Mengintip Keindahan Sungai Pusur, Wisata Berkelanjutan di Klaten
KLATEN, iNews.id - Sustainable tourism atau pariwisata berkelanjutan merupakan salah satu tren yang tengah digalakkan oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf). Konsep berwisata ini, dapat memberikan dampak jangka panjang, baik untuk lingkungan, sosial, budaya, serta ekonomi bagi masyarakat setempat maupun wisatawan.
Indonesia sendiri memiliki beberapa destinasi sustainable tourism yang dapat Anda kunjungi. Salah satunya di Daerah Aliran Sungai (DAS) Pusur, Klaten.
DAS Pusur merupakan anak sungai Bengawan Solo yang berada di tiga wilayah administrasi Kabupaten Boyolali, Kabupaten Klaten, dan Kabupaten Sukoharjo. Dulunya, Sungai Pusur adalah tempat pembuangan sampah yang kini dikelola dan disulap menjadi tempat wisata.
DAS Pusur ini dikelola oleh PT Tirta Investama Aqua Pabrik Klaten. Direktur Sustainable Development Danone Indonesia Karyanto Wibowo mengatakan, ini sebagai upaya keberlanjutan yang penting untuk memberikan dampak nyata bagi kelestarian lingkungan dan masyarakat.
"Melalui pengelolaan yang terintegrasi, kami tidak hanya membantu menjaga keberlanjutan air untuk memenuhi kebutuhan warga di Sub DAS Pusur tetapi juga mendukung pertumbuhan perekonomian lokal melalui berbagai kegiatan pemberdayaan masyarakat, sekaligus membantu dalam mitigasi potensi bencana alam," kata Karyanto saat ditemui iNews id, di Klaten, pekan lalu.
Editor : Siska Permata Sari
Follow Berita iNews di Google News
Pengelolaan ini juga berkaitan dengan krisis air bersih yang terjadi di Indonesia. Hasil studi yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan pada 2020 mencatat, bahwa 7 dari 10 rumah tangga Indonesia mengonsumsi air minum yang terkontaminasi bakteri Escherichia coli (E-coli).
Melalui Program Kali Bersih (Prokasih) bersama Bank Sampah, muncul lah River Tubing di hilir Sungai Pusur. Wisata ini sekaligus dijadikan alat kendali untuk menjaga kebersihan sungai dari sampah sekaligus mendorong perekonomian masyarakat sekitar, khususnya di sepanjang DAS Pusur.
Hal itu dikatakan juga oleh Muslim Afandi, Sekretaris Jenderal Pusur Institute. Dia mengatakan, pada awalnya, kelompok-kelompok masyarakat juga melakukan upaya pelestarian Sungai Pusur secara parsial, namun belum terintegrasi. Seiring dengan semakin nyatanya permasalahan air di kalangan masyarakat, akhirnya dibentuklah upaya kolektif multipihak yang terintegrasi dari mulai hulu hingga hilir untuk menjaga kelestarian Sungai Pusur.
"Dengan upaya kolektif yang terintegrasi ada rasa kebersamaan untuk menjaga satu sama lain sehingga seluruh upaya dapat memberikan dampak nyata bagi lingkungan di sepanjang DAS Pusur sekaligus memberikan nilai tambah ekonomi bagi masyarakat," kata Muslim.
Sebagai informasi, DAS Pusur merupakan anak sungai Bengawan Solo yang berada di tiga wilayah administrasi Kabupaten Boyolali, Kabupaten Klaten, dan Kabupaten Sukoharjo. Jarak dari hulu sampai hilir sungai Pusur sepanjang 36,8 km. Terdapat 49 desa yang berbatasan langsung dengan DAS Pusur, sehingga upaya keberlanjutan di sepanjang DAS Pusur melibatkan langsung masyarakat desa.
Karyanto menambahkan, pihaknya juga melakukan serangkaian upaya kolaboratif yang terintegrasi mulai dari hulu, tengah hingga hilir sungai Pusur, Jawa Tengah. Beberapa program yang merupakan bagian dari Pusur Institute antara lain menanam 141.041 pohon jenis mahoni, suren, sengon, cengkih, durian, kakao.
"Kami juga memfasilitasi pembentukan Forum Relawan Irigasi (FRI) atau dikenal dengan nama Jogo Toya Kamulyan. Salah satu aktivitasnya melakukan aktivitas pembersihan sedimen dan sampah di saluran irigasi primer, sekunder, dan tersier untuk memastikan air dapat terdistribusi dengan baik hingga ke wilayah hilir yang memiliki panjang hingga 3,6 km," katanya.
Editor : Siska Permata Sari
Follow Berita iNews di Google News
Komentar
Posting Komentar