Jakarta, Beritasatu.com - Warga mempertanyakan Jakarta tetap polusi udara tetap terjadi meski kini ditinggal mudik Lebaran 2023.
"Sudah 4 hari tidak ada WFO. Sudah 5 hari jalan di Jakarta sepi Sudah harusnya polusi udara mengurang - sepi, gak ada mobil. Tapi tidak turun sama sekali. Artinya bukan dari mobil sumber terbesar Jakarta, kan? Jadi, dari mana ya?," tulis Piotr Jakubowski dalam akun Twitter-nya, @piotrj.
Sebelumnya aktivis lingkungan ini juga mengunggah soal polusi di Jakarta ini. "Kota Jakarta sepi tapi polusi masih ada. Sama juga di Bandung dan Semarang. Mari kita lihat besok apakah sudah membaik," dia menuliskan status di Twitter beberapa waktu lalu.
Nico Iswaraputra CFA dalam akunnya berkomentar, "Menarik mengikuti topik ini. Jadi penasaran sama PM2.5 dan browsing penyebabnya. Mungkin kah sumber utamanya dari debu2 yang beterbangan? Karena beberapa hari ini panas banget di Jabodetabek. Di samping itu, kayaknya masih banyak deh kendaraan bermotor di sini," tulisnya.
Nico yang memiliki akun @Iswaraputra09 juga mengunggah hasil browsingnya soal penyebab polusi mengutip dari IQAir. "Beberapa sumber PM 2.5 biatan manusia yang paling umum: pembakaran motor, pembakaran pembangkit listrik, proses industri, kompor, perapian, dan pembakaran kayu rumah, asap dari kembang api, dan merokok."
"Sumber alami PM 2,5 dapat meliputi debu, jelaga, kotoran, garam tertiup angin, spora tumbuhan, serbuk sari, dan asap dari kebakaran hutan."
Sementara akun @SupirPete2 mengunggahvideo bulan lalu dan memberi teks keterangan tersebut, "Ini di Halan H Soleh 2. Di tengah pemukiman padat."
Dalam video tersebut terlihat salah satu bangunan mengeluarkan asap hitam pekat melalui cerobong. Asap itu keluar diduga dari industri rumahan didaerah tersebut.
Sementara akun Dewono Siswardiyanto (@OniDewono) dalam unggahannya menyarankan untuk mengambil sampel udara di lima wilayah DKI Jakarta dengan tujuan dilakukan analisis.
"Caranya hanya satu. Ambil sampel udara di lima wilayah DKI Jakarta, untuk dilakukan analisis," tulisnya.
"Ambil juga sampel dari, misalnya udara di wilayah macet, udara di sekitar pembangkit listrik batu bara, udara di sekitar wilayah industri, dan tempat-tepat lain yang terdapat emisi karbon," dia menambahkan.
"Tinggal bandingkan keduanya, dominan dari sampel yang mana. Supaya kita enggak nebak-nebal lag penyebab polusi ini dari mana," katanya.
Mengomentari Dewono, akun Said (@diazku) memberi saran agar data tidak hanya diambil dari lima titik. "Sekadar saran, 5 titik akan kurang valid datanya Mas karena disparitas datanya terlalu besar," tulisnya.
"Skripsi gue untuk intrusi air laut di Surabaya (fokusan Kec Gubeng & Wonokromo) saja butuh 10 data minimal. Dengan budget DKI harusnya bisa lebih dari 50 titik pengambilan sampel," paparnya lagi.
Saksikan live streaming program-program BTV di sini
Komentar
Posting Komentar