Beragam Alasan WNI Pilih Menetap di Singapura: Minim Macet hingga Birokrasi Mudah
:extract_focal()/https%3A%2F%2Fimg2.beritasatu.com%2Fcache%2Fberitasatu%2F960x620-3%2F1628572739.jpeg)
Jakarta, Beritasatu.com - Akhir-akhir ini tren warga negara Indonesia (WNI) pindah menjadi warga Singapura tengah ramai diperbincangkan. Bahkan, Dirjen Imigrasi, Silmy Karim menyebut sebanyak 1.000 WNI bertalenta pindah menjadi warga negara Singapura setiap tahunnya.
Sejumlah WNI yang menetap di Singapura membeberkan alasan mereka memilih tinggal di negeri jiran tersebut.
Salah seorang WNI yang tengah bekerja di Singapura, Sasha Febri mengungkapkan, alasan utamanya memilih menetap di Singapura karena mudahnya akses transportasi umum, dan minimnya kemacetan. Sasha diketahui baru tinggal di Singapura selama sebulan terakhir.
"Mungkin karena di Indonesia sebenarnya, di Jakarta gitu, mungkin sehari-hari kan macet," kata Sasha kepada Beritasatu.com
Kondisi Jakarta yang macet berbanding terbalik saat Sasha menjejakan kakinya di Singapura. Sasha mengaku terpesona dengan kenyamanan transportasi umum dan jalanan yang minim macet.
"Waktu pindah ke sini hal pertama yang aku notice adalah segalanya itu sangat convinient (nyaman) seperti public transportation-nya. Rute-rutenya sangat mudah untuk perjalanan sehari-hari," ungkapnya.
Dengan akses transportasi yang mudah dan minim macet, Sasha mengatakan tidak perlu banyak membuang waktu dan energi di perjalanan. Dengan demikian, Sasha dapat lebih mudah fokus untuk melakukan hal lain seperti sekolah, kursus dan lainnya.
Saksikan live streaming program-program BTV di sini
Selain itu, Sasha menyatakan, birokrasi di Singapura sangat mudah dan tidak rumit. Dicontohkan, administrasi mengajukan work permit atau izin kerja di Singapura sangat transparan.
"Misalnya baru datang atau awal mesti mengurus work permit segala macam, policy-nya itu selalu sangat clear. Sehingga saat aku harus datang ke office itu enggak ada yang yang namanya antrean panjang itu enggak ada. Segalanya itu selesai dalam beberapa menit saja dan selesai. Lalu saya saya bisa melanjutkan pekerjaan saya kembali," tuturnya.
Dengan pengalamannya itu, Sasha menyatakan, sistem birokrasi dan administrasi di Singapura lebih teratur dan menghemat waktu bagi warga.
"Iya teratur," imbuhnya.
Sementara itu, pekerja migran Indonesia sekaligus anggota Forum Komunikasi Masyarakat Indonesia di Singapura, Indi Soemardjan mengatakan alasan utamanya memilih menetap di Singapura karena mendapatkan undangan atau tawaran bekerja di Singapura. Indi merupakan pemegang status tinggal tetap atau permanent resident Singapura dengan paspor Indonesia.
"Dulu saya pindah ke Singapura tahun 2002 bekerja di sini kemudian dengan istri saya tahun 2004 kami jadi tinggal permanent resident. Warga tetap Singapura dengan paspor Indonesia dan itu sampai sekarang statusnya masih sama," kata Indi kepada Beritasatu.com.
Indi mengatakan pada 2002, Singapura membuka peluang bagi warga negara lain yang bertalenta, terutama dari ASEAN untuk bekerja dan berkarya di negara tersebut. Hal itu dimanfaatkan Indi untuk mencari kerja di Singapura.
Saat itu, terdapat landed permanent resident visa bagi masyarakat luar negeri yang mendapat pekerjaan di Singapura. Mereka diperbolehkan untuk tinggal di Singapura selama bekerja.
"Ada yang pre-qualify untuk pindah ke Singapura begitu dapat pekerjaan langsung jadi permenent resident," imbuhnya.
Kebetulan, saat itu ia memiliki pengalaman bersekolah dan bekerja di Amerika. Untuk itu, kata Indi, Singapura adalah pilihan terbaik baginya untuk bekerja.
"Saya pikir waktu itu mungkin ada baiknya berbasis di Singapura sehingga bisa mudah karena minat saya juga ngak cuman Indonesia ya. Kalau sudah melihat dunia luar itu kayaknya, oke Indonesia besar, tetapi kayaknya masih ingin berperan di wilayah yang lebih luas. Saya rasa Singapura memiliki posisi yang strategis dari segi mobilitas dan lain-lain. Jadi itu 20 tahun lalu seperti itu pemikirannya," paparnya.
Saksikan live streaming program-program BTV di sini
Dengan posisi Singapura yang strategis, Indi dapat membangun relasi yang lebih luas. Untuk itu, katanya, pilihan untuk menetap di Singapura adalah pilihan yang tepat.
"Meskipun begitu, kami di Singapura juga tetap bisa berkarya di Indonesia, menjalin hubungan usaha dengan orang-orang di Thailand, Vietnam, Filipina. Jadi saya rasa sifatnya adalah aksesibilitas izin akses," ungkapnya.
Indi menyatakan kemudahan mendapat permanent resident yang didapatkannya 20 tahun lalu kemungkinan sudah berbeda. Saat ini, katanya, tidak mudah untuk mendapat status permanent resident Singapura.
"Mungkin perkembangan ekonomi Singapura sudah sangat pesat dalam 20 tahun terakhir, dulu sifatnya lebih. 'ayo datang ke Singapura untuk berkarya. Nah, sekarang kebalik, lebih pilih-pilih sekarang. Agak susah untuk menjadi PR (permanent resident)," tegasnya.
Selain kemudahan bekerja dan menjadi warga dunia, Indi mengatakan, banyaknya beasiswa menjadi godaan tersendiri bagi para pelajar Indonesia untuk menetap dan menjadi warga negara Singapura. Beasiswa tersebut mempermudah para WNI untuk bersekolah hingga ke jenjang kuliah.
"Cukup banyak orang-orang Indonesia yang mendapat beasiswa di sini, dari tingkat SMP malah. Secondary school. Mungkin dari adanya ASEAN scholarship dan lain-lain itu pada usia 14 tahun mungkin ada yang sudah pindah ke sini dan tinggal di asrama," katanya.
Selain beasiswa, Indi mengatakan, terdapat skema pinjaman lunak bagi para mahasiswa. Melalui skema ini, para mahasiswa tidak perlu membayar pinjaman itu dengan uang.
"Tetapi cukup dibayar dengan hanya perlu bekerja di Singapura selama kalau enggak salah 2 tahun atau 3 tahun. Itu namanya loan," katanya menambahkan.
Dengan demikian, kata Indi, banyak skema yang digunakan agar dapat menarik WNI untuk sekolah, bekerja, menetap, hingga menjadi warga Singapura.
"Ini juga karena disebabkan pertumbuhan penduduk di Singapura tidak secepat Indonesia. Ada namanya baby bonus. Jadi warga Singapura apabila mempunyai anak akan mendapat bantuan keuangan. Kebalik ya dengan Indonesia untuk jangan banyak anak. Kalau di sini malah dipacu untuk segera punya anak. Kira-kira seperti itu," katanya.
Saksikan live streaming program-program BTV di sini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar