Dua WNI Meninggal di Gempa Turki, 123 Orang Berhasil Dievakuasi

JawaPos.com – Dua WNI dilaporkan menjadi korban dalam tragedi gempa yang meluluhlantakkan Turki (6/2). Dua korban yang merupakan ibu dan anak itu meninggal akibat tertimbun reruntuhan bangunan.
Duta Besar RI untuk Turki Lalu Muhammad Iqbal menyampaikan, WNI asal Bali itu teridentifikasi bernama Nia Marlinda. Nia ditemukan bersama anaknya yang berusia 1 tahun dan sang suami, yang merupakan WN Turki, di Kahramanmaras. KBRI telah mengabarkan hal itu kepada pihak keluarga di tanah air. ’’Kolonel Amir, Atase Pertahanan RI KBRI Ankara yang memimpin tim evakuasi ke Kahramanmaras telah memastikan pemulasaraan almarhumah,’’ ujar Iqbal kemarin (8/2).
Selain ke Kahramanmaras, tim KBRI Ankara juga dikirim ke Gaziantep, Adana, Hatay, dan Diyarbakir. Empat lokasi itu paling terdampak gempa. Setelah menempuh perjalanan 17 jam, tim yang terdiri atas tim konsuler perlindungan WNI, tim atase pertahanan, dan perbinlu (pejabat BIN) tersebut akhirnya berhasil mengevakuasi para WNI menuju Ankara.
Proses evakuasi tidak mudah lantaran kondisi cuaca tidak bersahabat. Badai salju melanda Turki dengan suhu 4–7 derajat Celsius. ’’Jumlah yang dievakuasi sebanyak 123 orang, dari target semula 104 orang,’’ tuturnya. Jumlah itu termasuk 2 warga Malaysia dan 1 warga Myanmar.
Sementara itu, WNI atas nama Ayu Fira dan dua anaknya di Hatay yang sempat dinyatakan hilang kontak kemarin dapat dikonfirmasi keberadaannya. Ketiganya ditemukan dalam keadaan selamat di lokasi tempat tinggalnya. Pelacakan dipimpin oleh Sekretaris 3 Perlindungan WNI KBRI Ankara Bondet Suryonurwendo.
Namun, dua WNI pekerja spa di Diyarbakir hingga kemarin belum bisa dihubungi. Tim evakuasi yang dipimpin Kombespol Budi Wardiman masih melakukan pelacakan di Diyarbakir sembari mengevakuasi 20 WNI.
Mengenai kabar WNI yang meninggal di Gaziantep, tim evakuasi telah melakukan penelusuran. Diperoleh informasi bahwa pemberi keterangan yang mengaku WNI di Gaziantep bernama Vivi Haryono. Namun, namanya tidak ada dalam data WNI KBRI Ankara. Yang bersangkutan pun tidak dikenal oleh masyarakat Indonesia di Gaziantep.
Di sisi lain, pemerintah telah mengadakan rapat tingkat menteri (RTM) terkait rencana percepatan bantuan kemanusiaan gempa di Turki dan Syria kemarin. Rapat yang dipimpin Menko PMK Muhadjir Effendy itu membahas pemberian bantuan berupa tim Emergency Medical Team (EMT), tim Middle Urban Search and Rescue (MUSAR), dukungan logistik peralatan, dan kebutuhan dasar masyarakat pascabencana.

Jumlah Korban Tewas Melejit
Selamat dari gempa di Turki bukan jaminan bisa hidup. Sebab, mereka yang lolos dari maut dan belum mendapatkan pertolongan hanya punya dua pilihan. Yaitu berlindung di gedung yang masih berdiri dengan risiko tertimbun jika gempa susulan terjadi atau mati kedinginan di luar.
Saat ini sedang musim dingin di Turki maupun Syria. Suhu udara di Kahramanmaras antara 1 derajat Celsius hingga minus 6 derajat Celsius. Sedangkan di Gaziantep antara 1 derajat Celsius hingga minus 5 derajat Celsius. Hujan salju juga diperkirakan akan terus terjadi di Diyarbakır. Gaziantep dan Kahramanmaras merupakan lokasi pusat gempa yang pertama dan kedua.
”Kami selamat dari gempa, tapi kami akan mati di sini karena kelaparan atau kedinginan,” ujar salah satu penduduk 64 tahun di Antakya, Hatay, Turki, kepada BBC.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan kemarin berkunjung ke Kahramanmaras, salah satu wilayah yang terdampak paling parah karena gempa kedua berpusat di kota tersebut. Dia menuai banyak kritik karena dinilai lamban dalam memberikan pertolongan pertama. ”Pada hari pertama kami mengalami beberapa masalah, tetapi kemudian pada hari kedua dan hari ini (kemarin, Red) situasinya terkendali,” terangnya kepada para jurnalis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar