Pilihan

Krisis Ekonomi Sri Lanka Makin Parah, Protes Berakhir Ricuh - CNN Indonesia

 www.cnnindonesia.com

Krisis Ekonomi Sri Lanka Makin Parah, Protes Berakhir Ricuh

CNN Indonesia
3-4 minutes
Jumat, 01 Apr 2022 10:55 WIB

Krisis ekonomi Sri Lanka semakin parah usai pemerintah setempat memberlakukan pemadaman listrik bergilir. Warga pun protes dan berakhir ricuh.

Krisis ekonomi Sri Lanka semakin parah usai pemerintah setempat memberlakukan pemadaman listrik bergilir. Warga pun protes dan berakhir ricuh. (AFP/Ishara S Kodikara).

Jakarta, CNN Indonesia --

Krisis ekonomi Sri Lanka semakin parah hingga memicu warga turun ke jalan untuk memprotes kebijakan Pemerintahan Presiden Gotabaya Rajapaksa. Ironisnya, protes yang berakhir ricuh memaksa polisi setempat memberlakukan jam malam di Kolombo, pusat bisnis di Sri Lanka.

Warga sempat berunjuk rasa di kediaman pribadi Gotabaya di pinggiran Kolombo pada Kamis (31/3) malam, yang kemudian dibubarkan oleh polisi menggunakan gas air mata.

Pengunjuk rasa menghancurkan tembok pembatas, melemparkan batu ke arah polisi, dan membakar satu unit bus di jalan menuju kediaman Gotabaya.


Mengutip Reuters, Jumat (1/4), Amal Edirimanne, inspektur polisi, mengatakan akibat kekerasan yang terjadi dalam unjuk rasa tersebut, jam malam pun diberlakukan di empat divisi di Kolombo.

Pengunjuk rasa di negara berpenduduk 22 juta jiwa itu memprotes pemadaman listrik bergilir selama 13 jam yang ditempuh pemerintah. Alasannya, negara tidak punya cukup uang untuk mengimpor bahan bakar minyak (BBM) untuk mengoperasikan pembangkit listrik.

Menteri Tenaga Listrik Pavithra Wanniarachchi membenarkan pemerintah mengambil kebijakan mematikan lampu jalan untuk menghemat penggunaan listrik. Pemadaman terus meluas hingga menghentikan perdagangan di bursa saham negara itu.

"Kami kekurangan solar. Pemadaman listrik bergilir harus terus berlanjut. Tidak ada lagi yang bisa kita lakukan," ujarnya pasrah.

Pemadaman listrik dinilai menambah penderitaan warga Sri Lanka yang sudah berurusan dengan kekurangan bahan pokok dan harga yang meroket.

Inflasi ritel melesat 18,7 persen pada Maret 2022 dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Sedangkan inflasi makanan dan minuman menyentuh 30,2 persen yang sebagian besar dipicu devaluasi mata uang.

Ekonom First Capital Research Dimantha Mathew menyebut bahwa inflasi Sri Lanka berada pada level terburuknya dalam lebih dari satu dekade.

IMF sendiri baru memulai berdiskusi dengan pejabat terkait untuk mengucurkan program pinjaman dalam beberapa hari mendatang. Pinjaman itu dimaksudkan untuk membantu Sri Lanka mengatasi krisis ekonomi terburuk yang pernah dialami negara itu dalam beberapa dekade terakhir.

(bir/sfr)

Komentar

Baca Juga (Konten ini Otomatis tidak dikelola oleh kami)

Antarkabarid

Arenanews

Antaranews

Berbagi Informasi

Kopiminfo

Liputan Informasi 9

Media Informasi

Opsi Informasi

Opsitek