Presiden Ukraina Zelenskyy Kecam Rusia: Setuju Berunding Tapi Terus Lakukan Serangan - Halaman all

Laporan Wartawan Tribunnews, Larasati Dyah Utami
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengecam tindakan Rusia yang menyatakan keinginan untuk berunding tetapi terus melakukan serangan.
Zelenskyy mengatakan, Rusia pertama-tama menembak dan kemudian mereka mengatakan bahwa mereka siap untuk bernegosiasi.
"Beginilah aksi teroris. Mereka mengatakan bahwa kami (Rusia) tidak dapat melihat Anda di NATO, dan kemudian mereka menembak kami dan mereka merebut tanah kami. Inilah yang dilakukan teroris selama ini," kata Zelensyky di webinar yang diselenggarakan FPCI pada Jumat (27/5/2022).

Presiden Zelenskyy mengatakan ketika Rusia memutuskan untuk berhenti menjadi teroris dan mengakui kesalahan berdarah yang telah mereka lakukan, maka Ukraina bersedia untuk bernegosiasi.
Presiden Zelenskyy mengutuk tindakan Presiden Putin dan menekankan bahwa Ukraina tidak akan pernah menyerah berperang melawan Rusia.
“Ini bukan sekadar agresi dari suatu negara, tetapi ini adalah perampokan paksa terhadap suatu wilayah. (Rusia) tidak boleh dibiarkan begitu saja tanpa hukuman,” ujarnya
Zelenskyy mengatakan selama tiga bulan, pesawat militer Rusia telah terbang di atas langit Ukraina.
Rusia juga telah menghancurkan hampir 2000 institusi pendidikan dan menyerang gereja, masjid, dan tempat-tempat keagamaan lainnya.
"Baru kemarin, Karkhiv, salah satu kota kami, memiliki 9 korban. Salah satunya adalah seorang anak kecil, ayahnya dipukul dan ibunya terluka parah. Inilah kenyataan yang kami hadapi sejak 24 Februari," ujarnya.
Zelenskyy menegaskan, rakyat Ukraina ingin tinggal di negaranya sendiri.
Dia juga menegaskan, Ukraina tidak ingin wilayah siapa pun dan tidak menginginkan apa pun dari siapa pun.
"Kami tidak akan berperang ke tanah negara lain,” ujarnya.
Dia juga menambahkan bahwa Ukraina menyesalkan bahwa tidak ada kemajuan substansial dalam negosiasi damai dengan Rusia dan menegaskan kembali keinginan Ukraina untuk bernegosiasi untuk mengakhiri krisis kemanusiaan dan hidup damai di tanah air mereka sendiri.
“Saya tidak dapat melihat kemajuan substansial. Saya belum menerima tanggapan substansial dari mereka (Rusia) atas proposal untuk menghentikan perang ini sejak awal negosiasi," ujarnya.
"Hanya ada satu alasan saya ingin melanjutkan negosiasi– agar krisis kemanusiaan bisa berhenti, dan kita bisa kembali ke tanah kita sendiri,” lanjutnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar