Polusi Masih Tinggi, Dokter Kritik Pemerintah Lamban - Garudanews24 - Opsiin

Informasi Pilihanku

demo-image
demo-image

Polusi Masih Tinggi, Dokter Kritik Pemerintah Lamban - Garudanews24

Share This
Responsive Ads Here

 

Polusi Masih Tinggi, Dokter Kritik Pemerintah Lamban

By Beranda
garudanews24.id
August 22, 2023

JAKARTA – Polusi udara di DKI Jakarta dan wilayah sekitarnya masih dalam kondisi yang tidak baik-baik saja. Solusi jangka pendek dari pemerintah untuk mengendalikan polusi dinilai terlalu lamban. Pemerintah pun diminta segera mengambil keputusan dalam waktu singkat untuk membereskan persoalan polusi yang membahayakan.

Dokter senior yang juga guru besar Universitas Indonesia (UI) Zubairi Djoerban mengatakan, polusi di Jakarta dan wilayah sekitarnya sudah mencapai tahap yang membahayakan. Namun, ia menyayangkan sikap pemerintah yang tidak cepat tanggap. “Tidak lagi sekadar membahayakan. Namun tanggapan pemerintah masih terkesan ‘selow’ sehingga tidak menumbuhkan kesadaran akan kondisi kedaruratan di masyarakat,” kata Zubairi kepada Republika, Ahad (20/8/2023).

Mungkin, lanjut Zubairi, saat ini korban jiwa memang belum banyak jatuh di Indonesia. Selain itu juga minimnya data yang akurat membuat polusi seperti hal yang biasa. Namun, dalam kenyataannya di ruang-ruang praktik dokter jumlah pasien yang datang dengan keluhan ISPA, penyakit paru obstruktif, kanker paru, dan pneumonia dan lain-lain yang diduga kuat akibat pencemaran udara meningkat.

Bahkan, seorang pakar kesehatan WHO Maria Neira menyebutkan paparan terus-menerus terhadap polutan menyebabkan gangguan serius pada sistem imun yang menyebabkan masalah pada pada sistem pernapasan. Akibat itu, salah satu yang dikhawatirkan adalah Covid-19 yang terus memproduksi varian baru.

“Bukan hanya terkait pernapasan, dokumen-dokumen yang dilansir serta jurnal-jurnal kedokteran terkemuka seperti The Lancet, menyebutkan bahwa polutan yang terhirup oleh manusia juga menyebabkan masalah pada sistem kardiovaskular sehingga menyebabkan serangan jantung hingga penyakit-penyakit neurologis,” ujar dia.

Selanjutnya, polusi udara juga dapat menyebabkan masalah pada sistem reproduksi dan pencernaan manusia. Menurut Zubairi, patut dicurigai bahwa meningkatnya jumlah pasien dengan GERD di ruang-ruang praktik dokter akhir-akhir ini juga disebabkan oleh kualitas udara yang buruk. “Polusi udara memang seberbahaya itu, terutama untuk kelompok-kelompok rentan termasuk balita dan lansia, serta mereka yang memiliki kerentanan tertentu,” ujar Zubairi.

Kondisi pencemaran udara bisa dipastikan akan semakin buruk setiap tahunnya. Pertambahan jumlah penduduk, kendaraan bermotor, tumbuhnya aneka industri yang bertumpu pada bahan bakar fosil, jelas menjadi pemicu. “Di Indonesia risikonya bertambah dengan kebiasaan membakar lahan sebelum ditanami, yang meluas menjadi kebakaran hutan dan asapnya turut mencemari negara tetangga,” ucap Zubairi.

Dia mengatakan, perlu beberapa langkah berani yang harus diambil pemerintah. Pertama, ada baiknya kebijakan bekerja secara hibrida, yakni maksimal bekerja empat hari dalam sepekan berlaku umum, tidak hanya ASN; terkecuali beberapa pekerjaan khusus, misalnya rumah makan. “Sudah dibuktikan bahwa bekerja empat hari sepekan lebih produktif dari lima hari. Belgia dan Jepang juga sudah menerapkan bekerja empat hari sepekan,” terangnya.

Langkah selanjutnya adalah secara bertahap mulai membatasi penggunaan bahan bakar fosil dan konsisten memperbaiki transportasi publik agar masyarakat mau membatasi penggunaan motor dan mobil pribadi. Pengawasan terhadap pekerjaan konstruksi dan pembuangan limbah pabrik-pabrik juga harus dilakukan dengan ketat dan berkesinambungan.

“Langkah-langkah ini beradu cepat dengan pertumbuhan penduduk dan mungkin tidak populer di kalangan pengusaha. Polusi Jakarta adalah kondisi emergency yang memerlukan manajemen emergency dan aturan-aturan baru harus segera diberlakukan secepatnya, hari ini. Tidak ada pekerjaan dan pembangunan yang seharga nyawa. Ini prinsipnya,” ujar dia.

Aplikasi pemantau kualitas udara, Nafas Indonesia mendeteksi pada 17 Agustus lalu polusi udara turun di Jakarta dan sekitarnya, sehingga kualitas udaranya terdeteksi sangat baik. Namun, menurut penelitian Nafas Indonesia, hal ini bukan karena masyarakat libur maupun bekerja dari rumah (WFH), melainkan faktor angin.

“Polusi udara turun pas 17-an kok bisa? Mari kita lihat pakai data. Saat 17-an di sore hari sekitar pukul 16.00, Jakarta dan Bodetabek pada pemantau udara kami menunjukkan udara kuning bahkan ada yang hijau,” kata Co-founder Nafas Indonesia, Piotr Jakubowski di akun resmi X atau Twitter @piotrj.

Saran kita adalah untuk menjalankan investigasi lebih lanjut di situ.

PIOTR JAKUBOWSKI, Co-founder Nafas Indonesia.

Piotr mendeteksi bahwa beberapa jam sebelumnya pada tanggal 17 Agustus atau pada siang hari, polusi udara tinggi. Kualitas udara di aplikasi Nafas Indonesia masih merah terlebih di daerah Serpong. “Beberapa jam sebelumnya, polusi udaranya di kanan dan kiri Jakarta atau Bodetabek merah semua masuknya sampai 127 P.M 2,5 di Serpong,” katanya.

Piotr mengatakan, penyebab utama penurunan polusi pada Hari Kemerdekaan adalah karena arah angin. Dia menunjukkan grafik data polusi udara dari 16-19 Agustus 2023 yang menunjukkan penurunan drastis pada 17 Agustus mulai pukul 14.00 hingga 16.00 WIB.

Sementara itu, di waktu yang sama, angin dan kecepatan angin naik hampir 300 persen. Itu pun jalannya hanya beberapa jam, karena sesudah anginnya turun, polusinya sudah mulai naik. “Jadi sayangnya bukan liburan atau WFH yang pengaruh pada polusi udara, tapi angin,” tutup Piotr.

Untuk wilayah Serpong yang terdeteksi kerap mengalami kualitas udara buruk, Piotr menduga beberapa penyebab. Yaitu, industri, pembakaran sampah, konstruksi, hingga lintas batas dari luar daerah. “Saran kita adalah untuk menjalankan investigasi lebih lanjut di situ,” katanya.

Tags-light.87e6c4da
Comment Using!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Opsi lain

Arenanews

Berbagi Informasi

Media Informasi

Opsiinfo9

Post Bottom Ad

Pages