BNPB Sebut Perubahan Iklim Tingkatkan Potensi Bencana: Sangat Drastis dan Ekstrem - inews.id

 

BNPB Sebut Perubahan Iklim Tingkatkan Potensi Bencana: Sangat Drastis dan Ekstrem

inews.id
June 3, 2023
BNPB menyebut perubahan iklim meningkatkan potensi bencana di dunia.
BNPB menyebut perubahan iklim meningkatkan potensi bencana di dunia.

JAKARTA, iNews.id - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen TNI Suharyanto mengatakan perubahan iklim yang terjadi di dunia secara nyata telah meningkatkan potensi kejadian bencana. Menurutnya peningkatan bencana itu juga dirasakan di Indonesia.

Hal tersebut diungkapkan saat memberikan sambutan pada Rapat Koordinasi Nasional Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim Nahdlatul Ulama (LPBI NU) yang dihelat di Pondok Pesantren Alhamidiah, Depok, Jawa Barat.

Dia mengungkap 1.675 kejadian bencana terjadi sejak Januari 2023. Sebanyak 99,1 persen merupakan kejadian bencana akibat hidrometeorologi atau berkaitan dengan iklim dan cuaca.

“Kejadian benaca didominasi oleh bencana hidrometeorologi sebesar 99,1 persen dengan rincian 92,5 persen adalah bencana hidrometeorologi basah dan 6,6 persen merupakan bencana hidrometeorologi kering. Sisanya merupakan bencana geologi dan vulkanologi,” kata Suharyanto.

Menurutnya, tren kenaikan anomali suhu rata-rata global berbanding lurus dengan peningkatan frekuensi kejadian bencana jika melihat data bencana terkait iklim dengan dampak signifikan di tingkat global khususnya sejak tahun 1961.

“Hal yang sama dengan data bencana di Indonesia, tren kenaikan jumlah kejadian bencana alam dalam mengalami kenaikan hingga 82 persen jika dilihat dari tahun 2010 hingga 2022,” ucap Suharyanto.

Editor : Rizal Bomantama

Follow Berita iNews di Google News

Suharyanto membenarkan telah terjadi peningkatan anomali suhu rata-rata baik di tingkat global maupun nasional menyebabkan meningkatnya frekuensi kejadian bencana terutama bencana hidrometeorologi.

“Untuk bencana hidrometeorologi basah, akar permasalahan yang utama adalah urbanisasi yang memberikan tekanan pada lingkungan di hilir dan alih fungsi lahan baik secara sistematis maupun ilegal. Hal itu mengurangi kapasitas daya serap, baik karbon maupun air mulai dari hulu hingga hilir,” tuturnya.

Editor : Rizal Bomantama

Follow Berita iNews di Google News

Baca Juga

Komentar

 Pusatin Informasi 


 Postingan Lainnya