Warga RI Ramai-Ramai Buka Tabungan Dolar, Kurangi Belanja - CNBC Indonesia

 

Warga RI Ramai-Ramai Buka Tabungan Dolar, Kurangi Belanja

mae, CNBC Indonesia
Research
29 May 2023 13:35
Petugas menghitung uang di tempat penukaran uang Luxury Valuta Perkasa, Blok M, Jakarta, Kamis, 21/7. Rupiah tertekan pada perdagangan Kamis (21/7/2022) (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Petugas menghitung uang di tempat penukaran uang Luxury Valuta Perkasa, Blok M, Jakarta, Kamis, 21/7. Rupiah tertekan pada perdagangan Kamis (21/7/2022) (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
  • Pertumbuhan uang beredar melambat pada April, terendah dalam 5,5 tahun terakhir
  • Uang beredar justru melambat di tengah momen Hari Raya Idul Fitri
  • Tabungan denominasi dolar AS melonjak di tengah lambatnya belanja dan kredit masyarakat

Jakarta, CNBC Indonesia - Pertumbuhan uang beredar pada April 2023 melambat di tengah momen Hari Raya Idul Fitri. Namun, tabungan masyarakat dalam berdenominasi dolar Amerika Serikat (AS) meningkat tajam.

Jumlah uang beredar dalam arti luas (M2) pada April 2023 menembus Rp Rp 8.350,4 triliun atau tumbuh 5,5% (year on year/yoy). Pertumbuhan tersebut adalah yang terendah sejak September 2016 atau 5,5 tahun terakhir.

Namun, uang beredar secara nominal pada April 2023 naik Rp 57,1 triliun atau 0,69% dibandingkan bulan sebelumnya.

Pertumbuhan uang beredar dalam arti sempit (M1) hanya mencapai 3,4% (yoy) atau lebih rendah dibandingkan Maret (4,8%). Uang kuasi tumbuh sebesar 8,6% (yoy) pada April 2023 atau naik 8,0% dibandingkan pada Maret tahun ini.

Secara nominal, peredaran M1 tercatat Rp 4.673,3 triliun sementara uang kuasai sebesar Rp 3.643,7 triliun.

Melandainya pertumbuhan uang beredar pada April tahun ini terbilang di luar kebiasaan, mengingat pada bulan lalu terdapat Ramadan dan Lebaran. Lebaran merupakan puncak konsumsi masyarakat sehingga biasanya uang beredar naik pesat pada momen tersebut.

Peredaran uang beredar biasanya melonjak pada Lebaran. Uang beredar tumbuh 12,1% pada lebaran 2022 dan naik 8,3% pada 2021.

Uang beredar di masyarakat yakni uang kartal tercatat Rp 895,8 triliun atau terkontraksi 0,1% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Salah satu anomali lain pada peredaran uang April lalu adalah meningkatnya tabungan masyarakat dalam denominasi dolar AS.

Tabungan valuta asing (valas) pada April 2023 melonjak 4,8% (yoy).

Secara nominal, tabungan valas tercatat sebesar Rp 182,2 triliun, tertinggi sejak November 2022 atau lima bulan terakhir.

Sebaliknya, pertumbuhan uang tabungan dalam denominasi rupiah turun 11,4% (yoy), terendah dalam lima bulan terakhir.

Secara nominal tabungan denominasi dolar AS tercatat sebesar Rp 182,2 triliun pada April 2023, terendah dalam dua bulan terakhir.

Meningkatnya tabungan dolar AS ditopang oleh melemahnya mata uang Greenback sementara rupiah menguat.

Dalam catatan Refinitiv, mata uang rupiah menguat cukup tajam dari Rp 15.278/US$1 pada Maret tahun ini menjadi Rp 14.836/US$1 per April 2023.

Kondisi tabunga berbanding terbalik dengan deposito berjangka. Pertumbuhan simpanan berjangka dalam denominasi valas melemah menjadi 9,5% (yoy) pada April 2023 dari 17% (yoy) pada Maret.

Simpanan berjangka dalam denominasi rupiah meningkat 4,3% (yoy) pada April dibandingkan 3,7% (yoy) pada Maret 2023.

Sebagai catatan, tabungan merupakan jenis simpanan yang bisa diambil kapan saja tetapi deposito memiliki masa simpan pada periode tertentu.

Meningkatnya tabungan dolar menunjukkan minat masyarakat untuk menaruh dolar AS tetapi bisa ditarik sewaktu-waktu

Data Uang Beredar juga menunjukkan pertumbuhan kredit terus melemah. kredit hanya tumbuh 8% (yoy) pada April tahun ini, terendah sejak Maret 2022 atau setahun terakhir.

Pelemahan kredit terjadi di semua kelompok baik kredt investasi, kredit modal kerja, dan kredit konsumsi.

Kredit investasi hanya tumbuh 9,1% (yoy) pada April 2023, terendah dalam setahun terakhir. 
Kredit modal kerja tumbuh 7,1% (yoy) pada April 2023, terendah sejak Desember 2021.

Kredit konsumsi tumubh 9,5% (yoy) pada April, terendah dalam tiga bulan terakhir.


CNBC INDONESIA RESEARCH

research@cnbcidonesia.com

Baca Juga

Komentar