Sumpah Pemuda Keturunan Arab 1934 Halaman all - Kompas.com
Sumpah pemuda ini dilangsungkan pada 4-5 Oktober 1934 di Semarang.
Dalam kongres tersebut, para pemuda keturunan Arab bersepakat untuk mengakui Indonesia sebagai tanah air mereka.
Hal tersebut dilakukan, karena sebelumnya kalangan keturunan Arab beranggapan bahwa tanah air mereka adalah negeri Arab.
Baca juga: Aitai Karubaba, Pemuda Papua dalam Sumpah Pemuda
Latar Belakang
Pada masa kolonial, pemerintah Belanda membagi tiga strata masyarakat di Indonesia.
Kelas teratas adalah warga kulit putih, seperti Eropa, Amerika, Jepang, dan lain-lain. Kelas kedua adalah warga Timur Asing (Arab, India, Tionghoa, dan lainnya). Sedangkan kelas ketiga adalah pribumi Indonesia.
Saat itu, orang-orang kelas kedua, yaitu Arab, yang datang ke Indonesia mayoritas berasal dari Hadramaut, Yaman Selatan.
Sesampainya di Indonesia, para pria Arab ini menikah dengan wanita pribumi, yang kemudian memiliki anak peranakan Arab.
Setelah itu, pada 1 Agustus 1934, Harian Matahari Semarang memuat tulisan milik AR Baswedan, peranakan Arab asal Surabaya.
Dalam artikel tersebut, terpampang wajah AR Baswedan sedang mengenakan blangkon.
Dari tulisannya, ia mengajak para keturunan Arab, seperti dirinya untuk menganut ius soli, yang berarti di mana saya lahir, di situlah tanah airku.
Artikel tersebut ia beri judul "Peranakan Arab dan Totoknya".
Pesan pokok dalam artikel tersebut adalah tanah air Arab peranakan adalah indonesia, kultur Arab peranakan adalah Indonesia, dan Arab peranakan wajib bekerja untuk Indonesia.
Karena artikel tersebut, warga keturunan Arab sempat merasa geram dengan Baswedan, karena ia dianggap menurunkan derajat orang-orang Arab pada masa itu.
Kendati demikian, usaha AR Baswedan tidak pernah berhenti.
AR Baswedan terus aktif menyerukan pada orang-orang keturunan Arab untuk bersatu membantu perjuangan Indonesia.
Untuk itu, ia berkeliling ke berbagai kota di Indonesia untuk menyebarkan pandangannya kepada kalangan keturunan Arab.
Baca juga: Abdurrahman Baswedan: Kehidupan, Kiprah, dan Akhir Hidup
Kongres Sumpah Pemuda Keturunan Arab
Usai menyebarkan pandangannya, tanggal 4-5 Oktober 1934, para pemuda keturunan Arab dari berbagai kota di Nusantara berkumpul di Semarang.
Para pemuda yang hadir dalam kongres tersebut mempunyai harapan bangsa Arab-Indonesia harus disatukan untuk nantinya berintegrasi penuh kepada bangsa Indonesia.
Meski awalnya mereka enggan untuk mengakui Indonesia sebagai tanah airnya, upaya perjuangan nasionalisme AR Baswedan berbuah manis.
Dalam kongres tersebut, para pemuda keturunan Arab membuat sumpah yang dikenal dengan Sumpah Pemuda Indonesia Keturunan Arab.
Sejak 4 Oktober 1934, para keturunan Arab bersatu melakukan pergerakan nasional dan meninggalkan identitas ke-Araban mereka.
Mereka mengubah identitas dari semangat keAraban menjadi semangat keIndonesiaan.
Ketegasan ini awalnya banyak menerima pertentangan, tetapi karena seruan kongres terus menggema, akhirnya banyak peranakan Arab yang mendukung gagasan ini.
Selain terbentuk Sumpah Pemuda Keturunan Arab, hasil kongres ini juga membentuk Persatuan Arab Indonesia yang kemudian menjadi Partai Arab Indonesia.
Baca juga: Ali Sadikin: Kebijakan, Peran, dan Pencapaiannya
Isi Sumpah Pemuda Keturunan Arab
Isi dari Sumpah Pemuda Keturunan Arab adalah:
- Tanah Air Peranakan Arab adalah Indonesia
- Karenanya mereka harus meninggalkan kehidupan sendiri
- Peranakan Arab memenuhi kewajibannya terhadap tanah air dan bangsa Indonesia
Baca juga: Ki Sarmidi Mangunsarkoro: Kiprah dan Perannya
Tokoh
Para tokoh pemuda keturunan Arab yang menghadiri Sumpah Pemuda Keturunan Arab adalah sebagai berikut:
- Ketua: AR Baswedan
- Penulis I: Nuh Alkaf
- Penulis II: Salim Maskati
- Bendahar: Segaf Assegaf
- Komisaris: Abdurrahim Argubi
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Komentar
Posting Komentar