Banyak Ditemukan di Kawasan Asia Tenggara, Peneliti Ungkap Khasiat Kunyit untuk Obat Pencernaan | Garuda News 24

 

Banyak Ditemukan di Kawasan Asia Tenggara, Peneliti Ungkap Khasiat Kunyit untuk Obat Pencernaan | Garuda News 24

Banyak Ditemukan di Kawasan Asia Tenggara, Peneliti Ungkap Khasiat Kunyit untuk Obat Pencernaan
152
SAHAM

JawaPos.com – Sebuah penelitian menemukan bahwa salah satu rempah yaitu kunyit mungkin sama baiknya untuk mengobati gangguan pencernaan seperti halnya obat.

Dikutip dari The Guardian, temuan yang dipublikasikan di jurnal BMJ Evidence-Based Medicine, senyawa alami yang ditemukan dalam bumbu masakan ini mungkin sama efektifnya dengan obat yang digunakan untuk mengurangi kelebihan asam lambung yaitu omeprazole.

Kunyit mengandung senyawa aktif alami yang disebut kurkumin, diduga memiliki sifat anti-inflamasi dan antimikroba yang telah lama digunakan sebagai obat, termasuk untuk gangguan pencernaan di Asia Tenggara.

Baca Juga: Khasiat Kunyit Putih Sebagai Pelindung Liver dan Kesehatan Organ Reproduksi Wanita

Namun, hingga saat ini belum jelas seberapa baik obat ini dibandingkan dengan obat konvensional untuk gangguan pencernaan, terutama karena belum ada studi perbandingan.

Dalam uji klinis double-blind dan terkontrol plasebo, para peneliti mempelajari 206 pasien berusia 18 hingga 70 tahun yang mengalami sakit perut berulang.

Mereka direkrut dari rumah sakit di Thailand antara tahun 2019 dan 2021, dan secara acak dimasukkan ke dalam salah satu dari tiga kelompok pengobatan selama 28 hari.

Baca Juga: Buktikan Manfaat Kunyit Sebagai Antioksidan dan Kekebalan Tubuh

Bahan-bahan tersebut adalah kunyit (dua kapsul besar kurkumin 250 mg 4 kali sehari) dan satu kapsul tiruan kecil, omeprazole (satu kapsul kecil 20 mg setiap hari dan dua kapsul tiruan besar 4 kali sehari) dan kunyit ditambah omeprazole.

Omeprazole adalah penghambat pompa proton (PPI) yang digunakan untuk mengobati dispepsia (gangguan pencernaan).

Namun, penggunaan PPI dalam jangka panjang kemungkinan akan meningkatkan risiko patah tulang, defisiensi mikronutrien dan peningkatan risiko infeksi.

Baca Juga

Komentar

 Pusatin Informasi 


 Postingan Lainnya