BKKBN Apresiasi Penanganan Stunting di Jawa Timur
Kamis, 16 Februari 2023 | 14:55 WIB
Oleh: Agung Dharma / FER
Jakarta, Beritasatu.com - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mendukung pemerintah provinsi (Pemprov) Jawa Timur terkait program penanganan stunting. Dukungan tersebut diwujudkan dengan melakukan pemantauan langsung penanganan stunting di Jawa Timur.
"BKKBN menitikberatkan pada penurunan angka stunting di Indonesia hingga angka 14 persen di 2024," kata Sekretaris Utama BKKBN, Drs Tavip Agus Rayanto MSi, Kamis (16/2/2023).
Tavip menyatakan, Rapat Kerja Daerah (Rakerda) BKKBN se-Jawa Timur ini output-nya adalah program kerja dengan kebijakan lokal, sehingga diharapkan bisa menurunkan angka stunting.
"Tahun 2022 lalu sudah bagus, dari angka 23,5 persen tahun 2021 menjadi 19,2 persen. Ini luar biasa karena jumlah penduduknya banyak dan luas daerah besar. Jawa timur menjadi strategis untuk menjadi provinsi prioritas karena kontribusi terhadap capaian nasional sangat besar," tegasnya.
Sementara itu, BKKBN Provinsi Jawa Timur di Tahun 2022, angka stunting turun sebesar 4.3 persen dari angka 23,5 persen pada tahun 2021 menjadi 19,2 persen pada tahun 2022.
Untuk upaya akselerasi penurunan stunting, perwakilan BKKBN Provinsi Jatim sudah membentuk 31.243 tim pendamping keluarga dari 3 unsur bidan, kader PKK dan kader KB sebanyak 93.729 orang yang menyasar calon pengantin, ibu hamil, pasca persalinan dan anak usia 0-59 bulan.
Sebelumnya, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) pada tahun 2023 menargetkan stunting nasional turun hingga 17% sehingga dapat mencapai 14% pada 2024 mendatang.
Guna mencapai target tersebut, Kemenkes menyampaikan dari ada dua strategi spesifik dari sektor kesehatan yang dilakukan untuk menurunkan angka stunting nasional hingga mencapai target 14% pada 2024 mendatang.
Pertama, sebelum bayi lahir mulai dari 1.000 hari kehidupan selama bayi dalam kandungan. Pasalnya, memperhatikan kesehatan bayi sejak dalam kandungan karena faktor terbesar terjadinya stunting saat bayi masih berada dalam kandungan.
“Jadi saya bilang itu terbesar utamakan yang itu dulu. Nomor satu orang tuanya harus sehat, gizinya harus baik dan tidak boleh anemia,” ucapnya.
Kedua, memperhatikan gizi bayi pada usia 6-24 bulan. Budi menuturkan, pada rentan usia tersebut bayi paling banyak terjadinya stunting. "Pasalnya, pada usia ini ASI sudah tidak cukup lagi, maka harus ditambah dengan protein hewani sesuai saran para ahli," kata Menkes.
Saksikan live streaming program-program BTV di sini
TAG:
[Category Opsiin, Media Informasi]
Komentar
Posting Komentar