktor risiko terjadinya kanker serviks antara lain yaitu:
- Aktivitas Seksual pada Usia Muda
- Berhubungan Seksual dengan Multipartner
- Merokok
- Mempunyai Anak Banyak
- Pemakaian Pil KB (dengan HPV negatif atau positif)
- Penyakit Menular Seksual
- Gangguan Imunitas
Gejala Kanker Serviks
Hampir 95 persen kanker serviks pada wanita disebabkan oleh virus HPV. Biasanya, infeksi virus tersebut terjadi pada perempuan di usia reproduksi. Infeksi ini dapat menetap, berkembang menjadi displasi atau sembuh sempurna.
Kanker serviks terbagi menjadi dua jenis, yaitu:
- Karsinoma sel skuamosa (KSS)
Karsinoma sel skuamosa adalah jenis kanker serviks yang paling sering terjadi. KSS bermula di sel skuamosa serviks, yaitu sel yang melapisi bagian luar leher rahim.
- Adenokarsinoma
Adenokarsinoma adalah jenis kanker serviks yang bermula di sel kelenjar pada saluran leher rahim.
Meski jarang terjadi, kedua jenis kanker serviks di atas dapat terjadi secara bersamaan. Kanker juga bisa terjadi pada sel leher rahim selain sel skuamosa atau sel kelenjar, tetapi hal ini sangat jarang terjadi.
Karena itu, penting untuk mengenali gejala-gejala kanker serviks untuk mengetahui langkah-langkah pengobatan yang akan diambil dilansir dari laman P2PTM Kemenkes RI:
- Pendarahan vagina yang ekstrim terutama di antara siklus menstruasi dan pendarahan setelah menopause dapat menjadi gejala dan tanda dari kanker seviks. Pada tahap awal kanker serviks mungkin sama sekali tanpa gejala.
- Perdarahan saat berhubungan seksual. Jika saat kontak atau bersentuhan ketika berhubungan seksual pada alat vital dan menimbulkan pendarahan atau bahkan mengalami keputihan berat, maka bisa jadi itu merupakan tanda kanker serviks. Nyeri atau rasa sakit ketika berhubungan seksual juga dapat menjadi tanda.
- Mungkin ada metastasis (penyebaran sel kanker). Pada kasus lanjut kanker serviks, mungkin akan hadir metastasis di perut, paru-paru, atau bagian lainnya. Ini juga harus diperiksa sesegera mungkin.
- Tanda kanker serviks yang terakhir dikatakan membingungkan. Ada beberapa gejala yang bahkan dikatakan kurang terkait, seperti kehilangan nafsu makan, penurunan berat badan, kelelahan, nyeri panggul, sakit kaki, sakit punggung, patah tulang, bahkan hingga kebocoran urin atau fases (jarang terjadi).
Pencegahan dan Pengobatan Kanker Serviks
Meski termasuk penyakit mematikan, Anda tentu dapat melakukan upaya pencegahan kanker serviks dengan deketeksi dini. Deteksi dini kanker serviks terdiri dari berbagai metode, antara lain papsmear dan tes DNA HPV. Ada baiknya Anda juga melakukan vaksinasi HPV untuk pencegahan kanker serviks sejak dini.
Selain upaya pencegahan dari luar, Anda juga dapat mencegah terjadinya kanker serviks dengan menerapkan gaya hidup sehat. Konsumsi makanan yang kaya akan vitamin, kalsium, folat, dan antioksidan seperti wortel, alpukat, tomat, anggur, dan teh hijau dipercaya dapat mencegah kanker leher rahim dan menghambat pertumbuhan kanker.
Gaya hidup sehat seperti tidak merokok dan batasi minum alkohol juga dapat menekan risiko Anda terkena kanker serviks. Tingkatkan daya tubuh Anda dengan mengonsumsi makanan yang penuh nutrisi, istirahat yang cukup, dan berolahraga dengan intensitas sedang agar tubuh Anda juga menjadi lebih bugar.
Adapun pengobatan kanker serviks tergantung pada stadium kanker yang dialami pasien dan kondisi kesehatannya. Tindakan yang dapat dilakukan oleh dokter antara lain kemoterapi, radioterapi, bedah, atau kombinasi dari ketiganya. Peluang sembuh bagi penderita kanker serviks akan lebih besar jika terdeteksi sejak dini.
Advertisement
Komentar
Posting Komentar