Selamatkan Ladangnya, Petani di Cianjur Bolak-balik Sungai Jalan Kaki untuk Angkut Air - Kompas

 

Selamatkan Ladangnya, Petani di Cianjur Bolak-balik Sungai Jalan Kaki untuk Angkut Air

Kompas.com - 28/08/2023, 21:32 WIB
Seorang petani di Cianjur, Jawa Barat ini tengah menyiram tanamannya yang terancam kekeringan. Ia harus bolak balik ke sungai sejauh 1 kilometer supaya bisa mengairi ladangnya.
Lihat Foto
Seorang petani di Cianjur, Jawa Barat ini tengah menyiram tanamannya yang terancam kekeringan. Ia harus bolak balik ke sungai sejauh 1 kilometer supaya bisa mengairi ladangnya.(KOMPAS.COM/FIRMAN TAUFIQURRAHMAN)

CIANJUR, KOMPAS com - Setiap hari, Munajat (42), bolak balik ke sungai sejauh 1 kilometer demi mengairi tanaman kacang panjang miliknya.

Pasalnya, sudah sebulan lebih ladangnya tak lagi mendapatkan pasokan air akibat kemarau panjang.

Tak ayal, warga Kampung Cijengkol, Desa Sukamanah, Kecamatan Cibeber, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat ini setiap hari harus mengangkut air dari sungai Cikondang.

"Sehari bisa lima kali bolak-balik, pagi dan sore hari untuk menyiram tanaman," kata Ajat saat ditemui, Senin (28/8/2023).

Ajat menuturkan, kekeringan di wilayahnya sudah berlangsung hampir dua bulan dan sangat berdampak terhadap lahan pertanian.

"Kalau kondisi normal, irigasi (sodetan) ini ada airnya sehingga tidak harus jauh-jauh ke sana (sungai)," ujar dia.

Kerja ekstra ini dilakukan supaya kebun seluas 1.000 meter persegi miliknya tetap memeroleh pasokan air agar bisa memanen dengan hasil maksimal.

"Beberapa kebun lain ada yang sudah terdampak. Semoga tidak sampai gagal panen ini. Soalnya selain kurang air, hama juga cukup mengganggu tanaman," kata Ajat.

Dibanding Ajat, kondisi tidak menguntungkan dialami Aep Saefudin (70), petani setempat lainnya.

Betapa tidak, sudah sepekan ia tak lagi ke ladang karena tanamannya mati akibat tak terairi.

"Ke kebun juga mau apa, sudah pada rusak kacang-kacangannya, tidak dapat air dan diserang hama," kata Aep kepada Kompas.com.

Praktis, pada musim tanam kali ini, Aep merugi karena mengalami gagal panen.

"Kebunnya kan tadah hujan, jadi kalau kemarau seperti ini, ya sudah. Untuk sumber air lainnya juga jauh dari kebun," ujar dia.

Aep berharap ada perhatian dari pemerintah berupa kebijakan solusi dalam menghadapi bencana tahunan ini.

"Kalau ada sumur bor tentunya lahan bisa tetap terjaga meski dalam kondisi seperti sekarang (kemarau)," ujar Aep.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca Juga

Komentar

 Pusatin Informasi 


 Postingan Lainnya