Tak Seperti Turki, Bantuan ke Suriah Sulit Dilakukan, Kenapa?

Jakarta, CNBC Indonesia - Tujuh puluh negara dan 14 organisasi internasional telah menawarkan bantuan kepada Turki setelah gempa bumi, termasuk Amerika Serikat (AS), Inggris, UEA, Israel, dan Rusia. Namun, situasi bantuan internasional di Suriah kurang jelas.
Dikutip dari CNN International, Kamis (9/2/2023), Suriah diperintah oleh segudang kelompok yang berbeda. Beberapa wilayah Suriah yang paling terkena dampak gempa dikendalikan oleh pemerintahan Presiden Bashar al-Assad, yang lain oleh pasukan oposisi yang didukung Turki dan AS, pemberontak Kurdi, dan pejuang Islam Sunni.
Idlib, salah satu kubu oposisi terakhir Suriah, dikendalikan oleh Hayat Tahrir al-Sham (HTS), sebuah kelompok Islam Sunni bersenjata.
Pemerintah Assad, dikesampingkan secara internasional dan mendapat sanksi berat karena penindasan brutal terhadap pemberontakan yang dimulai pada 2011, serta menganggap Iran dan Rusia sebagai sekutu terdekatnya.
Rezim bersikeras semua bantuan ke negara itu, termasuk bantuan yang dimaksudkan untuk daerah-daerah di luar kendalinya, diarahkan ke ibu kota Damaskus.
Hal itu belum diterima dengan baik oleh para aktivis dan pengamat yang khawatir rezim dapat menghambat bantuan tepat waktu untuk ribuan korban gempa di daerah yang dikuasai pemberontak, yang menurut PBB sebagian besar adalah perempuan dan anak-anak.
Sejauh ini, UEA, Irak, Iran, Libya, Mesir, Aljazair, dan India telah mengirimkan bantuan langsung ke bandara yang dikontrol rezim. Lainnya seperti Afghanistan yang dikuasai Taliban, Arab Saudi, Qatar, Oman, China, Kanada dan Vatikan telah menjanjikan bantuan, meskipun tidak jelas apakah bantuan itu akan dikirim langsung ke rezim tersebut.
Pada Rabu, pemerintah Suriah mengatakan telah mendirikan lebih dari seratus tempat penampungan yang dilengkapi dengan pasokan bantuan bagi mereka yang terkena dampak gempa di seluruh wilayah yang dikuasai pemerintah.
Wilayah itu termasuk di kota Aleppo, Hama, Homs, Tartus dan Latakia, sebuah kota pesisir. yang memiliki jumlah kematian gempa tertinggi yang dihitung di Suriah sejauh ini, dan lebih dari 100 bangunan runtuh.
Sebelumnya, Suriah telah dituduh bermain politik dengan bantuan kemanusiaan pasca gempa. Hal ini muncul setelah duta besar Suriah untuk PBB, Bassam Sabbagh, mengatakan negaranya harus bertanggung jawab atas pengiriman semua bantuan ke Suriah, termasuk daerah-daerah yang tidak berada di bawah kendali pemerintah negara tersebut.
Kepada wartawan di New York, Amerika Serikat (AS), Sabbagh mengatakan Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres meyakinkan negaranya bahwa badan tersebut akan melakukan semua yang dapat membantu Suriah menangani situasi yang sangat sulit ini.
Adapun, Korban jiwa gempa Turki dan Suriah terus bertambah. Hingga Kamis (9/2/2023) dini hari tercatat sudah ada lebih dari 12.000 orang yang terkonfirmasi tewas.
Berdasarkan data resmi dari pemerintah setempat dan tim medis, sebanyak 9.057 orang telah tewas di Turki dan setidaknya sebanyak 3.042 tewas di Suriah akibat gempa berkekuatan M 7,8 yang terjadi pada Senin lalu. Total kematian telah mencapai 12.099 dan berpotensi berlipat ganda menurut para ahli.
[Category Opsiin, Media Informasi]
[Tags Suriah, Gempa Bumi, Featured, Pilihan]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar