Kapal Selam Titan Hilang, Indonesia Punya Kisah Kapal Kargo MV Nur Allya yang Belum Ditemukan - Tempo
Kapal Selam Titan Hilang, Indonesia Punya Kisah Kapal Kargo MV Nur Allya yang Belum Ditemukan
TEMPO.CO, Jakarta - Kapal selam Titan dinyatakan hilang kontak setelah 1 jam 45 menit berada di bawah air. Submarine untuk melihat bangkai kapal Titanic itu diluncurkan pada Minggu pagi, 18 Juni 2023 dari St. John’s, Newfoundland.
Kapal itu membawa miliarder Inggris Hamish Harding dan taipan Pakistan Shahzada Dawood serta putranya Suleman. Di sana ada pula CEO perusahaan OceanGate, Stockton Rush, dan operator kapal selam asal Prancis, Paul-Henri Nargeolet, yang dijuluki “Mr Titanic” karena sering menyelam di lokasi.
Melansir dari Antara, Pada Agustus 2019, Indonesia juga pernah kehilangan kapal MV Nur Allya. Kapal kargo berbendera Indonesia yang membawa nikel itu hilang kontak di perairan Utara Pulau Buru, Maluku. Bahtera milik PT Gurita Lintas Samudra itu diawaki 25 orang, berlayar dari rute Pulau Weda, Maluku Utara menuju Pelabuhan Morosi, Sulawesi Tenggara.
Kilas Balik Hilangnya Kapal MV Nur Allya
MV Nur Allya adalah kapal kargo raksasa buatan perusahaan Jepang Sanoyas Hishino Meiso Corp pada 2002. Kapal ini berkapasitas 52.400 deadweight tonnes atau dwt. Artinya, kapal mampu mengangkut beban hingga 52.400 ton. Berat tersebut belum termasuk berat kapal yang mencapai 8.394 metrik ton.
Kapal MV Nur Allya Tenggelam hilang kontak pada 21 Agustus 2019 pukul 15.56 WIT. Kapal itu bijih nikel sebanyak 51.500 metrik ton. Kapal direncanakan tiba di Pelabuhan Morosi pada 23 Agustus 2019. Pada 21 Agustus 2019 pukul 03.25 WIT berdasarkan data AIS, kapal berlayar dengan kecepatan 9,5 knot dengan arah haluan 183 derajat dengan koordinat 01°06’0.30” LS / 128°36’0.68” BT.
Kemudian pukul 03.56 WIT dari data AIS diketahui kecepatan kapal berubah menjadi satu knot. Haluan kapal mengarah ke 188 derajat. Pada saat itu kapal berada di koordinat 01°10’1.33” LS / 128°35’1.25” BT. Itu merupakan data AIS terakhir Kapal MV Nur Allya yang terdeteksi, setelah itu perusahaan kehilangan kontak dengan kapal mereka.
Pemerintah telah mengerahkan sekitar 21 lembaga dan instansi terkait seperti Basarnas Ternate, Direktorat Komunikasi Basarnas Pusat, Direktorat Polairud Polda Maluku Utara, perusahaan pemilik kapal, dan Bakamla Pusat. Untuk mencari keberadaan kapal selama 13 hari. Area pencarian dipusatkan di perairan Maluku Utara, yang menjadi titik koordinat awal kapal tersebut terpantau.
Tim juga menyisir perairan laut Obi, Maluku Utara dan perairan Pulau Buru, Maluku. Termasuk juga menyisir jalur pelayaran kapal di perairan Poge Sanana, Taliabo, dan perairan Morosi. Pencarian juga dilakukan melalui udara, namun tidak membuahkan hasil.
Misteri keberadaan kapal kargo MV Nur Allya sedikit terkuak saat tim SAR menemukan sekoci rusak dari kapal tersebut di pesisir Desa Gambaru, Kecamatan Obi Selatan. Perusahaan pemilik MV Nur Allya telah mengkonfirmasi sekoci tersebut merupakan bagian dari kapal yang tenggelam. Pada 30 Agustus 2019, tumpahan minyak ditemukan di bagian selatan perairan Pulau Obi, Maluku Utara.
Tim Komisi Nasional Keselamatan Transportasi atau KNKT berhasil menemukan titik lokasi tenggelamnya kapal kargo pengangkut nikel MV Nur Allya di Laut Halmahera bagian utara Pulau Buru, Maluku pada penghujung September. Mereka dibantu tenaga profesional dan peralatan dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan (P3GL), Badan Litbang ESDM.
Tim KNKT bersama P3GL menggunakan alat Pinger Locater di lokasi yang diduga terdapat nilai anomali tertinggi data magnetometer. Di lokasi itu tim menangkap suara dari peralatan di kapal yang tenggelam. Sehingga dapat diperkirakan bahwa titik tersebut adalah lokasi tenggelamnya kapal MV Nur Allya. Konfirmasi penemuan tersebut akan disampaikan KNKT kepada pihak keluarga.
Pada 2021, KNKT mengungkap penyebab tenggelamnya Kapal MV Nur Allya berdasarkan hasil investigasi mereka. Ketua KNKT Soerjanto Tjahjono mengatakan, pihaknya menyimpulkan bahwa muatan Kapal MV Nur Allya mengalami likuefaksi. Kesimpulan tersebut berdasarkan analisis kerusakan lifeboat, data sistem informasi otomatis (AIS), dan adanya sinyal Emergency Position Indicating Radio Beacon (EPIRB).
Selain itu juga berdasarkan analisis dari data hasil survei bawah air, keadaan laut yang cukup bergelombang, dan khususnya data keadaan kadar air dari muatan pada bijih nikel yang melebihi batas kadar air yang diizinkan dalam pengangkutan, serta terjadinya hujan saat pemuatan.
“Dari hasil analisis stabilitas yang telah dilakukan, maka tenggelamnya Kapal Nur Allya di Perairan Halmahera, Maluku Utara, pada 21 Agustus diakibatkan likuefaksi muatan bijih nikel dengan nilai momen likuefaksi 474.630,996 ton,” Ketua KNKT Soerjanto Tjahjono di Jakarta, Sabtu, 6 Februari 2021.
Soerjanto menambahkan nilai lengan penegak negatif dalam momen likuefaksi yang besar, berakibat kapal secara spontan terbalik dalam periode yang sangat singkat. “Kapal kehilangan stabilitas akibat terjadinya free surface dari muatannya. Selanjutnya kapal terbalik dan tenggelam,” katanya.
Pilihan Editor: Kapal di Halmahera Hilang Misterius, Korban Sempat Kirim Email
Komentar
Posting Komentar