Pakar UGM soal Citayam Fashion Week: Lawan Arus Budaya Pamer Kemewahan - Detik

 

Pakar UGM soal Citayam Fashion Week: Lawan Arus Budaya Pamer Kemewahan

Jauh Hari Wawan S - detikJateng
Rabu, 20 Jul 2022 15:39 WIB
BAGIKAN  


Foto: Situasi Citayam Fashion Week (Hanafi-detikcom)
Yogyakarta -

Fenomena Citayam Fashion Week menjadi perbincangan hangat akhir-akhir ini. Remaja asal Citayam dan sekitarnya meramaikan kawasan di Sudirman Jakarta Pusat dengan busana yang nyentrik bak peragaan busana.

Sebagai bagian dari kegiatan fashion jalanan, apakah kemunculan Citayam Fashion Week ini bisa dikatakan ekspresi anak muda atau fenomena budaya musiman?

Sosiolog UGM Derajat Sulistyo Widhyarto menilai kemunculan Citayam Fashion Week merupakan bagian pembentukan budaya baru yang dilakukan oleh anak muda. Sehingga menurutnya hal ini perlu diapresiasi.

"Salah satu karakter kaum muda adalah pencipta budaya dan kebudayaan youth culture. Fenomena Citayam mempunyai efek budaya dari kebudayaan tersebut," kata Derajat dalam keterangannya, Rabu (20/7/2022).

Menurutnya, kemunculan ABG Citayam dan sekitarnya yang menggunakan area publik di pusat kota sangat brilian. Apalagi sebagai lokasi unjuk ekspresi serta memilih gaya busana sebagai pilihan budaya baru. Karena, menurut dia, gaya busana bagian dari budaya yang bisa diterima oleh seluruh lapisan masyarakat.

"Ruang kota menawarkan tantangan baru yakni kesempatan untuk mendorong pembentukan budaya mengikuti budaya yang bisa diterima adalah fashion," jelasnya.

Baca juga:

Para anak muda yang melakukan peragaan busana di jalanan ibu kota ini umumnya berasal dari kota-kota penyangga Jakarta. Bahkan mereka juga berasal dari keluarga kelas menengah ke bawah.

"Hal ini seakan menunjukkan bahwa apa yang mereka lakukan melawan arus fenomena budaya konsumerisme dan pamer kemewahan yang ditunjukkan para pegiat medsos dan influencer," sebutnya.

"Mereka memang kalah bertarung dengan kaum muda menengah ke atas yang sudah masuk ruang bisnis kota. Maka Citayam adalah representasi kaum muda menengah ke bawah dan menjadi bagian dari eksistensi baru mereka dalam mengisi ruang kota dan sekaligus pembentuk budaya muda kota," sambungnya.

Kaum muda ini menurut Derajat Sulistyo juga menggunakan media digital untuk memperkuat gaung ruang ekspresi budaya baru mereka.

"Kaum muda di sekitar Jakarta paham betul jika Jakarta adalah ruang yang bisa mewakili daya tarik dan meningkatkan audiens. Maka mereka dengan sadar menjadi Jakarta sebagai ruang penciptaan budaya," paparnya.

Di sisi lain, Derajat juga menyoroti gaya busana yang digunakan para komunitas Citayam ini yang memilih menggunakan baju pinjaman atau membeli dengan harga murah. Berbeda dengan yang dilakukan oleh kaum muda perkotaan.

"Menggunakan baju pinjaman sampai dengan membeli dengan harga murah, hal inilah yang membentuk kritik konsumsi fashion kaum muda kota yang terjebak memakai baju produk industri," kata Derajat.

Baca juga:

Baca Juga

Komentar