SURABAYA, iNews.id - Ponorogo merupakan satu dari 38 kota kabupaten di Jawa Timur. Tidak hanya dikenal sebagai Kota Reog. Ponorogo juga dikenal sebagai daerah zona spiritual dengan Kiai Ageng Besari sebagi tokoh utama.
Penyebar Islam di abad 17 itu dikenal juga sebagai Mahaguru Raja-Raja Jawa. Tidak salah, bila makamnya di Desa Tegalsari, Kecamatan Jetis setiap malam dipadati peziarah.
"Kalau malam Jumat penuh peziarah. Kendaraan tidak boleh masuk. Peziarah jalan kaki dari jembatan di luar," ujar Muhammad Qosim, juru parkir area makam, Kamis (21/10/2021).
Sisa-sisa keriuhan itu memang terasa di Jumat malam. Sekitar pukul 10.30 WIB, terlihat peziarah bergerombol di beberapa titik dekat warung kopi. Di parkir, tercatat ada belasan mobil.
Tidak hanya bernopol AE yaitu Ponorogo dan sekitarnya. Ada yang L (Surabaya) dan ada pula yang bernopol W (Gresik-Sidoarjo). Mobil-mobil itu berjejar di lokasi parkir, sisi kiri Masjid Tegalsari.
Adapun makam Kiai Ageng Muhammad Besari di depan masjid tertua yang dibangun abad 18. Di masa pandemi, kunjungan ke makam dibatasi pukul 22.00 WIB.
Meski begitu tidak menyurutkan peziarah. Semakin malam, peziarah semakin banyak. Mereka bisa tabarukan di Masjid Tegalsari. Juga di luar area makam.
Bahkan, tidak sedikit peziarah yang tabarukan dengan model duduk-duduk di tikar. Sambil nyeruput kopi dan makan gorengan.
"Biasanya sampai larut malam. Terus para peziarah pulang menjelang subuh atau sesudah subuhan," kata Qosim.
Pengasuh Ponpes Chasanul Hidayah Bajang Balong Ponorogo, KH Ma'ruf Muchtar mengatakan, bila para peziarah Kiai Ageng Besari bisa tabarukan di luar makam.
"Barang siapa yang suka ziarah untuk berdoa ke Makam Auliyah, besok di akherat bisa berkumpul," ucapnya.
Memang Kiai Ageng Muhammad Besari, ulama besar pada zamannya. Bahkan, dia pendiri Pesantren Gebang Tinater Tegalsari pada awal abad 17 M. Ajarannya, mengombinasikan dua kutub antara Islam dan Nasionalisme.
Dia juga dikenal mahaguru para Raja Jawa. Dia merupakan kakek dari Kiai Muhammad Hasan Besari, ulama abad ke-18 yang disebut Gus Dur sebagai monumen perpaduan antara Islam dan nasionalisme.
Kiai Ageng Besari merupakan perpaduan antara karakter agamawan dan bangsawan. Dari jalur ayah, yakni Kiai Anom Besari Caruban, Madiun, Kiai Ageng Besari merupakan keturunan dari Kerajaan Majapahit yaitu Raja Brawijaya V.
Sedangkan dari garis keturunan Ibu (Nyai Anom Besari), nasabnya sampai kepada Rasulullah SAW melalui garis Sayyidati Fatimah Az-Zahra.
Bahkan, pendiri Nahdlatul Ulama Hadratussyaikh KH Hasyim Asy'ari juga keturunan dari Kiai Ageng Muhammad Besari dari jalur Kiai Basyariyah Sewulan, Kabupaten Madiun yang menjadi menantu Kiai Bin Umar Banjarsari.
KH Ma'ruf Mukhtar yang masih ada gatis keturunan Kiai Ageng Besari menjelaskan, semua pondok pesantren yang ada di Jawa rata-rata didirikan oleh keturunan dari Tegalsari.
"Saya membaca sejarah, bila banyak pondok di Jawa yang memiliki hubungan erat dengan Mbah Besari, seperti Pondok Lirboyo, Ploso, Jampes, Tremas dan lain-lain masih mempunyai nasab sampai Tegalsari," katanya.
Disebutkan pula dari garis keturunan Kiai Ageng Besari pula kelak lahir sosok Sultan Kartasura, yakni Pakunuwono II, Begawan Kasultanan Kartasura Raden Ngabehi Ronggowarsito dan tokoh pergerakan kemerdekaan HOS Tjokroaminoto. Pendiri Pondok Pesantren Tremas Pacitan, KH Abdul Mannan, juga pernah nyantri di Tegalsari.
Kelak dari ketiga tokoh itulah yang menginspirasi Presiden Pertama Republik Indonesia Ir Soekarno dalam memperjuangkan dan membangun NKRI.
Tapi sebelum itu, keilmuan Kiai Besari juga sampai pada pendiri kekuatan organisasi keagamaan Islam terbesar di dunia, yakni KH Hasyim Asy’ari (NU) dan KH Ahmad Dahlan (Muhammadiyah).
Diceritakan pula, meski konsentrasi keilmuan Kiai Besari lebih menonjol pada keilmuan Tasawwuf, yang menyikapi dunia dengan laku zuhud, akan tetapi intrepetasi nilai-nilai sufi oleh para santrinya yang membuat perkembangan makna Tasawwuf itu menjadi lain.
Semisal Pakubowono, posisi dia sebagai bangsawan seorang Sultan Kartasura, pasti laku Tasawwuf itu akan diintegrasikan dengan laku politik Kesultanan secara kolektif. Pasalnya dia sebagai Raja dan mempunyai kendali legitimatif.
Lain dengan Pakubowono, Raden Ngabehi Ronggowarsito merupakan seorang sastrawan masyhur Keraton. Didikan Kiai Besari ini mampu mengartikulasikan ajaran Tasawwuf dengan menciptakan Serat Kalatida berupa dua belas bait sinom atau biasa dikenal dengan kidung Zaman Edan.
Serat itu berisi ajaran hidup untuk mengenali zaman, mengenali diri sendiri dan mengenali tindakan yang akan diperbuat, supaya disesuaikan atau dipadukan dengan tindakan kaum agama dalam masyarakat.
Lepas dari itu, KH Ma'ruf juga menjelaskan, bila keistimewaan lain dari Kiai Ageng Muhammad Besari yiatu kemampuan membangun Masjid Tegalsari. Masjid yang terbuat dari bahan kayu itu dibuat hanya dua jam.
"Sesuai dengan cerita yang saya baca. Masjid Tegalsari dibuat hanya memakam waktu dua jam," katanya.
Padahal, lanjut KH Ma'ruf, semua komponen bangunan terbuat dari kayu. Termasuk atapnya. Namun, tidak ada unsur paku untuk mengaitkan antara satu dengan lainnya.
"Dan kondisi bangunan masih asli belum berubah," ucapnya.
Editor : Donald Karouw
Tidak ada komentar:
Posting Komentar