Sosial Media
powered by Surfing Waves
0
News
    Home Tidak Ada Kategori

    Revitalisasi Industri Gula Nasional untuk Ketahanan Pangan - Beritasatu

    3 min read

    Revitalisasi Industri Gula Nasional untuk Ketahanan Pangan

    Jumat, 14 Oktober 2022 | 18:13 WIB
    Oleh: Whisnu Bagus Prasetyo / WBP

    Menteri BUMN Erick Thohir.
    Menteri BUMN Erick Thohir. (Foto: Dok)

    Mojokerto, Beritasatu.com– Untuk memperkuat ketahanan pangan dan energi, Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) melalui Holding Perkebunan Nusantara PTPN III (Persero) melakukan transformasi dan restrukturisasi bisnis gula PTPN Group. Revitalisasi diharapkan mendukung industri gula untuk kedaulatan pangan serta mendorong terwujudnya energi baru terbarukan (EBT).

    Menteri BUMN Erick Thohir mengatakan, salah satu program prioritas pemerintah menekankan pembangunan ekosistem sehingga Indonesia dapat mengatasi ketergantungan rantai pasok dunia, khususnya sektor pangan dan energi.

    "Pak Presiden selalu mendorong agar ada solusi, untuk itu, kita terus mendorong bagaimana hilirisasi industri gula menjadi kenyataan dan bukan hanya sekadar rencana," ujar Erick dalam Kick off Revitalisasi Industri Gula Nasional untuk Ketahanan Pangan dan Energi, di Mojokerto seperti dikutip dalam keterangannya Jumat (14/10/2022).

    Peresmian revitalisasi gula tersebut menandai dimulainya penataan organisasi PTPN Group melalui pembentukan PT Sinergi Gula Nusantara (SGN) atau SugarCo yang akan berperan dalam mendukung ketahanan pangan dan energi. "Pembentukan PT SGN membuktikan bahwa BUMN siap membangun ekosistem bisnis di tengah ketidakpastian industri pangan global," ujar Erick.

    Erick menyampaikan, transformasi Holding Perkebunan Nusantara sejatinya sudah berjalan dengan baik. Pembentukan PT Sinergi Gula Nusantara (SugarCo), PT Sinergi Sawit Nusantara (PalmCo), dan PT Aset Manajemen Nusantara (SupportingCo), merupakan bagian proyek strategis nasional (PSN) yang terus dikawal pemerintah. "Ini merupakan komitmen dari negara untuk memastikan bahwa ketiga proyek tersebut dapat berjalan dengan baik," tandas Erick.

    PT SGN atau SugarCO, merupakan wujud dari akselerasi transformasi bisnis di Holding Perkebunan Nusantara yang berasal dari penggabungan aset-aset perusahaan perkebunan tebu milik PTPN Group, yakni PTPN II, PTPN VII, PTPN IX, PTPN X, PTPN XI, PTPN XII dan PTPN XIV.

    Percepatan swasembada gula nasional untuk menjamin ketahanan pangan nasional, ketersediaan bahan baku dan bahan penolong industri, serta mendorong perbaikan kesejahteraan petani tebu. Peningkatan produksi tebu nasional juga diharapkan beriringan dengan peningkatan produksi bioethanol berbasis tebu dalam rangka ketahanan energi, dan pelaksanaan energi bersih melalui penggunaan bahan bakar nabati (biofuel).

    Sebagaimana Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Nomor 9 Tahun 2022 tentang Perubahan Daftar Proyek Strategis Nasional (PSN), pemerintah telah memasukkan integrasi Group Perkebunan Nusantara melalui pembentukan SugarCo, PalmCo, dan SupportingCo ke dalam daftar Proyek Strategis Nasional (PSN) tahun 2022.

    Direktur Utama Holding Perkebunan Nusantara PTPN III (Persero), Mohammad Abdul Ghani mengatakan menindaklanjuti peraturan tersebut, PTPN III telah menyusun rencana aksi, pencapaian, dan tindak lanjut terhadap integrasi PTPN Group, khususunya melalui SugarCo, guna mewujudkan swasembada gula konsumsi pada 2028 dan gula industri pada 2030. "Kami berupaya meningkatkan kesejahteraan petani tebu melalui peningkatan produktivitas dan rendemen, juga menjaga stok gula konsumsi untuk stabilisasi harga," ujar dia.

    SugarCo, lanjut Abdul Ghani, merupakan wujud dari akselerasi transformasi bisnis di holding klaster perkebunan dan kehutanan, selain PalmCo dan SupportingCo. Sebagai entitas tunggal dari 36 pabrik gula (PG) milik PTPN Group, SugarCo, akan menjadi perusahaan gula terbesar di Indonesia dengan proyeksi pengembangan lahan tebu nasional dengan berkolaborasi dengan Perhutani dan petani tebu hingga mencapai 700.000 hektare di 2030 mendatang.

    Abdul Ghani mengatakan, pada tahun 2021 produksi gula kristal putih (GKP) nasional sebesar 2,35 juta ton dengan kebutuhan konsumsi gula nasional sebesar 3,12 juta ton. Dengan demikian, sisa kebutuhan gula nasional terpaksa harus dipenuhi melalui impor sebesar 1,04 juta ton setara GKP. Namun, Abdul Ghani optimistis, jika SugarCo sudah memiliki luas lahan sebagaimana yang ditargetkan, akan menguasai 60%-70% pasar gula nasional.

    Menurut Abdul Ghani, sejalan dengan peningkatan produktivitas gula, baik secara intensifikasi maupun ekstensifikasi, maka akan meningkatkan potensi produksi bioethanol berbasis tebu dengan target sebanyak 1,2 juta kiloliter di tahun 2030. Hal ini, menjadi penting untuk substitusi kebutuhan impor minyak mentah yang dapat digunakan untuk bauran energi kendaraan yang ramah lingkungan.

    Saksikan live streaming program-program BTV di sini

    Sumber: BeritaSatu.com


    Opsi Media Informasi Group
    [Category Opsiin, Media Informasi]
    [Tags Featured, Pilihan]

    Komentar
    Additional JS