Harga Batu Bara Meroket karena India Butuh Banyak Energi
Jakarta, Beritasatu.com – Harga batu bara meroket pada perdagangan Selasa (19/9/2023) karena India akan membakar 40% lebih banyak batu bara untuk pembangkit listrik tenaga panas dalam rangka ketahanan energi serta kenaikan harga gas.
Harga batu bara Newcastle untuk kontrak berjangka September 2023 stagnan di US$ 160,75 per ton, kontrak Oktober terkerek US$ 0,50 menjadi US$ 168,25 per ton, kontrak November 2023 meningkat menjadi US$ 171 per ton.
Sementara harga batu bara Rotterdam untuk kontrak berjangka September 2023 stagnan di US$ 122,50, kontrak Oktober 2023 naik US$ 0,95 menjadi US$ 125,05, dan kontrak November 2023 meningkat U$S 1 menjadi US$ 125,30.
Menteri Tenaga Listrik India RK Singh mengumumkan, negaranya akan menambah pembangkit listrik termal berkapasitas 25-30 gigawatt (GW),di sampimg 49 GW unit pembangkit listrik tenaga batu bara yang sedang dibangun. Negara tersebut akan membakar 292 juta ton (MT) atau 40% lebih banyak batu bara setiap tahunnya pada tahun ini.
Sekitar 3,5 MT-4 MT batu bara digunakan untuk menghasilkan listrik sebesar 1.000 megawatt (MW) dengan faktor beban pembangkit sebesar 65%-75%, yang merupakan rata-rata di India. Dengan asumsi konsumsi batu bara 3,7 MT untuk setiap GW, maka total penggunaan batu bara akan meningkat sebesar 38% dari tingkat saat ini.
Diketahui, India saat ini sebagai salah satu negara pengguna batu bara terbanyak di dunia.
Harga batu bara juga terdongkrak akibat pasokan gas yang terancam mengalami gangguan akibat pemogokan pada fasilitas LNG Australia Barat. Hal ini memicu kenaikan harga gas.
Adapun harga gas naik 8,3% menjadi 37,35 euro per MWh
Komentar
Posting Komentar