Rusia Murka Anggap AS-NATO Kebablasan Gegara Pasok HIMARS ke Ukraina - CNN Indonesia

 

Rusia Murka Anggap AS-NATO Kebablasan Gegara Pasok HIMARS ke Ukraina

CNN Indonesia
4-4 minutes
Kamis, 16 Feb 2023 15:12 WIB

Rusia murka terhadap AS-NATO karena dinilai melewati batas usai memasok jet tempur terutama sistem roket HIMARS ke Ukraina guna melawan Moskow.

Rusia murka setelah HIMARS dari AS sukses jadi senjata Ukraina gebuk pasukan Moskow. (AP/Mosa'ab Elshamy)

Jakarta, CNN Indonesia --

Rusia murka terhadap Amerika Serikat dan negara-negara lain anggota NATO karena dinilai melewati batas usai memasok jet tempur terutama sistem roket HIMARS ke Ukraina guna melawan Moskow.

Wakil pertama perwakilan tetap Rusia untuk PBB, Dmitry Polyanskiy, mengatakan kepada Newsweek bahwa dia percaya AS dan negara NATO lainnya tengah "menuangkan minyak ke dalam api" dengan memasok persenjataan untuk melawan Rusia.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Semua batas sudah dilanggar oleh negara-negara Barat," kata Polyanskiy, Selasa (14/2), seperti dikutip dari Newsweek.

"Ada campur tangan semi-langsung dari NATO dalam konflik karena itu bukan hanya soal senjata tetapi juga soal intelijen."

Polyanskiy mengatakan intervensi yang dilakukan AS contohnya yakni berkoordinasi dengan Ukraina kala membidik target serangan kepada Rusia menggunakan HIMARS.

"Ini adalah situasi ketika target sistem artileri tertentu, khususnya HIMARS, target ini cuma bisa dihantam atas koordinasi dengan Washington," ujarnya.

Pernyataan itu tampaknya merujuk pada artikel The Washington Post pada 9 Februari yang menyebut bahwa tiga pejabat senior Ukraina dan seorang pejabat senior AS mengatakan bahwa Kyiv perlu koordinat yang disediakan atau dikonfirmasi oleh AS dan sekutu untuk menggunakan HIMARS.

"Artinya, NATO bukan cuma memasok senjata tetapi juga memilih target atas serangan dari pihak Ukraina. Jadi, apa ini kalau bukan campur tangan langsung?" ucap Polyanskiy.

Dalam kesempatan itu, Polyanskiy juga menuding bahwa ada sejumlah tentara bayaran dari negara-negara Barat yang ikut berjuang membantu Ukraina di medan perang.

"Kami mengetahui hal ini dari orang-orang yang kami tangkap dan dari tubuh jenazah di medan perang. Benar, tidak ada pasukan NATO di lapangan, dan negara-negara NATO menganggap ini sebagai garis merah (batasan). Tapi sejauh yang kami pahami, garis merah ini sudah dilanggar," kata Polyanskiy.

Dia lalu mengatakan bahwa intervensi semacam ini bakal memengaruhi hubungan antara Rusia dan negara-negara Barat di masa depan. Menurutnya, Rusia bisa saja membalas secara militer dalam menanggapi hal ini.

"Jika Anda berurusan dengan kekuatan nuklir dan jika Anda bertujuan untuk menggagalkan kekuatan nuklir ini, Anda mesti memikirkan semua kemungkinan tanggapan dari kami," tegas dia.

AS dan sejumlah negara-negara Barat memang sejak lama memasok bantuan militer dan senjata kepada Ukraina untuk mendukung Kyiv melawan Rusia. Bahkan, mereka baru-baru ini juga sepakat mengirim tank berat ke Ukraina.

Kremlin selama ini menilai tindakan tersebut hanya untuk mengobarkan perang proxy di Ukraina. Rusia lantas menargetkan serangan mereka di masa mendatang menyasar bantuan-bantuan dari negara Barat.

Terkait perang sendiri, Polyanskiy mengatakan bahwa Rusia "sejak lama" sebetulnya sudah bisa "mengalahkan" Ukraina jika negara-negara anggota NATO tak membantu negara pecahannya itu.

(blq/bac)


[Category Opsiin, Media Informasi]

Baca Juga

Komentar

 Pusatin Informasi 


 Postingan Lainnya