BUNKER Azovstal Benteng Terakhir Ukraina gak Mempan Bom Nuklir, Rusia Ancam Jatuhkan Bom 3 Ton - Tribun-medan
BUNKER Azovstal Benteng Terakhir Ukraina gak Mempan Bom Nuklir, Rusia Ancam Jatuhkan Bom 3 Ton - Tribun-medan.com
TRIBUN-MEDAN.COM - AMBISI Vladimir Putin menguasai penuh Kota Mariupol terganjal karena pasukan Ukraina masih berlindung di bunker yang mampu menahan ledakan bom nuklir di kawasan pabrik baja Azovstal milik orang terkaya Ukraina, miliarder Rinat Akhmetov.
Kota Mariupol sudah dikuasai Pasukan Rusia.
Bahkan kompleks pabrik baja Azovstal seluas empat mil persegi, tempat berlindung ribuan warga dan pasukan Ukraina, sudah dikepung Pasukan Rusia sejak 19 April 2022.
Dewan Kota Mariupol mengklaim ada lebih dari 1.000 warga sipil yang berlindung di bunker di bawah Azovstal.
Namun Pasukan Rusia yang diperkuat Batalyon Chechnya belum bisa menguasai kompleks bangunan yang menjadi pertahanan terakhir Batalyon Azov yang kontroversial.
Padahal kompleks Azovstal sudah dibombardir termasuk dengan bom penghancur bunker yang dijatuh dari pesawat pembom jarak jauh Rusia.
Putin menjadikan keberadaan Batalyon Azov yang dianggap penerus Nazi, sebagai alasan menginvasi Ukraina 24 Februari 2022.
Batalyon Azov terdiri pasukan kaum ultranasionalis Ukraina, tentara sayap kanan, legium asing termasuk kelompok supremasi kulit putih dan orang-orang yang digambarkan sebagai fasis.
Menguasai Azovstal, markas terakhir Batalyon Azov, menjadi menyelamat wajah Putin, setelah gagal total merebut Kyiv ibu kota Ukraina yang ditargetkan dalam 48 jam setelah Invasi Rusia atau Perang Putin 24 Februari 2022.
Selain itu menguasai penuh Mariupol, Rusia membangun kendali tak terbantahkan atas wilayah yang menghubungkan wilayah Donbas dan Semenanjung Krimea, yang dicaplok pada 2014.
Azovstal menjadi perlindungan terakhir pasukan Ukraina setelah pabrik baja Illich dikuasai pasukan Rusia pertengahan April 2022.
Letnan Kolonel Denys Prokopenko, Senin, komandan Ukraina, mengatakan dalam sebuah video yang direkam di pabrik Azovstal mengatakan: “Mereka menggunakan bom jatuh bebas, roket, bom penghancur bunker, semua jenis artileri, baik darat maupun laut untuk serangan membabi buta.”
“Rusia terus menembaki Azovstal dengan bom anti-bunker yang kuat. Dunia menyaksikan pembunuhan anak-anak dan tetap diam,” kata Penasihat Presiden Ukraina Mykhailo Podolyak, Selasa, di Twitter.
Dinas Keamanan Ukraina (SBU), Selasa merilis sebuah rekaman komunikasi seorang komandan unit darat Rusia yang disadap.
Dalam rekaman ini komandan mengatakan pesawat Rusia berencana untuk "meratakan semua bangunan di sekitar pabrik baja Azovstal dengan tanah.
“Menunggu 'kejutan' dari Rusia… tiga ton (bom), dari langit… untuk meratakannya ke tanah… Letnan kolonel datang dan berkata 'Anda akan merasakannya'… Bayangkan seperti apa ledakannya,” ujar pemimpin peleton Rusia dalam rekaman.
Rusia memberi ultimatum baru untuk para pejuang Ukraina yang bertahan di Mariupol. Pasukan Ukraina diminta menyerah pada Rabu 21 April 2022 sore.
Berapa lama para pasukan Ukraina dapat bertahan mencegah penjajah Rusia menguasai Azovstal ?
Pyotr Andryushchenko, ajudan Walikota Vadym Boychenko dari Mariupol, mengatakan Angkatan Darat Ukraina telah mengatur dua operasi selama dua minggu terakhir untuk membawa makanan ke pabrik; dia tidak mengatakan bagaimana hal itu dicapai.
Tetapi situasinya mungkin akan menjadi lebih mengerikan, katanya, karena pasukan Rusia telah memblokir siapa pun, termasuk warga sipil, untuk memasuki atau meninggalkan kota.
“Orang-orang ini, banyak yang ingin menghindari evakuasi atau deportasi, jadi mereka menemukan perlindungan dengan pasukan kami, di ruang bawah tanah pabrik,” kata Andryushchenko, yang juga ikut wali kota, meninggalkan kota beberapa minggu lalu.
Mampu Menampung 4.000 Orang
Azovstal mulai beroperasi pada tahun 1933 setelah otoritas Soviet memilih lokasi tersebut, di pantai Laut Azov, karena akses pengirimannya yang mudah ke deposit bijih besi.
Sebelum invasi Rusia skala penuh ke Ukraina, pabrik tersebut mempekerjakan lebih dari 10.000 orang.
Pada 1941, Azovstal terpaksa menghentikan operasinya ketika banyak peralatan di dalam pabrik diangkut ke timur jauh dari kemajuan Nazi ke Uni Soviet.
Belajar dari pengalaman penyerbuan Nazi Jerman pada Perang Dunia II, para perencana Soviet “membangun tempat perlindungan bom terlebih dahulu, kemudian membangun kembali pabrik baja di atasnya.''
Pabrik Azovstal merupakan benteng yang tangguh, kompleks industri yang sangat besar dari beton tebal dan dinding, pintu baja dan gudang bawah tanah yang diperkuat.
Yan Gagin, mengaku sebagai penasihat Rusia di Republik Rakyat Donetsk, pemerintah separatis dukungan Kremlin, mengatakan dalam sebuah laporan siaran bahwa pabrik baja dirancang untuk menahan perang nuklir.
“Pada dasarnya ini adalah sebuah kota di bawah kota,” katanya, mengakui bahwa kampanye Rusia untuk merebut pabrik telah terhambat secara signifikan oleh jaringan lorong, kamar dan sistem komunikasi yang menghubungkan lantai bawah tanah pabrik.
Frederick W Kagan, direktur proyek Ancaman Kritis di American Enterprise Institute ( Critical Threats project at the American Enterprise Institute) mengatakan; "Saya berasumsi Rusia akan mengerahkan semua yang mereka miliki untuk ini, untuk menghilangkan kantong ini."
Tapi dia mengingatkan bahwa hal itu dapat merugikan mereka.
“Anda akan terkejut melihat seberapa baik orang dapat bertahan dari bom besar di fasilitas seperti itu,” katanya.
Seorang juru bicara Metinvest, perusahaan yang memiliki pabrik tersebut, mengatakan bahwa bunker di bawahnya digunakan sebagai tempat perlindungan oleh pekerja baja pada tahun 2014, ketika separatis yang didukung Rusia mencoba merebut Mariupol.
“Sejak invasi pertama, kami telah menjaga bunker dalam keadaan baik dan menyediakan makanan dan air,” kata Galina Yatsura, yang mengepalai komunikasi internasional untuk Metinvest.
Galina Yatsura menambahkan bahwa tempat penampungan dapat menampung hingga 4.000 orang dan diisi dengan cukup makanan dan air untuk bertahan tiga minggu.
Dua karyawan yang tinggal di pabrik pada hari-hari awal pengepungan mengatakan bahwa lebih dari 2.000 warga sipil telah tinggal di sana, banyak dari mereka adalah anggota keluarga karyawan.
Areal pabrik membentang di empat mil persegi, kompleks bangunan, cerobong asap, tanur tinggi dan tumpukan baja melingkar dan pelat, dan memiliki fasilitas pelabuhan sendiri di Laut Azov.
Azovstal merupakan satu pabrik logam terbesar di Eropa, menghasilkan sekitar 4,3 juta ton baja setiap tahun sebelum invasi Rusia.
Jaringan lorong dan kamar bawah tanah, yang sekarang sangat penting untuk kelangsungan hidup tentara dan warga sipil yang bersembunyi, pada awalnya dibangun untuk mengangkut peralatan antar gedung, menurut Metinvest.
Tidak ada rencana penggunaan militer untuk terowongan sebelum perang, kata perusahaan itu.
Jika Rusia berhasil meratakan bangunan kompleks, tidak jelas berapa banyak orang yang bersembunyi di bawah tanah yang bisa bertahan.
Namun, pada akhirnya, mereka akan kehabisan persediaan, dan pihak Ukraina telah berulang kali memperingatkan bahwa Rusia mungkin menggunakan senjata kimia untuk memaksa mereka keluar atau membunuh mereka.
Dalam kebingungan pengepungan, sulit untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang apa yang terjadi di dalam pabrik.
Namun menurut Galina Yatsura, sejumlah karyawan tetap ada. Mereka tetap tinggal setelah invasi mulai mempersiapkan tempat perlindungan bom kompleks dan menghilangkan bahan berbahaya. (NEW YORK TIMES)
Komentar
Posting Komentar