Publik Tak Setuju Pembelian BBM Bersubsidi Pakai Aplikasi MyPertamina By JAWAPOS

 

Publik Tak Setuju Pembelian BBM Bersubsidi Pakai Aplikasi MyPertamina

By JAWAPOS.COM
jawapos.com
2 min
REKAM HISTORI: Warga menunjukkan aplikasi MyPertamina saat mengisi pertalite di salah satu SPBU di kawasan Kuningan, Jakarta, kemarin
REKAM HISTORI: Warga menunjukkan aplikasi MyPertamina saat mengisi pertalite di salah satu SPBU di kawasan Kuningan, Jakarta, kemarin

JawaPos.com – Hasil survei Lembaga Survei Indonesia (LSI) menyatakan, mayoritas publik tidak setuju pembelian bakan bakar minyak (BBM) bersubsidi jenis Pertalite dan Solar menggunakan aplikasi MyPertamina. Sebanyak 73,2 persen publik tak setuju dengan kebijakan tersebut.

“Terkait penggunaan aplikasi Mypertamina untuk pembelian Pertalite dan Solar. Kebanyakan sekitar 73,2 persen itu menyatakan tidak setuju dengan aplikasi MyPertamina,” kata Direktur Eksekutif LSI, Djayadi Hanan dalam siaran daring, Minggu (4/9).

Menurut Djayadi, hanya 21,3 persen masyarakat setuju dengan penggunaan aplikasi MyPertamina.

Sementara itu, terkait penggunaan aplikasi PeduliLindungi untuk pembelian minyak goreng curah, lanjut Djayadi, mayoritas publik juga tak menginginkannya.

“Mayoritas masyarakat lebih dari 77 persen menyatakan tidak setuju dengan aplikasi PeduliLindungi,” ucap Djayadi.

Sementara, hanya terdapat 17 persen publik yang setuju dengan kebijakan tersebut. Dia menyebut, program ini bukan kebijakan yang populer. “Jadi ini bukan program yang populer juga,” tegas Djayadi.

Survei ini dilakukan pada 13-21 Agustus 2022. Populasi survei ini adalah seluruh warga Indonesia yang mempunyai hak pilihdalam pemilihan umum, yakni mereka yang sudah berumur 17 tahun atau lebih, maupun sudah menikah ketika survei dilakukan.

Populasi survei dipilih secara random atau multistage random sampling 1.220 responden dengan margin of error dari ukuran sampel tersebut sebesar +/- 2.9 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.

“Responden terpilih diwawancarai lewat tatap muka oleh pewawancara yang telah dilatih. Quality control terhadap hasil wawancara dilakukan secara random sebesar 20 persen dari total sampel oleh supervisor dengan kembali mendatangi responden terpilih (spot check),” pungkas Djayadi.

Baca Juga

Komentar

 Pusatin Informasi 


 Postingan Lainnya