Cara Ahlussunnah Memandang Tragedi Terbunuhnya Sayyidina Husein
Muhajirin Jum'at, 05 Agustus 2022 - 17:30 WIB

Padang Pasir Karbala di Irak (foto: langit7.id/Istock)
LANGIT7.ID - 10 Muharram diperingati sebagai tragedi terbunuhnya Cucu Nabi Muhammad SAW, Sayyidina Husein dan keluarganya di Karbala. Bagi kelompok Syi’ah, peristiwa tersebut jadi momen menyulut kebencian kepada sekelompok sahabat Nabi yang lain.
Pengasuh Pondok Pesantren Al-Bahjah, Buya Yahya, menegaskan bahwa peristiwa terbunuhnya Sayyidina Husein tidak boleh jadi alasan untuk membenci para sahabat sebab tindakan buruk yang dilakukan seorang muslim bersifat perorangan.
Menurut Buya Yahya, akidah ahlussunnah wal jamaah ditopang dua pilar besar yakni cinta kepada ahlul bait (keluarga Rasulullah) dan cinta kepada sahabat Nabi Muhammad SAW. Ini perlu diluruskan, sebab ada kelompok yang mengaku cinta ahlul bait tapi membenci sahabat. Ada pula yang mencintai sahabat, tapi membenci ahlul bait.
“Ahlus sunnah wal jamaah menggabungkan keduanya, cinta kepada sahabat nabi dan cinta kepada ahlul bait Rasulullah,” kata Buya Yahya di Al-Bahjah TV, dikutip Jumat (5/8/2022).
Baca Juga: Sejarah Shalawat Asyghil: Digubah Saat Keturunan Nabi Muhammad Terdzalimi
Buya Yahya menuturkan, kisah pembunuhan Sayyidina Husain di Karbala perlu diluruskan agar masyarakat tidak salah paham. Kelompok Syi'ah menjadikan kisah pembunuhan itu untuk menyelewengkan akidah umat Islam.
Dia menegaskan, pembunuh Sayyidina Husain adalah pasukan yang dipimpin Ubaidillah bin Ziyad, seorang pemimpin negara yang mengaku ahlussunnah wal jamaah. Pasukan itu bertindak berdasarkan komando pimpinan, bukan atas dasar akidah.
“Memang, waktu itu pemerintahannya adalah pemerintahan atas nama ahlussunnah wal jamaah. Ada Yazid dan Ibnu Ziyad mengatasnamakan ahlus sunnah wal jamaah. Dia adalah seorang pemimpin negara. Yang penting jadi pemimpin, dia tak ada urusan dengan agama,” kata Buya Yahya.
Bahkan, dalam peristiwa itu, mayoritas pasukan Ibnu Yazid tidak mau membunuh Sayyidina Husain. Itu karena mereka tahu sosok tersebut adalah cucu Rasulullah SAW. Sosok yang sangat dicintai oleh baginda Nabi Muhammad SAW.
Baca Juga: Sejarah Zuriah Rasulullah Melebur Menjadi Pribumi Nusantara
“Di sebuah negara ketika ada orang Islam melakukan kejahatan, apakah kita langsung mengatakan, orang Islam melakukan kejahatan? Tidak. Tapi ini adalah orang fasik,” kata Buya Yahya.
Sayyidina Husein syahid pada hari Asyura tahun 61 hijriyah yang merupakan tahun pertama pemerintahan Yazid. Sayyidina Husein dibunuh di Karbala dekat Sungai Eufrat, dan tubuhnya dikuburkan di tempat dia dibunuh. Adapun kepala Sayyidina Husein dibawa Ubaidillah bin Ziyad ke Kufah.
“Kami ingin membersihkan keyakinan ahlus sunnah wal jamaah, yakni cinta kepada ahlul bait Rasulullah dan cinta kepada sahabat Rasulullah. Jangan terpedaya dengan sekelompok orang yang mengatakan bahwa yang membunuh Sayyidina Husain adalah ahlus sunnah,” pungkas Buya Yahya.
Baca Juga: Perjalanan Spiritual Salman Al-Farisi Mencari Kebenaran hingga Bertemu Rasulullah
Ahlus sunnah wal jamaah justru mengutuk keras pembunuhan tersebut. Peristiwa itu tidak boleh dikaitkan dengan ajaran agama. Ibnu Ziyad hanya melakukan klaim sepihak sebagai pemimpin mengatasnamakan ahlus sunnah wal jamaah.
“Mohon dipisahkan antara sebuah kejahatan dan agama. Kejahatan bersifat orang per orang, tapi agama tidak pernah mengajarkan kejahatan,” kata Buya Yahya.
Pengasuh Pondok Pesantren Al-Bahjah, Buya Yahya, menegaskan bahwa peristiwa terbunuhnya Sayyidina Husein tidak boleh jadi alasan untuk membenci para sahabat sebab tindakan buruk yang dilakukan seorang muslim bersifat perorangan.
Menurut Buya Yahya, akidah ahlussunnah wal jamaah ditopang dua pilar besar yakni cinta kepada ahlul bait (keluarga Rasulullah) dan cinta kepada sahabat Nabi Muhammad SAW. Ini perlu diluruskan, sebab ada kelompok yang mengaku cinta ahlul bait tapi membenci sahabat. Ada pula yang mencintai sahabat, tapi membenci ahlul bait.
“Ahlus sunnah wal jamaah menggabungkan keduanya, cinta kepada sahabat nabi dan cinta kepada ahlul bait Rasulullah,” kata Buya Yahya di Al-Bahjah TV, dikutip Jumat (5/8/2022).
Baca Juga: Sejarah Shalawat Asyghil: Digubah Saat Keturunan Nabi Muhammad Terdzalimi
Buya Yahya menuturkan, kisah pembunuhan Sayyidina Husain di Karbala perlu diluruskan agar masyarakat tidak salah paham. Kelompok Syi'ah menjadikan kisah pembunuhan itu untuk menyelewengkan akidah umat Islam.
Dia menegaskan, pembunuh Sayyidina Husain adalah pasukan yang dipimpin Ubaidillah bin Ziyad, seorang pemimpin negara yang mengaku ahlussunnah wal jamaah. Pasukan itu bertindak berdasarkan komando pimpinan, bukan atas dasar akidah.
“Memang, waktu itu pemerintahannya adalah pemerintahan atas nama ahlussunnah wal jamaah. Ada Yazid dan Ibnu Ziyad mengatasnamakan ahlus sunnah wal jamaah. Dia adalah seorang pemimpin negara. Yang penting jadi pemimpin, dia tak ada urusan dengan agama,” kata Buya Yahya.
Bahkan, dalam peristiwa itu, mayoritas pasukan Ibnu Yazid tidak mau membunuh Sayyidina Husain. Itu karena mereka tahu sosok tersebut adalah cucu Rasulullah SAW. Sosok yang sangat dicintai oleh baginda Nabi Muhammad SAW.
Baca Juga: Sejarah Zuriah Rasulullah Melebur Menjadi Pribumi Nusantara
“Di sebuah negara ketika ada orang Islam melakukan kejahatan, apakah kita langsung mengatakan, orang Islam melakukan kejahatan? Tidak. Tapi ini adalah orang fasik,” kata Buya Yahya.
Sayyidina Husein syahid pada hari Asyura tahun 61 hijriyah yang merupakan tahun pertama pemerintahan Yazid. Sayyidina Husein dibunuh di Karbala dekat Sungai Eufrat, dan tubuhnya dikuburkan di tempat dia dibunuh. Adapun kepala Sayyidina Husein dibawa Ubaidillah bin Ziyad ke Kufah.
“Kami ingin membersihkan keyakinan ahlus sunnah wal jamaah, yakni cinta kepada ahlul bait Rasulullah dan cinta kepada sahabat Rasulullah. Jangan terpedaya dengan sekelompok orang yang mengatakan bahwa yang membunuh Sayyidina Husain adalah ahlus sunnah,” pungkas Buya Yahya.
Baca Juga: Perjalanan Spiritual Salman Al-Farisi Mencari Kebenaran hingga Bertemu Rasulullah
Ahlus sunnah wal jamaah justru mengutuk keras pembunuhan tersebut. Peristiwa itu tidak boleh dikaitkan dengan ajaran agama. Ibnu Ziyad hanya melakukan klaim sepihak sebagai pemimpin mengatasnamakan ahlus sunnah wal jamaah.
“Mohon dipisahkan antara sebuah kejahatan dan agama. Kejahatan bersifat orang per orang, tapi agama tidak pernah mengajarkan kejahatan,” kata Buya Yahya.
(jqf)
Bagikan Artikel Ini :

Dapatkan Update berita LANGIT7.ID
melalui notifikasi browser Anda.
melalui notifikasi browser Anda.
TOPIK TERKAIT
Tidak ada komentar:
Posting Komentar