Stok Ayam Langka di Singapura Jelang Malaysia Tutup Pintu Ekspor
CNN Indonesia4-4 minutes 28/5/2022
Beberapa pasar di Singapura mengalami kekurangan ayam potong menjelang Malaysia memberlakukan larangan ekspor unggas tersebut 1 Juni mendatang. Ilustrasi. (Foto: CNN Indonesia/Andry Novelino) CNN Indonesia/Andry Novelino
Jakarta, CNN Indonesia --
Beberapa pasar di Singapura mengalami kekurangan ayam potong menjelang Malaysia memberlakukan larangan ekspor unggas tersebut pada 1 Juni mendatang.
Salah satu pedagang ayam di Singapura, Mohamad Zaidi, memesan 150 ayam untuk pelanggannya di Tekka Centre, Kamis (26/5). Namun, ia hanya mendapatkan 100 ayam.
Zaidi mengaku ia tak mendapatkan informasi dari penyuplai asal Malaysia terkait masalah kekurangan stok ayam. Akibatnya, dia harus membatalkan pesanan beberapa konsumennya.
"Saya menelepon salah satu pelanggan dan mengatakan [kami] tak bisa mengirim [ayam] karena itu tidak cukup," kata Zaidi, dikutip dari Channel News Asia.
Selain itu, Zaidi mengungkapkan kekhawatirannya atas larangan ekspor ini.
"Jika benar-benar tidak ada [suplai ayam], kami harus menutup toko. Kami sangat khawatir dengan pendapatan," katanya.
Pedagang ayam lain di Tekka Centre, Chua Boon Leng, mengaku memesan 100 ayam tetapi hanya mendapatkan 30 dalam dua hari berturut-turut.
Chua juga mengungkapkan ia harus menutup toko bila Malaysia benar-benar menutup keran ekspor ayam berlaku.
"Jika tidak ada ayam, apa yang dijual?" katanya.
Sementara itu, pedagang di pasar Geylang Serai, Lim, mengatakan ayam segarnya terjual pada pukul 09.30 pagi. Ia kemudian menjual ayam beku sampai tengah hari, saat ia menutup toko.
"Biasanya, [ayam] tak pernah habis, pukul 12.00, pukul 13.00, masih ada stok untuk esok hari," katanya.
Pedagang lain, Milah Sheikh Mohd, mengatakan beberapa konsumen mulai membeli banyak ayam.
Milah bercerita, seorang pelanggan membeli 24 ayam dengan harga S$394 (Rp4,1 juta). Jumlah tersebut cukup untuk satu bulan.
Ia juga mengatakan beberapa pelanggan membeli lebih dari sepuluh ayam per orang. Angka ini melonjak dari yang biasanya hanya membeli dua sampai tiga potong ayam.
Pada 23 Mei, Malaysia mengumumkan bakal menangguhkan ekspor ayam mulai 1 Juni. Penutupan itu dilakukan untuk memastikan stok ayam dalam negeri mereka tercukupi di tengah kekurangan.
Namun, penutupan tersebut berdampak kepada Singapura, yang mengandalkan sekitar 34 persen pasokan ayam mereka dari Negeri Jiran.
Malaysia mengekspor daging unggas senilai US$18,9 juta pada tahun 2020, menjadikan Negeri Jiran sebagai pengekspor terbesar ke-49 komoditas tersebut di dunia.
Pasar ekspor utama unggas Thailand adalah Thailand, Singapura, Jepang, Hong Kong dan Brunei, menurut platform data Observatory of Economic Complexity.
Singapura mengimpor sekitar 34 persen ayamnya dari Malaysia. Hampir semuanya ayam impor Malaysia didatangkan ke Singapura hidu-hidup, baru kemudian disembelih dan didinginkan secara lokal.
"Pengumuman mendadak dari Malaysia bakal membawa dampak negatif kepada harga ayam dan produk terkait ayam di Singapura," ujar presiden Asosiasi Konsumen Singapura (CASE) Melvin Yong pada 24 Mei.
Berdasarkan pengecekan Channel News Asia, beberapa toko penjual ayam mengaku mereka mengalami kekurangan stok dari 20 hingga 70 persen. Sejumlah konsumen juga telah membeli lebih banyak ayam sebagai stok.
(rds/bac)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar