13 Orang Tewas Akibat Gelombang Panas Ekstrem di AS
AS mengumumkan sedikitnya 13 orang akibat gelombang panas ekstrem di sana dua pekan terakhir. Pejabat menyatakan korban tewas terbanyak berada di Webb County, Texas, dekat perbatasan Meksiko dengan 11 korban jiwa
"Sampai Rabu (28/6), total ada 11 kematian di sana," kata pejabat setempat dalam keterangan resmi seperti diberitakan AFP pada Sabtu (1/7).
Mereka mendetailkan 10 orang yang meninggal merupakan warga asli Kabupaten Webb. Korban jiwa ke-11 sesungguhnya berasal dari kawasan sekitar, tapi dibawa ke rumah sakit Webb dan meninggal dunia di sana.
Sedangkan satu dari dua korban jiwa lainnya adalah remaja 14 tahun yang meninggal pekan lalu saat sedang mendaki di Taman Nasional Big Bend, Texas, saat suhu mencapai 119 Fahrenheit (48 Celsius).
Tragisnya, ayah tiri remaja tersebut meninggal dalam kecelakaan mobil saat bergegas menyelamatkan bocah itu.
Korban jiwa lain akibat gelombang panas ekstrem di AS adalah lansia 62 tahun di Louisiana. Ia meninggal akibat aliran listrik rumahnya mati imbas badai minggu lalu, sehingga tak bisa menyalakan pendingin ruangan.
Beberapa hari terakhir, suhu di beberapa kota AS bagian selatan terasa seperti 45 derajat Celsius. Panas ekstrem itu bahkan membuat trotoar di Houston retak. Pihak berwenang sampai mendirikan pusat pendinginan di kota berpenduduk 2,3 juta jiwa itu.
Kondisi tersebut juga diperburuk dengan kebakaran hutan di Kanada.
Saat asap itu menyebar ke selatan, sebagian besar Amerika Serikat yang menjadi rumah bagi lebih dari 120 juta orang, dari Midwest hingga Pantai Timur, tetap berada di bawah peringatan kualitas udara.
Di New York dan Philadelphia, udara juga dianggap tidak sehat, menurut platform pemerintah AirNow.
Peringatan kualitas udara juga dikeluarkan di provinsi Kanada Ontario, serta untuk sebagian besar Great Lakes Amerika Utara dan sebagian Minnesota, Carolina Utara, dan Georgia.
Asap dari kebakaran hutan juga menyebar melintasi Samudra Atlantik dan melintasi negara-negara Eropa, termasuk Portugal dan Spanyol.
(AFP/chri)
Komentar
Posting Komentar