Curhat Diaspora yang Pulang: WNI Serasa WNA By BeritaSatu - Opsiin

Post Top Ad

Responsive Ads Here

Curhat Diaspora yang Pulang: WNI Serasa WNA By BeritaSatu

Share This

 

Curhat Diaspora yang Pulang: WNI Serasa WNA

By BeritaSatu.com
beritasatu.com
August 16, 2023
Presiden Joko Widodo bertemu dengan masyarakat dan diaspora Indonesia di Wisma Tilden Washington DC, Minggu, 25 Oktober 2015.
Presiden Joko Widodo bertemu dengan masyarakat dan diaspora Indonesia di Wisma Tilden Washington DC, Minggu, 25 Oktober 2015.

Jakarta, Beritasatu.com - Peringatan hari ulang tahun (HUT) ke-78 kemerdekaan Indonesia tak terasa spesial bagi Hesty (bukan nama sebenarnya). Diaspora yang sudah 3 tahun pulang ke Indonesia masih harus terus berjuang agar bisa mendapatkan pekerjaan di negeri tercinta.

Berdasarkan pengalamannya mencari pekerjaan, Hesty merasa seperti orang asing di tanah kelahirannya. Bahkan, para ekspatriat yang bekerja di Indonesia bernasib lebih baik daripada anak negeri dengan keahlian yang bisa diadu.

“Saya serasa menjadi WNA, meski asli WNI,” tuturnya saat berbincang dengan Beritasatu.com

Setelah menyelesaikan pendidikan sarjana strata satu di Solo, Jawa Tengah, Hesty melanjutkan pendidikan di Amerika Serikat. Hasrat yang kuat untuk menimba ilmu di negeri orang membuatnya harus bekerja sambil kuliah untuk membiayai pendidikan dan kehidupannya. Kerja kerasnya tak sia-sia karena setelah meraih gelar sarjana strata dua, Hesty diterima bekerja di perusahaan multinasional yang bergerak di bidang minyak, gas, dan energi terbarukan, bernama Technip.

Hidup nyaman di negeri orang, bahkan mengantongi permanent resident, tetap mengusik Hesty. Dengan pengalaman hidup dan bekerja selama 15 tahun di Amerika, termasuk menjadi konsultan, Hesty akhirnya memutuskan untuk pulang ke Indonesia.

Keputusannya itu tak lepas dari sejumlah imbauan pemerintahan pimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi) agar diaspora pulang ke Indonesia untuk membangun dan memajukan negeri tercinta. Tak hanya itu, dia pun mendapat tawaran dari salah seorang pejabat untuk menjadi staf ahli di sebuah BUMN dalam bidang transformasi energi, khususnya energi terbarukan.

Sayangnya, tawaran tersebut hanya janji manis belaka dan tidak pernah terwujud sampai saat ini. Setelah gagal bekerja di BUMN yang dijanjikan, Hesty pun berupaya melamar ke sana-sini. Sejumlah tes dan wawancara dilakoni, tetapi tak juga membuahkan hasil. Hesty tetap menjadi pengangguran hingga kini, meski memiliki keahlian di bidang transformasi energi dan memiliki pengalaman 15 tahun bekerja di Amerika Serikat.

“Investasi pendidikan di Amerika, ilmu, dan pengalaman lebih dari 15 tahun di luar negeri, ternyata belum cukup untuk membuka pintu kesempatan berkarya di negeri sendiri,” tutup Hesty.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Bottom Ad

Responsive Ads Here

Pages