Indonesia Kembali Menjadi Negara Berpenghasilan Menengah ke Atas Per Juli 2023
:extract_focal()/https%3A%2F%2Fimg2.beritasatu.com%2Fcache%2Fberitasatu%2F960x620-3%2F2023%2F08%2F1691404534-886x576.webp)
Jakarta, Beritasatu.com - Di tengah berbagai tantangan ekonomi global yang kompleks, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih solid dengan tingkat inflasi relatif terkendali. Kebijakan makro pun difokuskan untuk menjaga stabilitas dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan agar dapat menghadapi guncangan di masa mendatang.
Pada Q2-2023, Indonesia tumbuh 5,17 persen atau 5,11 persen sepanjang semester I-2023. World Bank juga mengklasifikasikan Indonesia kembali menjadi negara berpenghasilan menengah ke atas per Juli 2023.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, lapangan usaha dengan pertumbuhan tertinggi yakni sektor transportasi dan pergudangan sebesar 15,28 persen (yoy).
“Sektor industri pengolahan tumbuh 4,88 persen pada Q2-2023 meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya. Sementara dari sisi pengeluaran, pertumbuhan didorong oleh konsumsi RT, konsumsi pemerintah dan PMTB,” jelas Airlangga saat Konferensi Pers Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Kuartal II Tahun 2023, yang digelar di Gedung Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Jakarta, Senin (7/8/2023).
Kinerja industri kendaraan roda 4 atau lebih juga impresif. Produksi dan ekspornya mampu tumbuh tinggi di tengah perlambatan ekonomi global.
“Secara kumulatif, penjualan kendaraan bermotor roda 4 hingga bulan Juni 2023 mengalami peningkatan sebesar 6,42 persen jika dibandingkan periode yang sama tahun 2022”, lanjut Airlangga.
Pada Januari hingga Juni 2023, nilai ekspor kendaraan mobil mencapai US$ 3,0 miliar atau tumbuh 24,1 persen yoy.
"Ini menunjukkan kinerja sektor industri kendaraan bermotor mampu tumbuh gemilang. Terbukti ekspornya tumbuh tinggi meski perekonomian global masih melambat," tambah Airlangga.
Secara spasial, pertumbuhan ekonomi juga menguat, di mana yang tertinggi dicapai oleh wilayah Sulawesi sebesar 6,64 persen (yoy). Kontribusi Pulau Jawa juga mengalami peningkatan dari 57,17 persen pada Q1-2023 ke 57,27 persen pada Q2-2023. Namun, secara pertumbuhan mengalami perlambatan dari 5,66 persen (yoy) pada Q2-2022 menjadi 5,18 persen (yoy) pada Q2-2023. Sementara pertumbuhan impresif pada wilayah timur didorong oleh menggeliatnya sektor industri pengolahan serta sektor pertambangan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar