BNPT Klaim Abu Bakar Ba'asyir Masih Yakin Paham Radikal
BNPT klaim Abu Bakar Ba'asyir masih meyakini ideologi radikal. (REUTERS/Darren Whiteside)
Jakarta, CNN Indonesia --
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Boy Rafli Amar mengklaim Abu Bakar Ba'asyir masih meyakini ideologi radikalisme. Boy mengaku tahu dari komunikasi tim BNPT terakhir dengan Ba'asyir.
"Pak Abu Bakar Ba'asyir kalau kami lihat, kami berbicara, tim kita berkomunikasi dengan beliau, beliau masih yakin dengan apa yang diyakininya," ujar Boy dalam rapat dengan Komisi III DPR di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Senin (13/2).
Ditemui usai rapat, Boy menjelaskan Ba'asyir telah bergabung di kalangan masyarakat, yakni di Jawa Tengah, usai menjalani masa hukumannya di Gunung Sindur.
Ia mengatakan program komunikasi yang pihaknya jalin merupakan langkah mitigasi agar Ba'asyir tidak menyampaikan narasi-narasi yang dapat membawa orang lain berpotensi melanggar hukum.
"Kita kan harus menyelamatkan yang lain agar jangan menjadi individu yang kemudian karena mendengar narasi-narasi dari beliau, kemudian akhirnya berpotensi melanggar hukum. Makanya kita mencoba tetap berkomunikasi dengan beliau dan unsur-unsur pemerintah daerah kita sama jaga," jelas Boy.
"Yang terpenting tidak ada narasi-narasi yang mengarah radikalisasi kembali dilakukan di tengah-tengah masyarakat," ujarnya menambahkan.
Boy mengakui Ba'asyir merupakan senior di kalangan yang pernah berkaitan dengan hukum. Oleh karena itu, Ba'asyir masih memiliki pengaruh dan cara berpikir yang cukup kuat terhadap orang-orang yang mendengar.
"Apalagi kalau yang mendengar itu adalah anak-anak muda yang memahaminya belum cukup terhadap nilai-nilai dalam sebuah agama. Jadi yang penting adalah tidak melakukan hal-hal yang sifatnya propaganda," kata Boy.
Menurut data BNPT, kata Boy, setidak-tidaknya sekitar 80 persen eks narapidana terorisme masih bersikukuh dengan pendiriannya atau ideologinya. Boy pun menilai hal tersebut sebagai tantangan yang dihadapi di masa depan.
Sebelumnya, ia mengatakan terdapat 116 mantan narapidana kasus terorisme (napiter) kembali menjadi residivis.
"Dari total eks napiter yang teridentifikasi sejumlah 1.036, sebanyak 116 kembali jadi residivis kasus terorisme. Dari data tersebut, 19 orang masih berada di dalam lapas," tuturnya.
Boy juga membeberkan sejumlah nama yang termasuk dalam residivis tersebut, yakni Iqbal Husaini yang terlibat pada kasus pelatihan militer pada 2009 dan Supriadi yang tergabung dalam jaringan MIT pada 2012-2018.
Lalu, Juhanda yang terlibat pada peristiwa bom Gereja Oikumene pada 2016 dan Sunakin yang terlibat pada peristiwa bom Thamrin pada 2016. Selain itu, Wawan Kurniawan yang terlibat pada peristiwa kerusuhan Mako Brimob pada 2018 dan Agus Sujatno yang melakukan aksi bom bunuh diri di Polsek Astana Anyar pada 2022.
Lebih lanjut, ia mengatakan tak semua eks napiter yang keluar dari Lapas telah berikrar setia kepada NKRI dan insaf akan perbuatannya.
Sebelumnya, Abu Bakar Ba'asyir mengakui Pancasila sebagai dasar negara Indonesia. Hal itu terungkap usai video viral yang menampilkan Ba'asyir sedang memberikan ceramah beredar di media sosial mengucapkan hal demikian. Menurutnya, dasar dari Pancasila adalah tauhid atau ketuhanan seperti tertuang dalam sila pertama.
"Indonesia berdasar Pancasila kenapa disetujui ulama? Karena dasarnya tauhid, Ketuhanan Yang Maha Esa," kata Ba'asyir dalam video yang dilihat CNNIndonesia.com, Selasa (2/8).
Ba'asyir mengakui bahwa pemahaman Pancasila ini merupakan hal baru baginya. Sebab dulu Ba'asyir menganggap Pancasila sebagai sesuatu yang syirik.
Lebih jauh, Ba'asyir menyebut para ulama pada dasarnya memiliki niat ikhlas. Termasuk dalam memikirkan dasar negara Pancasila.
"Ini juga pengertian saya terakhir, dulu-dulunya saya bilang Pancasila itu syirik, tapi setelah saya pelajari berikutnya, ndak mungkin ulama menyetujui dasar negara syirik itu ndak mungkin," tambahnya.
(pop/DAL)
Komentar
Posting Komentar