LCGC dan Motor Jadi Biang Kerok Kemacetan Jakarta? - detik - Opsiin

Post Top Ad

Responsive Ads Here

LCGC dan Motor Jadi Biang Kerok Kemacetan Jakarta? - detik

Share This

 

LCGC dan Motor Jadi Biang Kerok Kemacetan Jakarta?

Tim detikcom - detikOto
Senin, 13 Feb 2023 07:14 WIB
Jalan TB Simatupang arah Fatmawati, Jakarta Selatan terpantau padat merayap, Selasa (7/2/2023). Kemacetan terjadi usai genangan surut di lokasi.
Kemacetan di Jakarta terjadi karena tidak seimbangnya populasi kendaraan dengan jalan yang tersedia (Andhika Prasetia/detikcom)
Jakarta -

Kemacetan di Jakarta kian buruk setiap harinya. Data bahkan menyebutkan, level kemacetan di Ibu Kota sudah menyentuh level lebih tinggi daripada tahun 2019 atau sebelum pandemi COVID-19 melanda.

Menurut Direktur Eksekutif Institut Studi Transportasi (Instran) Deddy Herlambang, biang kerok kemacetan di Jakarta adalah populasi kendaraan yang sangat banyak.

Baca juga:

"Semua karena penjualan mobil LCGC dan juga sepeda motor yang terus meningkat hingga saat ini. Kendaraan meningkat, tapi tidak berimbang dengan pertumbuhan panjang jalan di Jakarta," ungkap Deddy ketika dihubungi detikcom, Minggu (12/2/2023).

Deddy juga menyinggung kebijakan pemerintah yang memperparah kondisi lalu lintas Ibu Kota. Menurutnya, fasilitas pajak 0% untuk pembelian mobil juga menjadi sumber kemacetan ini tak terhindarkan.

"Kendaraan meningkat karena penjualan mobil pajak 0% dari tahun 2021 hingga diskon pajak sampai 2022, sehingga ketika PPKM dicabut mobil-mobil ini keluar semua untuk bekerja," ujar Deddy.

Pemerintah sebenarnya berpeluang untuk mengurangi kemacetan yang terjadi di Ibu Kota. Namun karena tidak ada transport demand management (TDM) yang tegas, keseimbangan antara populasi kendaraan serta jalan menjadi tidak tercapai.

Baca juga:

Selain itu, pemerintah juga dianggap cenderung mengeluarkan kebijakan yang mendukung kemudahan penggunaan kendaraan pribadi ketimbang mendorong masyarakat menggunakan angkutan umum.

"Kemacetan juga terjadi karena gagalnya program TDM push and pull. Tidak balancing (seimbang) antara pembatasan penggunaan kendaraan pribadi dan menarilk penggunaan angkutan umum massal," sebut Deddy.

Pengamat Tranportasi Unika, Soegijapranata Djoko Setijowarno juga mengungkapkan hal serupa. Menurutnya program pembatasan kendaraan yang diterapkan pemerintah kurang efektif.

"Ini kan seharusnya sudah ada pembatasan kendaraan pribadi di Jakarta, melihat jumlah kendaraan pribadi yang semakin banyak. Cuma kan ketegasan pemerintahnya kurang untuk menahan laju kendaraan pribadi, kebijakan ERP itu saja nggak jalan-jalan, 3 in 1 sampai ganjil genap juga nggak ngaruh," ungkap Djoko kepada detikcom.





Simak Video "Macet Jakarta Diklaim Kembali Seperti Sebelum Pandemi, Cek Faktanya"


(mhg/riar) 

[Category Opsiin, Media Informasi]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Bottom Ad

Responsive Ads Here

Pages