Bayi dan Lansia Paling Berisiko Terkena Penyakit Karena Terpapar Polusi Udara | Garuda News 24

 

Bayi dan Lansia Paling Berisiko Terkena Penyakit Karena Terpapar Polusi Udara | Garuda News 24

Bayi dan Lansia Paling Berisiko Terkena Penyakit Karena Terpapar Polusi Udara
152
SAHAM

– Memburuknya kondisi udara menjadi perhatian semua pihak. Pasalnya, bisa berdampak buruk pada lingkungan maupun orang-orang yang tinggal di lingkungan tercemar.

Peneliti utama Organisasi Riset Kesehatan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Dede Anwar Musadad mengatakan, polusi udara menjadi ancaman tersendiri bagi bayi. Karena bayi dan lansia menjadi yang paling berisiko tinggi terpapar penyakit pernapasan. Seperti insfeksi saluran pernapasan akut (ISPA).

“Yang paling banyak (terdampak) pada kelompok baru lahir, karena pertahanannya rendah,” kata Dede dalam diskusi bertajuk ‘Menanamkan Nilai-Nilai Sadar Risiko untuk Mengatasi Masalah Publik Demi Menuju Visi Indonesia Emas 2045’ yang digelar MASINDO di Senayan, Jakarta Pusat, Selasa (12/9).

Sedangkan dari kategori gender, pria lebih berisiko terpapar penyakit akibat polusi. Sebab, pria lebih banyak beraktivitas di luar rumah.

Baca Juga: Update Penanganan Polusi Udara, DKI Jakarta Pamerkan Beberapa Langkah Ini

“Laki-laki beban risiko penyakitnya lebih tinggi dibanding perempuan, karena lelaki lebih banyak hidup di luar. Ibu-ibu relatif lebih rendah,” imbuhnya.

Melihat fenomena itu, BRIN terus membangun kolaborasi bersama Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Kementerian Kesehatan (Kemenkes), serta Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG). Kerja sama itu untuk terus memantau perbaikan kualitas udara di Indonesia.

“BRIN membentuk tim untuk memberikan solusi dalam pengendalian pencemaran udara. Kami juga melakukan eksperimen yang hasilkan inovasi mengenai peralatan yang bisa digunakan Kemenkes untuk menjadi solusi pencemaran udara,” kata Dede.

Dede menjelaskan, untuk merealisasikan Visi Indonesia Emas Tahun 2045 diperlukan implementasi manajemen risiko dalam kehidupan sehari-hari. Melalui penerapan manajemen ini, maka turut membantu masyarakat dalam mengambil keputusan yang tepat dengan mempertimbangkan berbagai risiko. Dengan demikian akan semakin meminimalkan efek negatif sekaligus memperbesar peluang keberhasilan.

Baca Juga: Wali Kota Jaksel Akan Cek Gedung Tinggi Untuk Pasang Water Mist Atasi Polusi Udara

“Berbicara mengenai Visi Indonesia Emas 2025, kita harus optimistis. Dalam ilmu kesehatan, kehidupan adalah bagaimana mengelola risiko. Jadi kita harus bersiap menghadapi risiko ke depan. Kami juga memberikan apresiasi kepada MASINDO yang telah berjuang dalam membangun awareness masyarakat untuk mulai sadar risiko,” jelasnya.

Sementara itu, Ketua MASINDO Dimas Syailendra Ranadireksa mengatakan, upaya sadar risiko perlu diimplementasikan oleh semua pihak dalam kehidupan sehart-hari. Untuk itu, diperlukan peran masyarakat secara aktif dengan meningkatkan kesadaran untuk tidak mengesampingkan risiko dan aktif mencari informasi guna mencegah terjadinya masalah publik.

“Secara berkelanjutan MASINDO memasyarakatkan nilai sadar risiko melalui edukasi, diskusi publik, advokasi media, kampanye sosial, kayian, dan informasi berbasis bukti ilmiah,” ujar Dimas.

Sebagai upaya sadar risiko, mengurangi emisi langsung dari sumber polusi dengan beralih ke energi terbarukan, seperti panel surya dan biomassa, adalah langkah efektif untuk mengurangi polusi udara. Begitu pula dengan transisi ke transportasi umum.

Baca Juga

Komentar