Kepala BP Batam Temui Pengunjuk Rasa Pulau Rempang: Kami Tidak Punya Kewenangan - kumparan.com
Kepala BP Batam, Muhammad Rudi menemui pengunjuk rasa yang menolak relokasi warga dari Pulau Rempang, terkait dengan pengembangan Rempang Eco City, Senin (11/9).
“Bapak dan ibu, sekali lagi kami mengajak bapak ibu untuk dapat bersama kami. Bapak ibu dapat menyampaikan aspirasi ke pemerintah pusat, kami akan bersama bapak ibu untuk mencari solusi terbaik untuk saudara kita," kata Muhammad Rudi saat menemui pengunjuk rasa seperti dikutip dari Antara, Selasa (12/9).
“Namun, bila Bapak Ibu tidak bersedia bersama-sama dengan kami, menyampaikan ini kepada pemerintah, maka kami tidak memiliki kewenangan lebih. Kami hanyalah perpanjangan tangan pemerintah pusat di daerah. Sehingga yang dapat kami lakukan, adalah bersama dengan Bapak Ibu ke Jakarta," lanjut Rudi.
Sayangnya, pengunjuk rasa merespons pernyataan Rudi dengan berteriak dan melempar botol minuman, demikian keterangan tertulis Humas BP Batam.
Aksi ricuh pun tidak terhindari. Pengunjuk rasa melemparkan flare ke arah petugas, diikuti dengan pelemparan botol, batu, kayu, tang besi, ketapel dan berujung memasuki kantor BP Batam.
Massa yang berhasil mendobrak pagar dan masuk, terus membombardir dengan batu. Penyerangan tersebar hingga ke wilayah sekitar seperti kantin kantor yang juga diserang.
Pihak BP Batam masih melakukan pendataan dan inventarisasi jumlah korban dari pegawai BP Batam dan Kepolisian hingga kerusakan yang terjadi.
Diberi Waktu 2 Bulan untuk Direlokasi
Sebelumnya pemerintah berencana merelokasi warga Rempang, Batam, yang berada di lokasi pembangunan pabrik kaca terintegrasi hasil kerja sama Pemerintah Indonesia dengan Xinyi Group pada Juli lalu di Chengdu, Tiongkok.
Menteri Investasi Bahlil Lahadalia sempat mengunjungi secara langsung kawasan tersebut pada Agustus 2023 lalu. Kunjungan itu merupakan tindak lanjut arahan Presiden Jokowi untuk segera melaksanakan pengembangan Kawasan Rempang.
“Kita hanya diberikan waktu dua bulan untuk segera melakukan implementasi investasinya. Ini bukan hal yang mudah. Tapi investasi adalah instrumen untuk dapat menggenjot lapangan pekerjaan dan perekonomian negara kita,” ungkap Bahlil saat itu.
Adapun Xinyi Group merupakan Perusahaan asal Tiongkok yang bergerak di bidang pembuatan kaca dan panel surya. Perusahaan ini sebelumnya telah memiliki pabrik kaca terintegrasi terbesar di dunia yang ada di Tiongkok, dan Indonesia akan menjadi titik lokasi pabrik terbesar kedua.
Total investasi yang akan digelontorkan dari proyek di Kawasan Rempang ini sekitar USD 11,5 miliar atau sekitar Rp 117,42 triliun dengan total penyerapan tenaga kerja sebanyak 35 ribu orang.
Read more!
Komentar
Posting Komentar