Indonesia Dinilai Mampu Pimpin ASEAN Hadapi Ancaman Krisis Pangan - Beritajatim
Indonesia Dinilai Mampu Pimpin ASEAN Hadapi Ancaman Krisis Pangan
Reporter : Hendra Brata
Petani di Desa Krokeh Kecamatan Sawahan Kabupaten Madiun saat menyemprot insektisida untuk tanaman padinya, Kamis (26/5/2022)Jakarta (beritajatim.com) – Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Sugiyono Madelan Ibrahim, menilai Indonesia mampu memimpin negara-negara kawasan ASEAN dalam menghadapi ancaman krisis pangan. Dia menekankan hal ini pada peranan Indonesia dalam mengupayakan jalur distribusi pangan yang setara dan tidak memberatkan.
"Peranan Indonesia kalau jadi ketua tentu artinya paling tidak bisa mengatur di antara ASEAN itu agar tidak selalu kalu perdagangan, paling tidak itu membantu bisa pinjam-meminjam pada saat terjadi krisis pangan," ujar Sugiyono.
Persoalan pangan jadi hal penting bagi semua negara. Perubahan pola produksi dan perdagangan pasar global sudah menuju ke arah yang lebih baik.
Sayangnya, kondisi yang mulai tertata tersebut berubah ketika muncul ancaman krisis pangan global yang dipicu konflik Ukraina-Rusia. Salah satunya, dari jalur impor gandum yang tersendat akibat perang dua negara yang belum juga selesai.
"Ketika terjadi perang Ukraina, kita maupun negara lain banyak impor gandum, posisinya harga naik karena jumlah gandum berkurang," kata dia.
Kondisi ini, terang Sugiyono, menuntut adanya substitusi maupun pelengkap bahan pangan. Sehingga kebutuhan akan gandum yang mulai langka bisa teratasi.
Tetapi, Sugiyono mengungkapkan terdapat kecenderungan di sejumlah negara untuk menahan keluarnya bahan pangan. Ini terlihat dari kebijakan proteksi yang diberlakukan oleh sejumlah negara untuk menjamin kebutuhan pangan dalam negerinya.
"Kalau semua menahan kan benar-benar terjadi krisis," kata dia.
Di sinilah Indonesia diharapkan memainkan peran, dengan mengatur sebaran pangan. Sehingga, kelangkaan pangan bisa diatasi sedari awal, khususnya di negara-negara ASEAN.
"Indonesia bisa bermain di situ karena punya kemampuan dan pengalaman tentang hal itu, beberapa negara kalau mengandalkan perdagangan saja tidak bisa jalan, bisa bahaya karena harga tinggi," terang Sugiyono.
Pakar perdagangan, ekonomi dunia, dan politik internasional UGM, Riza Noer Arfani, menilai negara-negara di ASEAN memiliki fundamental ekonomi cukup kuat. Indikasi ini terlihat dari cepatnya perekonomian pulih usai dihantam pandemi Covid-19.
Dengan kondisi ini, kata Riza, negara-negara ASEAN cukup tangguh dalam menghadapi potensi resesi pada 2023 nanti.
"Secara umum memang negara ASEAN relatif terbebas dari ancaman resesi. ini ditunjukkan dengan proses recovery ekonomi yang mereka lakukan sejak pandemi juga dilihat dari Pertumbuhan Ekonomi yang rata rata positif. itu menjadi modal kuat, juga dilihat dari tingkat inflasi yang terkendali," terang Riza.
Meski begitu, dia mengingatkan dampak negara-negara yang mengalami resesi atau pelambatan ekonomi pasti ada. Ini mengingat ada sejumlah negara ASEAN yang mengandalkan pasar konvensional terutama Amerika Serikat dan Eropa, bahkan Jepang.
"Pasar konvensional kemungkinan besar akan terlanda resesi tahun depan. Catatan sejauh kita bisa mendiversifikasi pasar, maka akan lumayan aman, jadi pasar non-konvensional perlu digenjot." ungkap Riza.
China juga diproyeksikan mengalami perlambatan. Sedikit banyak hal ini akan berpengaruh pada ekonomi ASEAN.
Sedangkan soal pangan, negara-negara di ASEAN harus bekerjasama untuk mengamankan rantai pasok komoditas utama yaitu beras. Meski tren konsumsi di ASEAN secara perlahan mulai meninggalkan beras.
"Ini potensi bergejolak. Saran saya, kerjasama ASEAN sangat penting untuk mengobrol rantai pasok, bukan cuma beras dan non beras," tandas Riza.
Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengungkapkan kesiapan Indonesia untuk menerima estafet tanggung jawab sebagai Ketua ASEAN 2023 dari Kamboja.
"Melanjutkan Presidensi G20, Keketuaan Indonesia di ASEAN akan menitikberatkan pada penangan krisis multidimensi seperti krisis pangan, energi, dan keuangan," ungkap Airlangga. [hen/beq]