Dinkes DKI Klaim Kasus ISPA di Jakarta Terkait Peralihan Cuaca
Dinkes DKI klaim kasus ISPA di Jakarta bukan disebabkan polusi udara. (CNN Indonesia/Safir Makki)
Jakarta, CNN Indonesia --
Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta mengklaim kasus Infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) di Ibu Kota bukan disebabkan oleh polusi udara.
Kepala Seksi Surveilans, Epidemiologi dan Imunisasi Dinas Kesehatan DKI Jakarta Ngabila Salama mengatakan peralihan cuaca menjadi penyebab utama kasus tersebut.
"Iya benar (bukan karena polusi udara). Lebih pengaruh ke iklim," kata Ngabila saat kepada CNNIndonesia.com, Jumat (11/8).
Ngabila menerangkan dampak polusi udara mayoritas lebih kepada penyakit kronis atau penyakit tidak menular seperti radang paru, PPOK, dan asma. Kemudian, penyakit sirkulasi darah seperti hipertensi dan jantung.
Dia mengatakan ISPA sering terjadi di musim hujan. "Jelas pengaruh paling kuat adalah kondisi pancaroba atau peralihan cuaca," kata Ngabila.
Ia mengungkapkan sebanyak 100 ribu warga DKI Jakarta terjangkit ISPA setiap bulan. Kendati demikian, ia menyebut tak ada kenaikan kasus ISPA di Ibu Kota sejak April hingga Juli 2023.
"Hanya 0,9 persen warga DKI Jakarta terkena batuk pilek ISPA atau pneumonia setiap bulannya (rata-rata 100 ribu kasus dari 11 juta penduduk)," ungkapnya.
Ngabila menyampaikan penyakit ISPA paling banyak menjangkit pada Maret dengan 119.734 kasus. Sementara Januari ada 102.609 kasus, Februari ada 104.638 kasus, dan April ada 109.705 kasus. Kemudian, Mei ada 99.130 kasus serta Juni ada 102.475 kasus.
Oleh karena itu, Ngabila menyarankan agar masyarakat DKI Jakarta tetap mengenakan masker saat beraktivitas di luar ruangan guna mengantisipasi penyakit ISPA.
(lna/isn)
Komentar
Posting Komentar