Stok Beras Hanya 10% dari Kebutuhan Jadi Pertimbangan Bulog Lakukan Impor
Jakarta, Beritasatu.com - Deputi Bidang Ketersediaan dan Stabilisasi Pangan, IG Ketut Astawa mengatakan, pertimbangan pemerintah melakukan impor beras pada Ramadan karena sampai saat ini, stok Bulog hanya 220.000 ton atau hanya 10% dari kebutuhan.
Kebutuhan yang dimaksud seperti yang tertuang dalam surat penugasan Badan Pangan Nasional (Bapanas) yang ditandatangani oleh Kepala Bapanas, Arief Prasetyo Adi.
Dalam surat penugasan itu agar Perusahaan Umum Bulog melakukan impor beras sebanyak 2 juta ton beras untuk tambahan pasokan beras untuk program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan Beras (SPHP), bantuan beras kepada 21,353 juta keluarga penerima manfaat (KPM) dan kebutuhan lainnya.
“Itu poin dasar, di mana kita minimal memiliki minimal 1,9 juta atau 1,7 juta ton cadangan pangan,” ujar Ketut pada acara Obrolan Malam Episode 89 bertajuk Impor Beras Saat Ramadan, Demi Stok Aman? yang disiarkan BTV, Senin (27/3/2023).
Ketut menuturkan. pemerintah akan memberikan bantuan sosial (bansos) kepada 21,353 juta selama tiga bulan, terhitung mulai Maret, April, dan Mei 2023. Dengan begitu, dalam tiga bulan membutuhkan sekitar 600.000 ton beras. Namun, stok beras dalam negeri saat ini tidak mencukupi kebutuhan.
“Itu dari sisi untuk bansos, belum dari sisi stabilisasi pangan. Ini prinsipnya kenapa kita harus melakukan impor (beras),” ucapnya.
Selanjutnya, Kutut menjelaskan meski Bulog melakukan impor, penyerapan beras dalam negeri tetap dilakukan dengan harga pembelian pemerintah (HPP). Adapun HPP ditetapkan, yakni Rp 5.000- Rp 5.500 per kilogram gabah untuk memastikan cadangan beras pemerintah (CBP) aman.
Saksikan live streaming program-program BTV di sini
Komentar
Posting Komentar